| 0 komentar ]

Jaksa Hidup Tak Berguna Termehek-mehek

Jakarta- Ia duduk diam menekuri putusan. Majelis hakim mengetuk palu sambil komat-kamit,"Suadara kami nyatakan bersalah menerima suap dan dengan ini diptuskan hukuman Saudara 200 tahun penjara tanpa remisi, grasi, dan keringanan hukuman lainnya. Saudara juga didenda mengembalikan seragam korps, termasuk sandal Mushola." Ketua Majelis Hakim Adil Sitorus bersuara lantang. Sang terdakwa tetap diam. Air matanya tiba-tiba merembes. Bajunya basah. Ia tak kuasa bangkit dan pingsan seketika. Ambulan gratis milik Yayasan Wakaf Front Pecandu Islam menggotongnya ke RSCM. Ambulan ini selalu siaga di mana-mana.

Nasib Jaksa Hidup Tak Berguna benar-benar tak digunakan lagi oleh institusinya. Ia dipecat tidak hormat. Gaji dan pensiunnya distop. "Ia tahu, sebagai aparat hukum harus menegakkan hukum. Bukan malah menggerogoti hukum," tegas Sadarman Sudarmin, sang Jaksa Agung Negeri Bulbul.

Di RSCM, Jaksa Hidup terus menangis. Ia tak kuasa membuka matanya. "Saya sudah tak berguna lagi. Saya mau mati saja," ia menangisi nasibnya. Di sebelah kanan, ada isterinya yang juga tersedu-sedu. Di sebelah kirinya, tiga anaknya histeria meraung-raung menangisi putusan majelis hakim yang begitu lama. "Sampai jamuran aku masih di penjara, Bu," Hidup terus mengadu.

Lima menit kemudian, Ratu Suap Artomoro Sugih Tanpo Bondo datang. Ia membawa segebok rupiah. "Pak Hidup, berhentilah menangis. Saya menjamin hidup Anda tidak sampai lumutan di penjara Percayalah pada saya," Ratu Suap Artomoro Sugih Tanpo Bondo melesakkan dadanya ke wajah Hidup. Isteri Hidup terpengarah. Ketiga anaknay mengelap air mata. "Ini kan lumrah. Dalam hidup, ada suka ada duka. Wajar," Ratu Suap kembali menelungkukpkan wajah Hidup ke ketiaknya. Isteri Hidup mematung. Ketiga anaknya melotot. Suara Hidup masih sesenggukan. "hmmm heeee heeeeee."

Hidup duduk dan melihat Ratu Suap. Di tempat pembaringan, lima kopor penuh rupiah dibukanya. "Semua untuk saya Bu," tanya Hidup. "Iya, untuk kamu dan anak-isterimu." "Untuk Kepala LP juga sudah saya siapkan. Saya sudah teken kontrak sama dia, agar tidak mengganggu kamu. Kamu bisa tidur di rumah dan di sana sudah ada yang menggantikanmu. wajahnya persis dirimu. Jadi, tenang sajalah. Semua sudah diatur rapi. Jangan menangis lagi ya," Ratu Suap pamit pulang.

Hidup bersama anak dan isterinya begitu gembira. Ia dikawal pulang ke rumah baru di Puncak Bogor. Ia menjalani hidup baru yang lebih bahagia. Sepekan lagi ia sudah direncanakan melakukan perjalanan ke Singapura dan menetap di sana. (***)

Read More......