| 0 komentar ]






Gus Dur
(AKu Tak Kan Pernah Mati)


Aku pasti mati
Tapi aku tetap hidup

Badan dan jasadku boleh mati
Tapi semangatku tetap hidup

Orang-orang boleh menyebutku mati
Tapi keberanianku tetap hidup

Sejarah boleh mencatatku telah mati
Tapi pikiran-pikiranku tetap hidup

Keluarga, anak, dan isteriku boleh menandai nisanku telah mati
Tapi kecintaanku kepada mereka tetap hidup
Sayangku pada bangsa, negara, dan rakyatku masih tetap hidup

Aku tak kan pernah mati
Karena jiwaku tetap hidup

Untuk mereka, bangsaku

Jakarta, 30 desember 2009

www.fiksinews.com/habe/301209




Read More......
| 0 komentar ]




Kentut Pak Hansip

PAGI ini, perut Badrul mules bukan main. Ia heran. Seharian kemarin, ia tak makan makanan yang membuat perutnya penyakitan seperti ini. Obat mencret sudah ditelannya, mulesnya malah makin menjadi-jadi. Kepala Badrul ikut pening. Dua merk obat sakit kepala pun ditenggaknya. Kepalanya malaha nyaris copot. Sakitnya minta ampun.

Badrul menggenjot becaknya ke warung Yu Jah. Angin berembus, meniupnya. Segar sekali. Udara begitu segar, meski polusi masih yang ketiga di dunia. "Sampai di warung, Yu Jah langsung membanting sutil. "Kampret temen Drul," Yu Jah ngomel. Badrul tak segera terpancing. Ia masih menahan mules. "Kalau Presiden setuju Pansus. Mendukung Pansus, minta diusut tuntas, seharusnya partai pendukung presiden di parlemen tak perlu menolak jika Pansus ingin memanggil presiden. Ini kan beda. Presidennya ngegas, ketua parlemennya ngereeeemmmmm terusss..mbulet kayak kentutnya hansip saja,' Yu Jah tiba-tiba mematikan kompor. "Aku mogok bikin kopi Drul. Kamu pesen yang lain saja," Yu Jah duduk bersilang.

Badrul mencaplok tahu petis. Ia mencocolnya dengan sambal pedas. "Nah, iki Yu yang beken kepalaku pusing, bikin pertuku mulesss sejak tadi..." Badrul kembali melahap tahu petis. Lima irisan sudah dicaploknya. "Aku juga nggak habis pikir Yu. Seharusnya, kalau presiden itu laki-laki, seharusnya tak perlu Pansus terbelah soal pemanggilan presiden. Kalau aku presidennya, akulah yang meminta agar Pansus melisting namaku dalam daftar panggil jika memang diperlukan. Itu sikap laki-laki, konsisten, berani bertanggung jawab, tak gentar menghadapi risiko. Bila perlu sebagai ketua dewan pembina partai, ia bisa meminta ketua fraksi di parlemen untuk mendorong agar pansus tak segan-segan memanggilnya bila memang diperlukan..." Badrul heran. Makin ia bicara blak-blakan, sakitnya makin berkurang dan lama-lama menghilang.

Partai pendukung pemerintah itu, Badrul tetap saja nyerocos, artinya mendukung sikap dan konsistensi pemerintah. Bukan sebaliknya, malah inkonsistensi terhadap sikap pemerintah. Kalau pemeirntah setuju pansus dibuka lebar-lebar, diusut tuntas, seharusnya partai pemerintah mendorong semuaa tindakan dan agenda pengusutan itu secara tuntas. Bukan menghalangi, bukan pula menutup-nutupi. Badrul sengaja ngocol terus. Ia ingin mulesnya bener-bener hilang.

"Lho Cak Badrul kayak orang bego saja. Sampean saja main di dua kaki. Presiden juga bisa main di dua kaki, bahkan lima wajah. Di depan rakyat, ia bisa bilang "usut tuntas." Di partai, dia bisa saja bilang,"Tahan, rem..jangan diteruskan." Di depan ketua fraksi atau ketua parlemen, ia juga bisa bilang "hadang." Di depan partai koalisi dia bisa bilang, "ngono yo ngono neng ojo ngono." Jadi jangan heran jika koran menulis mbuletnya pansus bila ingin memanggil presiden. Ini politik Cak, bukan asrama hansip," Yu Jah makin sewot. "Aku mogok gak mau bikin rawon. Kamu kalau pesen, yang lain saja.'

"Jangkrik. Otakmu encer juga Yu. Kalau pansus jalannya seperti ini, mbulet kayak kentut hansip, bisa diduga presiden memang punya panca muka. Bergantung siapa yang dihadapi dan apa situasinya. Ia bisa galak, seolah-olah serius, bisa juga lembek, seolah-olah tidak tahu masalah. Ia bisa juga cool, seolah-olah ialah yang paling baik, paling bener sendiri. Ya ibarat jurus, ia punya jurus panca muka tadi. Muka mana yang dipakai, ya bergantung siapa yang dihadapi hehehe...," Badrul berdiri. "Yu Jah, ngebon ya..!!!" Badrul melompat dari warung dan segera menggenjot becaknya. Teriakan Yu Jah agar utang bulan lalu tak digubris...

"Wedus...koen Drul..." Yu Jah mencomot tahu petis dan melahapnya utuh-utuh..!! Met tahun baru Drul..." Yu Jah ngakak. Badrul memang enak diajak berdiskusi. (www.fiksinews.com/habe/26/12/09)

Read More......
| 0 komentar ]


Ngaca Dulu Sebelum Jadi Wartawan

JAKARTA - Orang-orang yang menyebut dirinya wartawan bahkan melaporkan Luna Maya ke polisi sebaiknya ngaca dulu. "Ngaca dulu sebelum jadi wartawan," kata Bedul, Ketua Indonesia Journalist Club, kemarin.



Seluruh rangkaian terjadinya peristiwa itu dilatarbelakangi oleh penghinaan terhadap derajat kewartawan. Para pekerja infotainment yang mengaku juga sebagai jurnalis tidak berperilaku sebagai jurnalis dalam menjalankan aktivitas jurnalistiknya. "Mereka telah melanggar kode etik jurnalistik. Pelanggaran ini sama halnya merendahkan derajat profesi jurnalis," tegas Bedul.



Bedul bahkan mengutip kode etik jurnalistik dari website www.dewankerhoamatanpwi.com bagaimana seharusnya perilaku jurnalis dalam meliput berita. Dalam Bab III disebutkan wartawan harus menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan karya jurnalistik. "Faktanya kepala anak yang digendong Luna Maya terpukul kamera pekerja infotainment."



BAB III
SUMBER BERITA

Wartawan Indonesia menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) dan selalu menyatakan identitasnya kepada sumber berita



Kode Etik Jurnalistik AJI dalam pasal 6 seperti dikutip di ttp://id.wikisource.org/wiki/Kode_Etik_Jurnalistik_AJI berbunyi:

"Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen." Lalu pasal 11 berbunyi " Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat."





Secara umum, KEWI juga mengatur bagaimana seharusnya jurnalis berperilaku. Pasal 1 secara tegas diatur bahwa jurnalis tak boleh punya niat buruk dalam mencari berita. Pekerja infotainment sudah memiliki itikad tidak baik dengan mengejar Luna Maya untuk memperoleh berita.



Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

Penafsiran
a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.
b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.
c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain



Dalam pasal dua, juga ditegaskan tentang profesionalisme jurnalis. Jika tak sesuai dengan pasal dua, misalnya tidak menghormati hak privasi, itu artinya jurnalis memang tidak profesional. "Tidak profesional itu berarti melanggar kode etik junalistik. Pelanggaran terhadap kode etik jurnalistik merupakan perilaku merendahkan martabat profesi jurnalis," katanya.



Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

Penafsiran
Cara-cara yang profesional adalah:
a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
b. menghormati hak privasi;
c. tidak menyuap;
d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;
e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;
f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;
g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;
h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.



Pasal 3 mempertegas bagaimana berita infotainment harus berimbang dan tidak menghakimi. Luna Maya jelas telah dihakimi. dikoyak-koyak privasinya dan diperlakukan seperti orang yang bersalah atas sepak terjangnya, yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan publik.



Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsiran
a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.


Bedul tidak meneruskan kalimat-kalimatnya. "Dari pasal satu saja sudah salah, kalau diteruskan nanti bertambah salah, keliru. Sudah telanjang bahwa pelanggaran kode etik jurnalistik merupakan penghianatan terhadap profesi jurnalistik, profesi wartawan. Jadi ngaca dulu sebelum mendeklarasikan diri sebagai wartawan. Kalau tidak, perilakunya justru akan merendahkan derajat kewartawanan. Lha wong pelacur saja tidak mau dihina, direndahkan. Mereka demo segala. Wartawan ya seharusnya tidak menghinakan profesinya, merendahkan profesinya sendiri," Bedul mengakhiri statemennya. (habe//www.fiksinews.com)


Read More......
| 1 komentar ]


Apa perbedaan PKI dan PKS?

PKI sejatinya Partai Keadilan Islam. Awal berdirinya PKI digagas oleh saudagar Islam. Keadilan Islam kemudian bergeser. Komunisme menjadi ideologi yang menarik para pemikir kala itu. PKI kemudian berubah menjadi komunis. Sejatinya, komunisme yang ingin dibangun adalah soal bagaimana keadilan bisa ditegakkan. Sayang metode menegakkan keadilan itu "berbenturan" dengan keadilan Islam. Para pemimpinnya teguh pendirian, militan, dan berani. PKI pun dikenang sebagai partai kalah karena ada yang menang.



Lantas, bagaimana dengan PKS?

PKS sejatinya Partai Khilafah Sejuk. Partai ini ingin mendirikan satu kepemimpinan tunggal di dunia, dengan Islam sebagai ideologi negara. Karena ada embel-embel Sejuk, akhirnya PKS tidak berani terang-terangan dan lebih memilih yang sejuk-sejuk. Ketika para pemimpinnya berkuasa, PKS berubah orientasi menjadi Partai Kebal Sadap. Program kerjanya membuat aturan bahwa penyadapan itu bertentangan dengan hukum Islam. Tetapi jika penyadapan dilakukan atas izin PKS (partai kebal sadap) maka penyadapan diperbolehkan oleh Islam. Pada akhirnya, Islam menjadi ideologi yang diperdagangkan. Metode penegakkan keadilan versi PKS dilakukan dengan cara menggunakan Islam sebagai komoditas yang paling menentukan boleh tidaknya sebuah aturan/perbuatan. Akhirnya, PKS dikenang karena sewenang-wenang. karena ada yang dikorbankan, ada yang dilemahkan.



Jadi, apa bedanya PKI dan PKS?

PKI dikenang karena kalah setelah ada yang menang

PKS dikenang karena sewenang-wenang setelah melemahkan



habe

www.fiksinews.com




Read More......
| 0 komentar ]



Republik Sedang Hamil Tua (2)

DEMO AKBAR dilaksanakan di alun-alun. Rakyat berbondong-bondong memadati panggung. Puluhan senator turun ke jalan, berbaur dengan massa. Umbul-umbul berbagai organisasi menyesaki lapangan. Orasi menghangatkan mimbar. Berkali-kali terdengar teriakan 'hidup rakyat, hidup rakyat...!!" Ribuan aparat dalam posisi siaga, memakai seragam antihuru-hara, membawa pentungan, sebagian senjata laras panjang. Mereka memasang muka buaya.

Foto wakil presiden dan menteri keuangan kembali jadi amukan massa. Di tengah orasi menuntut mundur wakil presiden, foto wapres digantung. Mukanya bopeng, separo muka wapres, separo wajah markus, Ang Go Do. aparat menyerbu ke tengah lapangan, merebut foto wapres. tetapi massa menahan laju mereka. Bentrokan terjadi. Aparat mundur. merekakalah jumlah. Lima aparat ditahan massa, bahkan sempat digebuki. Sedetik kemudian, Bondang berteriak lantang. "Bakar!!" Foto wapres ramai-ramai dibakar. "hidup rakyat..hidup rakyat...!!" asap mengepul seperti sedang terjadi kebakaran hebat di perkampungan padat penduduk yang saban hari terjadi di Ibu Kota.

Aparat mendatangkan puluhan mobil antihuru hara. Mobil penyemprot air dan gas air mata pun berdiri siaga di belakang-samping pengunjuk rasa. Suasana semakin hiruk-pikuk. Pekik "hidup rakyat...hidup rakyat.." Terus menggema dari pengeras suara 3500 watt. Kawat berduri dipasang melingkar. Entah mereka ingin mengamankan siapa.

Giliran boneka presiden jadi sasaran massa. Boneka seukuran patung liberty itu pun diarak ke panggung. Bentuk boneka ini aneh. Presiden Go Cik Pol digambarkan sedang berpidato. Tangannya memegang megaphone. Setiap tombol dipencet, megaphone akan berbunyi.."omdo..omdo...omdo" Jika tombol ditekan dua kali, suaranya berbunyi "Nato...nato..nato...!!" Bonoeka presiden pun jadi bahan tertawaan. seratusan mahasiswa bahkan melemparinya dengan telur busuk, persis mengenai muka.

Menjelang siang, tokoh-tokoh politik nasional berdatangan. Tampak ketua pimpinan agama, ketua organsiasi massa, organisasi profesi, dan banyak lagi. Mereka langsung menuju panggung dan memberi orasi. "Kita tidak anarki.Kita melakukan aksi simpati. Tujuan kita ke sini untuk memberi dukungan moral kepada parlemen untuk mengusut tuntas korupsi yang melibatkan para pemangku kekuasaan," seorang pemimpin agama berdiri di panggung dengan senyum. tepuk tangan mendinginkan suasana. teriakan "hidup rakyat" kembali terdengar.

Mereka berdiri bersepuluh. Seluruh tokoh agama di sana. Mereka berdiri, berpegangan tangan, lalu mengangkatnya ke atas. Belasan tokoh lain juga berdiri di panggung. Mereka membacakan Piagam. Anehnya, piagam kali ini berisi sembilan butir.

1. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan segala bentuk korupsi
2. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan pembiaran praktik korupsi
3. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang tak becus menindak koruptor
3. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang bersekongkol dengan koruptor
4. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang disokong kekuasaannya oleh koruptor
5. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang melindungi para koruptor
6. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang penakut dan lembek terhadap koruptor
7. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang seolah-olah memberantas korupsi tetapi tak pernah melakukannya sendiri, cuma bisa ngomong tapi miskin prestasi pemberantasan korupsi
8. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang melumpuhkan dan mengkriminalkan lembaga pemberantasan korupsi
9. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa cap tai kucing.

Butir kesembilan ini membuat aparat panas. Puluhan truk anti huru hara serempak bergerak maju mendesak massa. Ribuan aparat merangsek memukul siapa saja yang berada di dekatnya. Massa pun lari lintang pukang. water canon dan gas air mata disemprotkan bertubi-tubi. Aparat intelijen menangkapi tokoh-tokoh demonstran. Demonstrasi pun bubar. Seratus aktivis ditangkap. "Diancuk...aku tertidur..Bondan, Sukijat, nang ndi koen rek!!" Taufik bangun mencari teman-temannya.


habe//9//12/09














Read More......
| 0 komentar ]





"Ada Yang Menggoyang Saya"


BANGUN dari tidur siangnya, Pak Lurah langsung menuju teras kantor kelurahan. "Ini sudah keterlaluan, melebihi batas. Ada yang menggoyang saya." Semua pegawai dibuat terperanjat. Warga yang berlalu lalang di jalanan depan kantor kelurahan berhenti, terhenyak melihat Pak Lurah berdiri, menepuk-nepuk dadanya.

Lek Jengah, tukang ojek payung, melihat kelakuan Pak Lurah sambil mulutnya nyerocos. "Lho Pak Lurah kok marah. Waktu si Ang Go Rok memfitnah dalam rekaman rekayasa korupsi, Pak Lurah diam saja tuh..Anak buahnya juga diam. Nggak ada yang lapor ke polisi. Sekarang gara-gara si Kudil, bocah tengil yang suka sensasi, Pak Lurah sewot. Ah, ana-ana waelah," Lek Jengah mengunyah permen karet sambil menawarkan payung ke pengguna jalan yang kehujanan.

HUJAN. Memang sedang musim hujan. Orang yang tak ikut menerima aliran dana korupsi bisa juga kehujanan. Beberapa orang bahkan bisa basah kuyup. Makanya Lek Jengah memilih ojek payung jika hujan sedang jatuh. Jika hari terik, Lek Jengah mebawa sepeda ontelnya. Ia pernah kredit motor, tapi karena ia khawatir menambah polusi di Ibu Kota, motornya dikembalikan. Ia memilih ojek sepeda pancal. Lebih sehat, lebih berkeringat.

Kudiil, Lek Jengah tahu betul kelakuan Kudil. Dulu ia pernah menyebarkan teror akan menyerang negara orang. Sweeping juga diembuskan ke mana-mana. Media negara asing pun panas, padahal hari sedang hujan. Karena nggak ada yang peduli, dan aparat kepolisian juga nggak pernah memeriksa para penebar teror, Kudil memilih isu lain yang lebih hot. Ia memilih isu aliran dana korupsi. Sejumlah nama disebut menerima dana korupsi. Sejumlah nama tim suskes Pak Lurah hingga anak Pak Lurah. "Data kami akurat dan sumber ynag kami lindungi," Kudil pura-pura memamerkan muka serius. Lek Jengah paham betul, Kudil sedang stress karena utang di warung Mak Jaim menumpuk. Kredit panci isterinya juga belum lunas dibayar.

Pak Lurah kembali berteriak-teriak. "Ini sudah keterlaluan, melebihi batas. Kami difitnah," Pak Lurah masuk ke ruangan. Seluruh pegawai, anak buahnya, dikumpulkan. "Apakah kalian semua mau difitnah??" serentak dijawab "tidak" oleh pegawainya. "Apakah kalian akan diam saja jika difitnah?" kembali suara koor terdengar,"tidaaaak k..!!" Pak Lurah kembali mengulangi pertanyaannya. "Apa kaliam diam saja jika kelurahan kita akan dihancurkan orang lain yang tidak suka pada kita," lagi-lagi dijawab 'tidaaaakk!! "

Pak Lurah kembali ke teras. "Ini sudah keterlaluan, melebihi batas. Ada yang sengaja menggoyang saya." Ia lantas menunjuk sekretaris urah membentuk TPF untuk menyelidiki siapa saja yang terlibat percobaan menggoyang Pak Lurah.

Sekretaris Lurah bernama Setu Wati (wanita setengah tua, wajah cantik setengah mati) gesit menyingkap misteri penggoyang Pak Lurah. Rival pak Lurah dalam pemilihan lurah diperiksa. Nihil. Tak ditemukan indikasi mereka menggoyang Pak Lurah. Sasaran dialihkan ke LSM. Lagi-lagi nihil. Mereka justru ingin Pak Lurah tegas menggoreng koruptor. Pusing. setu wati pusing tujuh keliling. Ia pun punya ide. "Buaya. Kita periksa buaya." Hasilnya, sepertinya ada indikasi, tapi masih sumir. "Cicak, kita periksa cicak." Lagi-lagi hasilnya sumir.

Setu Wati menyerah. Ia lapor Pak Lurah. "Saya tidak menemukan satu pun orang yang menggoyang Pak Lurah. Indikasi pun tidak," kata Setu. Pak Lurah tambah sewot. Pak Lurah berdiri mematung dan geram. "Harus ditemukan sekarang!!"

Setu pun lari terbirit-birit. Ia pusing setengah mampus. Ia pun curhat ke suaminya persis menjelang Kamis malam. Suami Setu tampaknya sudah tak tahan karena seminggu di luar kota tak bertemu isterinya. Kamis malam itu, sang suami memberi "nafkah" sangat berlebihan ke Setu Wati, hingga Setu terkapar tak berdaya.

Esoknya, entah mengapa Setu berhasil menyelesaikan laporan dan siap menghadap Pak Lurah. "Pak Lurah. Ini diluar dugaan saya. Memang sudah ada indikasi bahkan bukti otentik, ada yang sengaja menggoyang Pak Lurah," Setu mulai masuk ke inti persoalan.

Belum dilanjutkan, Pak Lurah melompat, "Yess!!!" "Kamu memang top. Tidak usah kamu lanjutkan. Semua pernyataanku benar dan kamu sudah membuktikannya. Memang ada yang sengaja menggoyang saya," Pak Lurah mengepalkan tinju.

Setu melanjutkan, "Tapi ini sangat sensitif kalau sampai saya sebutkan Pak Lurah." Pak Lurah menyumpal mulut Setu. "Cukup. Tak usah kamu sebut nama karena aku sudah tahu siapa anasir-anasir yang ingin menggoyang saya. Aku sudah merasakannya semalam, dalam perenungan. Saya tahu, Allah pun tahu."

Setu menimpali,"Pak Lurah." "Cukup. Tak peliru kau teruskan. Aku sudah tahu, Allah pun tahu." "Pak Lurah," Setu ingin meluruskan masalah. "Cukup. kamu keluar dan tinggalkan laporanmu di atas meja." Setu akhirnya ngibrit. ....!!!

habe arifin
www.fiksinews. com//61209/

Read More......