| 0 komentar ]

Rahasia di Pusara Istana Negara

Ini memang sebuah cerita. Sebuah rekaan atas rahasia di pusara Istana Negara. Rahasia ini datang dari seorang arkeolog. Janggutnya yang putih panjang menandakan ia telah berumur. Wawasannya tentang dunia arkeologi dunia menunjukkan pengalamannya yang luas. Tetapi ia senantiasa bercerita tentang rahasia pusara Istana Negara di mana-mana, di seminar-seminar, di forum-forum arkeologi internasional. Entahlah apa yang membuatnya begitu tertarik pada pusara Istana Negara.
“Ini menyangkut bagaimana perilaku presiden Indonesia,” kata sang arkeolog. Ia ingin menceritakannya lebih detail tentang isi pusara Istana Negara yang ditemukannya dalam sebuah penggalian rahasia di bawah terik bulan purnama.


Bulan purnama pertama ia menggali pusara ketika masa Presiden Soekarno. Waktu itu Presiden Soekarno sedang dalam kemelut besar dengan Amerika dan Inggris. Sampai tiba suatu kobaran semangat yang terucap dari mulut Soekarno, “Amerika diseterika, Inggris dilinggis.” Soekarno juga tak segan-segan mengobarkan perang dengan siapa saja yang dianggapnya berani menghina harga diri bangsa dan rakyat Indonesia. Tak peduli itu tetangganya sendiri, Malaysia. Ia kobarkan perang Ganyang Malaysia.
Sang arkeolog sangat penasaran mengapa Bung Karno begitu tegas, berani, dan lurus dalam membela harga diri bangsanya. Ia pun melakukan penggalian di pusara Istana Negara. Penggalian penuh risiko ini kemudian menemukan hasil. “Saya menemukan sebuah PEDANG,” katanya. Tak tanggung-tanggung, pedang ini berukuran sangat besar dan panjang. “Mungkin ini pedang brahma kumbara, seperti di cerita drama radio,” sang arkeolog berimajinasi.

Sang arkeolog kemudian menghubungkan penemuannya dengan sifat dan perilaku Bung Karno. Pedang yang lurus panjang, besar dan gagah, tajam memotong dan menebas musuh tanpa penghalang, dan gagangnya yang kuat, teguh dan kokoh. “Kepemimpinan Bung Karno seperti pedang. Ia tegas dan berwibawa. Ia juga pemberani. Berani bertanggung jawab dan tak pernah berlindung pada bawahan. Siapa pun akan dilawan, tak peduli Negara itu besar atau kecil. Siapa pun yang merendahkan martabat dan harga diri bangsanya, Bung Karno akan tampil di depan, seperti pedang, dengan nada bicara yang lantang, keras, berkobar-kobar. Seperti pedang yang ditemukannya, nama Bung Karno akan selalu besar di mata rakyatnya dan panjang umurnya, meskipun jasadnya telah tiada. Namanya akan harum dan dikenang sepanjang zaman.”

***
Tiba saatnya, Orde Baru berkuasa. Selama 32 tahun berkuasa, sang arkeolog pun ingin menyibak rahasia di balik kepemimpinan Pak Harto. Pada purnama kedua, sang arkeolog melakukan penggalian diam-diam di pusara Istana Negara. Ia terkejut. Pada kedalaman lima meter ia tak menemukan apa-apa. Sepuluh meter, ia cuma mendaptakan air. Dua puluh meter, sang arkeolog Cuma menemukan lempung. Ia nyaris putus asa. Ia gali lima meter lagi. Tak juga ditemukan benda-benda penting. Lima meter lagi ia gali. Tak juga ditemukan benda yang bisa menjelaskan sifat kepemimpinan Pak Harto. Karena sudah 30 meter penggalian, sang arkeolog memutuskan tak meneruskan pekerjaan. Tapi sebuah cacing tiba-tiba mengejutkannya. Cacing itu muncul bersama semburan air panas. Ia memutuskan menggali dua meter lagi. Benar, kali ini sanag arkeolog menemukan sebilah KERIS.

Keris ini memiliki ujung yang sangat runcing dan tajam. Gagangnya kuat dan kokoh. Berbentuk gelombang berkelok-kelok. “Keris ini persis sifat dalam kepemimpinan Pak Harto selama memimpin Indonesia, 32 tahun lamanya,” sang arkeolog menyimpulkan.
Selama hidupnya, Pak Harto akan selalu menempuh jalan berliku-liku, berkelok-kelok, tidak lurus seperti pedang. Untuk mencapai tujuannya, apa yang diinginkannya, Pak Harto tidak akan serta merta mengatakannya saat itu juga. Ia akan memilih waktu, atau mengatakannya kepada isterinya, atau kepada orang lain. Tetapi, Pak Harto tetap seperti keris, yang ujungnya runcing dan tajam. Ia ingin hasil akhir yang mematikan, yang sesuai dengan keinginannya. Tidak boleh tidak.

Ingin menjadi presiden, cara yang ditempuh Pak Harto tidak mulus dan lurus. Perlu pergolakan dulu, peristiwa besar G30S 1965, yang berdarah-darah. Jutaan orang tewas, ratusan ribu dipenjara tanpa pengadilan. Ia ingin menjadi bapak pembangunan, maka apa pun akan ditempuhnya, penggusuran, penyiksaan, bahkan pembunuhan. Pelangaran HAM di mana-mana, di seluruh Indonesia. Seperti sifat keris yang berliku-liku, tetapi cara mematikannya ke depan: ditusukkan. Siapa pun yang tak mendukung keinginannya, Pak Harto tak segan-segan menusuknya, dari depan atau dari belakang. Beda dengan pedang, keris memang tampak indah dilihat dan punya wibawa. Sepanjang 32 tahun lamanya, rakyat dibuai oleh keindahan sang keris. Tapi seperti keris pula, ia bisa menikam dari mana saja, termasuk menikam dirinya sendiri. Pada 1998, keris itu menikam kekuasaan Pak Harto. Menusuk dari balik selimut.

***
Dalam masa gonjang-ganjing, Presiden RI dipimpin oleh BJ Habibie. Keputusan memberikan opsi kemerdekaan kepada Timtim merupakan catatan sejarah paling penting di masa ini. Kebebasan pers dan gerakan demokratisasi menjadi ciri berikutnya. Sang arkeolog ingin menyingkap rahasia di balik sikap dan karakter kepemimpinannya.
Tak begitu dalam menggali pusara Istana Negara, sang arkeolog menemukan sebilah TOMBAK.

Seperti sifat tombak, BJ Habibie tegak lurus dan berani. Seperti tombak, Habibie hanya focus pada keinginan agenda reformasi dan mengatasi inti masalah bangsa. Seperti masalah Timtim. Habibie tegak lurus dan tanpa tedeng aling-aling langsung memberikan opsi kemerdekaan. Itulah inti masalah Timtim: mau gabung atau merdeka. Begitu juga masalah bangsa. Habibie juga bersikap seperti tombak. Tegak lurus dan langsung menyelesaikan masalah. Mau otoriter atau demokratis. Mau kebebasan pers atau terkungkung. Mau otonomi daerah atau kekuasaan terpusat dan terhegemoni. Habibie berhasil menancapkan tombaknya pada pilihan-pilihan penting, sesuai keinginan rakyat dan bangsanya.

***
Lepas dari kepemimpinan Habibie, Indonesia dipimpin oleh KH Abdurrahman Wahid. Sang arkeolog sulit menemukan benda-benda di pusara Istana Negara. Ia tidak menemukan titik gali yang pas. Akhirnya, sang arkeolog menggali hampir di semua bagian Istana Negara. Galiannya memang tidak ke dalam, tetapi melebar. Begitu ditemukan pusara Istana Negara, sang arkeolog tanpa kesulitan menemukan benda-benda yang menjadi symbol kekuatan dan karakter Gus Dur, panggilan KH Abdurrahman Wahid. Rupanya sang arkeolog menemukan CELURIT.

Sang arkeolog merasa ada yang aneh. “Mengapa celurit?” ia bertanya-tanya. Tak lama ia menemukan jawabannya. Celurit dikenal dalam udaya Carok Madura. Dalam Carok, hampir tak ada kata verifikasi, cek dan ricek, apalagi investigasi. Ia cepat dan tebas. Di Madura, begitu ada kabar isteri seseorang diganggu, celurit segera bicara dan terjadilah pertarungan mematikan. Dalam banyak masalah, meja perundingan hampir tak pernah dipakai, karena Celurit lebih dulu menjadi hakim.

Di daerah Tapal Kuda, Jatim, tempat massa paling militan Gus Gur, budaya carok masih kental dan kuat. Maklum di Tapal Kuda, sebaran orang Madura masih banyak. Lasykar Berani Mati juga dari Tapal Kuda. Mereka pernah datang ke Jakarta untuk membela Gus Dur dan lebih memilih pertumpahan darah daripada jalur diplomatis. Penegrahan kekujatan massa menjadi andalan. Saat Gus Dur terpilih jadi presiden pun, cap jemol darah dimana-mana. Cap jempol darah menjadi momok menakutkan politisi Jakarta. Akibat ketakutan itulah, Gus Dur diangkat dan dipilih jadi presiden.

Celurit lantas menjadi inspirasi kepemimpinan Gus Dur: Cepat dan Tebas. Sejumlah Departemen yang dianggapnya korup lantas DIBABAT, ditebas, alias dihapus. Departemen Sosial dan Departemen Penerangan contohnya. Gus Dur juga mengobrak-abrik pakem di ABRI/TNI. Kopral bisa menjadi panglima dan jenderal bisa menjadi prajurit. Shock theraphy diberlakukan di mana-mana. Copot ini angkat itu. Gus Dur ingin melakukan perubahan yang cepat meski cuma akibat bisik-bisik. Tanpa verifikasi apalagi kajian dan investigasi. Ya, ingin tahu sifat kepemimpinan Gus Dur, lihatlah celurit. Dan akibat keberanian “Carok Politik” itu, Gus Dur pun terkena celurit. Ia tumbang cuma dalam tiga tahun kekuasaannya. Dan yang menumbangkan juga bukan orang luar, mereka termasuk orang-orang yang mengangkatnya, orang-orang terdekatnya.

***
Kisruh Gus Dur berlalu, Indonesia dipimpin Megawati. Orang banyak berharap kepemimpinan Mega sama seperti Bung Karno, ayahnya. Rupanya public kecewa. Ia memang keturunan Bung Karno, tetapi karakternya jauh berbeda. Sang arkeolog pun menggali pusara Istana Negara. Tak begitu dalam, sang arkeolog pun menemukan rahasia kepemimpinan Mega. “Lho, kok PISAU DAPUR.” Pisau ini tampak berkarat dan tumpul.

Sang arkeolog pun member tafsir atas temuannya. Pisau dapur memang mirip pedang. Tapi ia berukuran sangat kecil. Kegunaannya pun hanya untuk mengiris bumbu dapur. Sekali-kali untuk memotong ikan. Sama dengan Mega, ia lebih sibuk mengurusi dapur kekuasannya sendiri, orang-orang internalnya yang sibuk berebut kekuasaan. Mega yang diharapkan bisa melakukan banyak hal, seperti ketika ia menjadi symbol reformasi, ternyata tumpul. Mega justru membungkam kebebasan pers, mengkriminalisasi pers, antidemokratisasi, banyak diam, dan tak banyak melakukan terobosan pemberantasan korupsi. Mega juga keblaikan dari Bung Karno yang mati-matian mempertahankan asset bangsa, Mega justru menjuali asset Negara.

Akhirnya sang pisau dapur pun tak dipakai lagi ketika pemilu 2004. Ibu-ibu lebih memilih pria tampan, sok alim, banyak senyum, dan terlihat sopan.

***
Sang pria tampan itu adalah SBY. Sosok jenderal tanpa pasukan ini memang selalu rapi,wangi, seolah-olah sopan dan berwibawa, sangat terukur dan selalu hati-hati. Rupanya semua penglihatan itu cuma public relation. Semua sifat itu diciptakan oleh Tim Pencitraan. Maka jangan kaget ketika public tak pernah melihat wajah SBY merah padam dalam situasi kebakaran, skandal perampokan uang Negara, atau kriminalisasi KPK. Ia akan tetap tenang dan harus mengedepankan isu-isu yang merugikan dirinya kemudian diekspos dengan tujuan untuk meraih simpati public. Ini semua kerja-kerja pencitraan. Tak lebih.

Untungnya ada JK yang selalu bekerja dana bekerja, menyelesaikan satu per satu persoalan bangsa. Tanpa strategis pencitraan atau public expose. JK meyakini benaran setelah diskusi dan memilih beberapaopsi lantas ia melaksanakannya. Selama lima tahun berkuasa, SBY akhirnya kembali menjadi presiden dan JK pulang kampong.
Sang arkeolog penasaran apa sih rahasia kepemimpinan SBY sehingga ia terpilih lagi. Sang arkeolog tak bisa langsung menggali pusara Istana Negara. Ia menunggu bagaimana presiden menyelesaikan kasus kriminalisasi KPK dan skandal Bank Century. Tapi rasa penasaran begitu kuat dan akhirnya di malam purnama kelima, ia menggali pusara Istana. Ia begitu berharap dapat menemukan sesuatu yang besar dan istimewa. Tapi sang arkeolog itu terkejut ketika ditemukan karet PENTIL dan sebuah PER. Pentil, untuk apa SBY menyimpan pentil dan per, di pusara Istana? Arkeolog masih bertanya-tanya. Apakah karakter kepemimpinan SBY selalu ngepe’r.

Menyelesaikan solusi seperti per pegas, mental ke sana, mental ke sini, tak jelas junstrungnya. Seluruh kebijakannya seperti karet pentil. Bisa pendek, bisa panjang, semaunya, molor mungkret. Jika ditiup karet pentil seperti balon, bisa mengambang di atas air. Keputusan yang mengambang, instruksi yang tak jelas, penyelesaian kasus yang mulur mungkret.

Karena masih tak percaya dengan temuannya, sang arkeolog melanjutkan galiannya. Pada kedalaman lima meter, ia justeru menemukan SISIR. Lho kok sisir?? Arkeolog makin keki. Ia tak berani meneruskan penggalian. Takut dikira main-main. Tapi beberapa anak buahnya menggali satu meter lagi. Kali ini, arkeolog menemukan parfum. Wangi di mana-mana, tapi tak terlihat hasilnya.

Detik itu juga sang arkeolog menghentikan penggalian dan segera cabut meninggalkan pusara Istana Negara. STOP!!! “Bisa barabe kalau diteruskan,” kata sang arkeolog sambil ngibrit ke luar Istana. (www.fiksinews.com//habe//281109)



Read More......
| 0 komentar ]




Poligami Politik Pak Lurah

Isu poligami juga mengilhami Pak Lurah untuk memutuskan perkara. Ia memakai strategi poligami bukan tanpa tujuan. Baginya strategi poligami bisa membawa dirinya tetap selamat, dijauhkan dari segala hujatan dan caci maki warganya.

Terbetiklah kisah di kampong Pak Lurah. Dua pejabat dimasukkan penjara. Rupanya kasusnya direkayasa. Polisi pamong praja menuduhkan pasal pemerasan kepada keduanya. Padahal, tak secuil pun mereka menerima uang apalagi bertemu dengan para koruptornya. Tentu saja warga marah. Warga menuntut Pak Lurah bicara, membela dua pimpinan yang telanjur dianiaya. Tuntutan semakin membesar hampir-hampir warga melakukan revolusi sosial.

Karena tak tahan dihujat dan dimaki-maki warganya, Pak Lurah mulai menerapkan strategi poligaminya. Ia membentuk tim investigasi kasus rekayasa pimpinan lembaga pemberantasan korupsi kelurahan (LPKK). Setelah tim dibentuk, Pak Lurah makin tersudut. Temuan LPKK tak diindahkan kepolisian pamong praja dan kejaksaan kelurahan. Laporan pun diberikan kepada Pak Lurah. Intinya meminta Pak Lurah bertindak tegas melakukan membebaskan kedua pimpinan LPKK dan mereformasi pejabat di kepolisian pamong praja dan kejaksaan kelurahan.

Ketidakpuasan warga makin merajalela. Kali ini warga sudah mulai mengusik kepribadian dan karakter Pak Lurah yang lamban, lelet, tidak mengerti, cenderung bodoh tapi sok pinter, terlalu hati-hati tapi tidak tahu untuk apa hati-hati, dan lari dari tanggung jawab, melemparkan persoalan kepada orang lain. Pak Lurah makin gerah karena tudingan warga terus berlanjut dari hari ke minggu dari minggu ke bulan. Pak Lurah tak bisa melakukan apa-apa selain menunggu dan menunggu. Entah apa yang ditunguu dan untuk apa, untuk siapa, ia menunggu.

Sampai akhirnya ia harus termakan oleh janjinya sendiri. Ia akan menyampaikan sikapnya hari Senin ini. Mejelang Senin, ia memanggil tim investigasi. Ia meminta laporan resminya. Esoknya hasil laporan tim investigasi dikonsultasikan kepada dua petinggi kepolisian pamong praja dan kejaksaan kelurahan untuk dibahas dan dikaji. Tentu saja hal-hal yang menyangkut reformasi kedua lembaga itu tak digubrisnya. Juga tentag pembebasan pimpinan LPKK. Kedua petinggi itu menolak tunduk pada hasil tim investigasi. Pak Lurah manggut-manggut.

Ia pun mencari ”isteri” lagi untuk dijadikan tameng. Ia pun memanggil dua ketua mahkamah kelurahan untuk dimintai pendapat. ”Jadi bagaimana dipenjara atau dilepas,” kata Pak Lurah. Dua ketua mahkamah pun memberikan argumennya.

Tak puas, esoknya Pak Lurah mencari ”isteri” kembali. Dua petinggi LPKK yang menjadi korban pun dipanggil ke antor kelurahan. Dia pun diajak berunding. Pembicaraan dilakukan tanpa transparansi dan mencimulkan kecurigaan di mata publik. Maklum dua petinggi ini bakal ditekan dan diintervensi jiwanya.

Isteri-isteri lain pun dikencaninya, serpti para ahli hukum dan paktisi hukum. Mereka dimintai pendapat atau disuruh melegitimasi keputusan, tidak ada yang tahu. Yang pasti Pak Lurah mengencani semua ’isteri”nya dengan gusar.

Begitu hari Senin tiba, Pak Lurah masih mengulur waktu. Pagi hari ia kumpulkan seluruh ”isterinya” di sebuah forum resmi. ”Jadi, bagaimana, dilepas atau tidak.” Pak Lurah melanjutkan. ”Kalau warga masih tetap marah, saya bisa mengatakan, keputusan itu hasil sumbangan pemikiran semua pihak lho. Bukan Cuma saya yang memutuskan. Kalian semua harus jadi tameng saya.”

Semua ”isteri” Pak Lurah harus menjadi bamper dan tameng keputusan penting itu. Kalau warga tak puas, bukan salah Pak Lurah seorang. Semua pihak yang telah dipanggil dan dimintai pendapat turut menanggung akibatnya. Pak Lurah Cuma menyampaikannya saja. ”Jadi, beginilah poligami politik itu. Saya nikmati kepuasannya, Anda semua menikmati risikonya hehehe...” Pak Lurah terkekeh..kekeh..!!!(www.fiksinews.com//habe//231109)











Read More......
| 0 komentar ]




Kiai Sudrun

Menurut cerita, Kiai Sudrun itu alim. Kealimannya sampai membuat masyarakat terpukau dan menempatkannya sebagai satu-satunya kiai yang disegani dan ditokohkan. Tapi anehnya ia tidak pernah sholat lima waktu.

Suatu hari ia bertemu seorang pemabuk. Sang pemabuk ini berdiri di panggung dan berteriak-teriak. ”Hoi...Kiai Sudrun yang ada di hadapanku ini sebeneranya tukang mabuk. Sama sepertiku. Sehari ia mabuk lima kali, subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya. Kalau waktu sholat tiba, Kiai Sudrun malah mabuk....”

Kiai Sudrun tentu pusing tujuh keliling. Ia tak mau membantah, meskipun ia punya kewenangan dan punya banyak kesempatan membantahnya. Ia hanya geleng-geleng kepala. Seluruh warga yang mendengar kabar itu langsung meminta Kiai Sudrun melepas sorbannya. Tak pantas bagi seorang kiai menggunakan sorban jika perilakunya mabuk-mabukan seperti itu. Kiai Sudrun pun melepas sorbannya.

Esoknya, Kiai Sudrun bertemu pezina. Sang pezina ini spontan berdiri di panggung yangs ama dan berteriak-teriak. ”Hoi...Kiai Sudrun yang ada di hadapanku ini sebenarnya tukang zina, sama sepertiku. Sehari ia mabuk lima kali, subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya. Kalau waktu sholat tiba, Kiai Sudrun justru berzina....”

Kiai Sudrun tentu pusing tujuh keliling. Ia tak mau membantah, meskipun ia punya kewenangan dan punya banyak kesempatan membantahnya. Ia hanya geleng-geleng kepala. Seluruh warga akhirnya meminta Kiai Sudrun melepas baju gamis dan sarungnya. Tak pantas bagi seorang kiai menggunakan baju gamis dan sarung jika perilakunya suka zina seperti itu. Kiai Sudrun pun melepas baju gamis dan zina sambil menangis.

Esoknya, Kiai Sudrun melewati panggung yang sama. Kali ini Kiai Sudrun bertemu seorang penjudi. Sang penjudi pun naik panggung dan bicara dengan pengeras suara. ”Wahai rakyat di kampung ini. Saksikanlah bahwa Kiai Sudrun yang ada di hadapanku ini sejatinya seorang penjudi. Sehari ia berjudi lima kali, subuh, dhuhur,ashar, maghrib, dan Isya. Ketika waktu sholat tiba, ia berjudi denganku....”

Kiai Sudrun bertambah pusing. Kali ini warga menuntut Kiai Sudrun meninggalkan semua kemewahannya, rumah, kendaraan, anak-isteri, dan harus hidup seorang diri, tanpa tempat tinggal, tanpa kesenangan. Kiai Sudrun pun akhirnya lontang-lantung sendirian dan tak punya tujuan.

Esoknya lagi, Kiai Sudrun kembali lagi melewati jalan yang sama dan berhenti di panggung. Di sana sudah berdiri dua orang lelaki. Satu bertato dan satunya berdasi. Dia seorang perampok dan satunya seorang koruptor. ”Saudara-saudara...tahukah Anda bahwa Kiai Sudrun ini seorang perampok sejati. Setiap hari lima kali ia mulai subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isya. Dalam otaknya tertanam paten ilmu rampok...Ketika waktu sholat tiba, ia justru merampok...”

Kiai Sudrun seperti akan pingsan. Kali ini seluruh warga makin marah. Warga beramai-ramai memukuli Kiai Sudrun dan nyaris membakarnya hidup-hidup. Untungnya ada polisi yang datang dan langsung mengamankannya di pos polisi. Nyawa Kiai Sudrun pun terselamatkan. Kiai Sudrun diberi pakaian seragam polisi lengkap dengan pangkat bintang empat dan topi pet. (***)





Read More......
| 0 komentar ]




METRO TV, TULISAN RINA DEWREIGHT, DAN TIGA SKENARIO PENYELAMATAN ANTASARI
AZHAR
Untuk anggota TRANSPARANSI MEDIA

TIGA SKENARIO PENYELAMATAN antasari azhar yang dibuat jauh hari sebelum
munculnya kasus cicak dan buaya serta Bank Century (dibuat oleh kantor yang
dipimpin Mantan jendral polisi Sudirman Ail bersama Juniver Girsang, Yusuf A
Faisal dan Hotma Sitompul). Dokumen lengkapnya berjumlah 51 halaman. Berikut
ini garis besarnya.

I.
PEMBUNUHAN NAS DILAKUKAN OLEH SHW
1. SHW mengetahui adanya persoalan atau perselisihan AA dan NAS yang dipicu cinta segitiga antara AA, Rani dan NAS.
2. SHW juga terlibat konflik dengan NAS (atas latar belakang yang berbeda) dan SHW ternyata memendam hasrat dan berniat untuk melenyapkan NAS. Ketika mengetahui perseteruan AA-NAS, SHW mematangkan situasi dan berinisiatif membunuh NAS dengan “memanfaatkan” latar belakang perselisihan tersebut.
3. SHW yang berkonflik dengan NAS dapat momentum memperuncing konflik AA-NAS, dan berencana membunuh NAS. SHW menjebak AA dan Rani di Grand Mahakam dan menyuruh NAS memergokinya;
4. SHW memiliki niat untuk membunuh NAS dan membuat pengakuan bahwa AA menyuruh menghabisi NAS; Tidak sulit SHW melibatkan AA karena AA-SHW-WW telah saling kenal.
5. SHW memiliki agenda tersendiri untuk menghabisi karir AA sekaligus jiwa NAS karena ada indikasi:
1. AA berniat membongkar korupsi disalah satu departemen dimana SHW terlibat di dalamnya.
2. SHW dendam terhadap NAS karena tidak deal pembagian hasil korupsi SHW yang diketahui NAS.
6. Skenario ini harus melibatkan media online dan televisi yang anti atau kontra pemerintah. Lakukan lobi intensif dengan METRO TV melalui Elman Saragih dan Surya Paloh bersama Sugeng Parwoto dan kerlompok wartawannya.

II.
Mr. X MENGHABISI KARAKTER AA DENGAN MEMBUNUH NAS.

Mr. X berkepentingan “membunuh karakter’” AA karena AA membongkar berbagai
kasus korupsi yang melibatkan penguasa dan pengusaha.
1. Tokoh X tahu perseteruan AA dan NAS sehingga menggunakan alasan ini untuk menghabisi NAS;
2. Tokoh X tahu kedekatan SHW dan AA, apalagi setelah SHW antusias mendanai Tim Kapolri untuk menyelidiki NAS berdasarkan laporan AA;
3. Tokoh X menyebut NAS sebagai musuh negara. Selanjutnya dimintakan kepada SHW (oleh Tokoh X) untuk mendanai investigasi terhadap musuh negara tersebut;
4. WW dihadirkan kepada SHW sebagai aktor tokoh X untuk menerima dana dari SHW. WW menindaklajutinya dengan mencari perantara penyedia eksekutor. Kemudian WW memasankan kepada eksekutor agar menghabisi NAS yang disebut sebagai musuh Negara itu. WW mengaku menerima dana dari SHW dan SHW mengaku membiayai “proyek” investigasi.
5. Adakemungkinan pihak lain diperintah tokoh X untuk menyuruh tim lain menghabisi NAS.
6. SHW tidak tahu investigasi yang dibiayainya ditindaklanjuti pembunuhan. Namun SHW tidak bisa mengelak dari sangkaan karena terbukti mendanai. SHW tidak tahu siapa yang memerintahkan menembak NAS. Jadi SHW juga terjebak! SHW, AA, dan NAS dihabisi karena sinyalemen bahwa ketiganya adalah tiga serangkai dalam pengungkapan kasus korupsi.
7. Skenario ini harus melibatkan media online dan televisi yang anti atau kontra pemerintah. Lakukan lobi intensif dengan METRO TV melalui Elman Saragih dan Surya Paloh bersama Sugeng Parwoto dan kerlompok wartawannya

III. PENGUSAHA-PENGUSAHA
MEMANFAATKAN KONFLIK AA-NAS (TULISAN RINA DEWREIGHT DIINSPIRASIKAN DALAM
SKENARIO INI)

Pembunuhan Karakter AA sudah di agendakan penguasa. Ini adalah sebuah konspirasi.
1. Ada indikasi:

1. AA keras melawan korupsi termasuk menangkap pejabat publik, dari jajaran Kejaksaan dan Kepolisian;
2. AA berencana menangkap korupsi fasilitas IT KPU;
3. Adakepentingan penguasa untuk mengalihkan isu kecurangan pileg dengan sensai penangakapan AA.
1. Perselingkuhan AA dijadikan alibi untuk menghentikan langkah AA.
2. Penguasa menggunakan “jasa” pengusaha sebagai penyedia dana oprasional kepada SHW dan (aktor). Pengusaha yang dilibatkan adalah yang dendam dengan AA atau khawatir diseret AA di masa datang:
3. Meskipun WW hanya dimintakan mencari perantara, namun WW boleh jadi tahu atau tidak tahu bahwa perantara ini kemudian diperintahkan untuk menghubungi juru tembak. Jika WW tahu, berarti perantara yang dihubungi memang disuruh melakukan eksekusi langsung.
4. Setelah eksekusi, AA akan sangkakan sebagai pelaku setelah SHW dan WW ditangkap.
5. Kejaksaan dan POLRI terlibat dalam konspirasi ini, apalagi mereka memiliki perangkat untuk menemukan bukti-bukti sumir yang bisa dijadikan alasan untuk menjebak AA;
6. Skenario ini harus melibatkan media online dan televisi yang anti atau kontra pemerintah. Lakukan lobi intensif dengan METRO TV melalui Elman Saragih dan Surya Paloh bersama Sugeng Parwoto dan kelompok wartawannya

Read More......
| 0 komentar ]


Tokek…

tokek...tokek. ..
bolehkah aku bertanya
mengapa presidenku takut pada Anggodo

aku tak tahu....

tokek...tokek. ...
bolehkah aku bertanya
mengapa polisiku suka merekayasa.. .

aku tak tahu...

tokek...tokek. ..
bolehkah aku bertanya...
mengapa kejaksaanku juga sama busuknya....

aku tak tahu...

tokek...tokek. ..
bolehkah aku bertanya...
mengapa rakyatku masih diam saja...

aku tak tahu...

tokek...tokek. ..
bolehkah aku bertanya...
mengapa tidak revolusi saja...

aku.....
ayo saja...!!!

Malioboro, 21/11/09//habe: www.fiksinews. com




Read More......
| 0 komentar ]

Berikut ini Dokumen Skandal Bank Century yang didapat dari milis yang bersumber dari www.jakartapress.com. Isinya tentang penolakan statemen Gubernur Bank Indonesia Boedioni bahwa Bank Century bisa menimbulkan dampak sistemik sehingga tidak perlu diselamatkan dengan mengucurkan dana Rp 6,7 trilyun



arta – Pengamat ekonomi Tim Indonesia Bangkit (TIB) Dradjad H Wibowo yang juga mantan vokalis DPR RI, Rabu (18/11), membagi-bagikan copy dokumen yang berkategori private & confidential kepada media massa. Judulnya: Notulen Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Ekonom yang masih idealis dan bermoral ‘langka’ umumnya ini menyebut dokumen tersebut sebagai pintu masuk untuk membuka ‘kotak hitam yang penuh misteri’ dalam skandal Bank Cetury. Pasalnya, dari sini lah awal terjadinya masalah Century.

Dokumen ini terdiri dari lima halaman seperti berikut ini, dimana pada lembaran pertama ada lambang burung garuda. Lalu, di kiri atas tertulis huruf kapital tebal: PRIVATE & CONFIDENTIAL. Berikut isi lengkap dokumen:

NOTULEN RAPAT KOMITE STABILITAS SISTEM KEUANGAN (KSSK)

Hari/Tanggal: Jumat, 21 November 2008

Waktu: Pukul 00.11 s.d 05.00 WIB

Agenda: Pembahasan Permasalahan PT Bank Century, tbk

Tempat: Ruang Rapat Menteri Keuangan, Gedung Djuanda I Lt 3, Jl DR Wahidin Raya No 1 Jakarta

Pimpinan Rapat: Menteri Keuangan Selaku Ketua KSSK

Peserta Rapat:

1. Gubernur Bank Indonesia, selaku Anggota KSSK

2. Sekretaris KSSK

3. Deputi Gubernur Senior

4. Deputi Gubernur Bank Indonesia bidang Pengawasan

5. Deputi Gubernur Bank Indonesia bidang Pengaturan Perbankan dan Stabilitas Perbankan

6. Deputi Gubernur Bank Indonesia bidang Pengelolaan Moneter

7. Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan

7. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF)

8. Direktur Jenderal Anggaran

9. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang

10. Direktur Jenderal Perbendaharaan

11. Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan

12. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

13. Kepala Eksekutif LPS

14. UKP3R

15. Dirut Bank Mandiri

16. Komisaris Utama Bank Mandiri

(Daftar hadir terlampir)

PENDAHULUAN

1. Rapat dibuka oleh Menteri Keuangan pada pukul 00.15

2. Gubernur Bank Indonesia menyampaikan presentasi terkait permasalahan PT Bank Century Tbk (Bank Century)

a. Gubernur Bank Indonesia menyampaikan bahwa Bank Century telah dinyatakan Bank Indonesia sebagai bank gagal dan ditengarai berdampak sistemik. (surat Gubernur Indonesia terlampir)

b. Gubernur Bank Indonesia juga menyampaikan:

- kronologis permasalahan Bank Century;

- tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengatasi permasalahan Bank Century;

- analisis dampak sistemik dari permasalahan Bank Century; dan

- rekomendasi penyelesaian terhadap permasalahan tersebut

(lampiran I dan lampiran II surat Gubernur Bank Indonesia).

HALAMAN 2:
c. Kebutuhan penambahan modal untuk menaikkan CAR bank menjadi 8% berdasarkan posisi keuangan per 31 Oktober 2008 adalah sebesar Rp 632 Miliar (enam ratus tiga puluh dua miliar rupiah). Jumlah ini akan bertambah sejalan dengan memburuknya kondisi bank selama bulan November 2008.

d. Gubernur Bank Indonesia merekomendasikan agar Bank Century ditetapkan KSSK sebagai bank gagal berdampak sistemik, dan menyerahkan penanganan bank tersebut oleh LPS sesuai dengan ketentuan Undang-undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

II. PENDAPAT DAN SARAN

1. Pendapat dan konfirmasi Menteri Keuangan/Departemen Keuangan

a. Menteri Keuangan meminta pendapat peserta rapat tentang judgement penetapan bank gagal

b. Reputasi Bank Century tidak bagus, sehingga perlu diperhatikan latar belakang pengambilan keputusan dalam rangka penyelamatan bank untuk kepentingan yang lebih besar

c. Perlu diperhatikan apakah keputusan penyelamatan Bank Century dapat menimbulkan sinyal yang dapat menimbulkan moral hazard bagi bank-bank lain.

2. Pendapat LPS (presentasi LPS terlampir)

a. Apabila Bank Century dinyatakan sebagai bank gagal, maka ada 2 pilihan yang dapat dilakukan LPS yaitu melakukan penyelamatan atau tidak melakukan penyelamatan. Apabila penyelamatan yang dilakukan, maka akan dilakukan sesuai dengan mekanisme dan Undang-undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

b. Sehubungan dengan mekanisme penyelamatan yang terdapat dalam Undang-undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang melibatkan pemegang saham, mengingat Bank Century merupakan perusahaan publik, LPS meminta pendapat Bapepam & LK.

c. Perkiraan tambahan modal yang diperlukan adalah Rp 632 M

d. Dalam keadaan normal, Bank Century bukan sistemik

e. Bank Century telah bermasalah sejak merger 2004, salah satunya adalah permasalahan surat-surat berharga termasuk valas yang tidak bernilai. LPS mempertanyakan kepada BI tentang (i) SOP BI dalam melakukan audit apakah harus menunggu surat-surat berharga jatuh tempo; (ii) adakah tindakan kriminal dari pemilik Bank Century dan apakah ada indikasi tindakan pidana perbankan atau pidana umum; (iii) argumentasi risiko sistemik yang disampaikan BI mengingat pada kondisi saat ini hampir semua bank dapat dikategorikan dapat menimbulkan risiko sitemik, jadi LPS memerlukan justifikasi yang lebih terukur karena apabila menggunakan mekanisme penyelamatan LPS maka akan menggunakan dana bank-bank lain dalam LPS; (iv) penjelasan tentang rencana akuisisi Sinar Mas Mutiartha.

3. Pendapat BKF

Analisis risiko sistemik yang diberikan BI belum didukung data yang cukup dan terukur untuk menyatakan bahwa Bank Century dapat menimbulkan risiko sistemik, lebih kepada analisis dampak psikologis,

4. Pertanyaan Menteri Keuangan.

HALAMAN 3:
a. Dalam hal Bank Century diselamatkan dan dikhawatirkan dapat menimbulkan moral hazard, apakah LPS mempunyai kapasitas untuk menangani bank-bank lainnya.’

b. Keputusan untuk menyatakan bahwa apakah ini risiko sistemik atau bukan akan mempengaruhi

5. Pertanyaan UKP3R

Sehubungan dengan Pasal 18 Perpu JPSK apakah LPS yang menentukan akan dilakukan upaya penyelesaian atau penyelamatan.

6. Jawaban LPS

Apabila KSSK menyatakan sistemik, maka LPS tunduk. Kesimpulan LPS, apabila bank gagal berisiko sistemik maka harus dilakukan upaya penyelamatan, sedangkan bila bank gagal tidak berisiko sistemik, bisa diselamatkan bisa tidak.

7. Pendapat Bapepam & LK

Karena size Bank Century tidak besar, secara finansial tidak menimbulkan risiko yang signifikan terhadap bank-bank lain, sehingga risiko sistemik lebih kepada dampat psikhologis. Dari sisi pasar modal tidak sistemik karena saham Bank Century tidak aktif diperdagangkan.

8 Jawaban dan klarifikasi Bank Indonesia

a. Sulit untuk mengukur apakah dapat menimbulkan risiko sistemik atau tidak, karena merupakan dampak berantai yang sulit diukur dari awal secara pasti. Yang dapat diukur hanyalah perkiraan cost/biaya yang timbul apabila dilakukan penyelamatan.

b. Mengingat situasi yang tidak menentu, maka lebih baik mengambil pendekatan kehati-hatian dengan melakukan penyelamatan namun dengan meminimalisir cost.

c. Meminimalisir cost (baik materi maupun moral hazard) dengan cara pemegang saham tidak memiliki hak dan kewenangan apapun dan pemegang saham harus bertanggung jawab apabila ada kelalaian.

d. Proses akusisi oleh Sinar Mas Multiartha masih berjalan, tapi tidak bisa menunggu sampai proses tersebut selesai. Sinar Mas Multiartha untuk menyuntikkan dana memerlukan waktu untuk memeriksa surat-surat berharga Bank Century.

e. Penanganan sebaiknya jangan diukur dari kemampuan LPS.

f. Apabila tidak diselamatkan, sudah pasti LPS harus membayar dana simpanan nasabah sesuai jumlah yang dijaminkan (kurang lebih Rp 5,5 trilyun). Sedangkan apabila diselamatkan, LPS harus mengeluarkan dana sebesar yang diperlukan untuk memenuhi giro wajib minimum. Ada kemungkinan apabila diselamatkan, LPS tidak harus mengeluarkan seluruh jumlah Rp 5,5 trilyun tersebut.

g. BI melakukan pemeriksaan setiap tahun dan berdasarkan pemeriksaan pada tahun 2006 BI meminta Bank Century menyelesaikan masalah surat-surat berharga. Pada pemeriksaan tahun 2008, beberapa surat berharga dinyatakan macet sehingga mempengaruhi provisi dan menurunkan CAR. Sampai saat ini belum ada indikasi pidana, namun apabila masalah surat-surat berharga tersebut tidak terselesaikan tidak menutup kemungkinan dapat dipidana.

HALAMAN 4:
h. Sebagai tambahan analisa risiko sistemik, Bank Century dari sisi aset tidak besar, tapi apabila dibandingkan dengan 18 peer banks yang lain, dana pihak ketiga di Bank Century adalah yang terbesar.

9. Pertanyaan Menteri Keuangan

a. Terlepas dari banyaknya dana pihak ketiga dalam Bank Century, pihak-pihak ketiga memang sudah mengalami liquidity problem (masalah likuiditas). Rasa aman nasabah tidak cukup dari penanganan LPS, tapi dapat ditimbulkan dari asosiasi dengan bank lain yang terpecaya, oleh karena itu diminta pendapat Bank Mandiri.

b. Apa road map BI terhadap 18 peer banks

c. Saran Sekretaris KSSK untuk parameter menentukan sistemik atau tidak sistemik.

10. Pendapat Bank Mandiri sebagai narasumber

a. Berdasarkan pengalaman Bank Mandiri, diperlukan penjelasan tentang latar belakang pemilik Bank Century dan reputasi mereka untuk mengetahui kredibilitas pemilik apabila langkah-langkah penyelamatan dilakukan.

b. Bila diputuskan untuk diselamatkan, perlu dipertimbangkan apakah akan ada duplikasi audit BI dengan LPS.

11. Pendapat Menteri Keuangan

Apapun keputusan yang diambil KSSK harus merupakan putusan yang memunculkan confidence (kepercayaan masyarakat) dan dapat mencegah risiko sistemik.

12. Pendapat BI

a. Kepercayaan dapat lebih ditimbulkan apabila diambilalih LPS.

b. Deposito dan DPK banyak yang pindah dari bank kecil-menengah ke bank pemerintah atau bank asing.

13. Klarifikasi dari Sekretaris KSSK

a. Terjadi perubahan yang signifikan dalam perhitungan CAR untuk periode September dan Oktober 2008 menjadi minus.

b. Apabila penyelamatan dilakukan, apa langkah selanjutnya untuk 18 peer banks.

14. Jawaban BI

a. Memang ada lag data sebulan yang menyebabkan perubahan signifikan dalam perhitungan CAR.

b. LPS dapat turut berpartisipasi dalam audit BI.

c. Keputusan harus diambil segera dan tidak dapat ditunda sampai Jumat sore seperti saran LPS karena Bank Century tidak mempunyai cukup dana untuk pre-fund kliring dan memenuhi kliring sepanjang hari itu.

15. Pertanyaan dan pendapat LPS

Bagaimanakan mekanisme penyelematan yang akan dilakukan LPS, apakah (i) menggunakan Pasal 32 Undang-undang LPS; kemudian (ii) apabila tidak ada penyertaan pemegang saham dalam Pasal 32 Undang-undang LPS, maka menggunakan Pasal 39 Undang-undang LPS yang menggunakan mekanisme RUPS.

16. Pendapat dan pertanyaan UKP3R

a. Pasal 39 Undang-undang LPS baru dapat dilakukan apabila Pasal 32 tidak dapat dilakukan, sementara untuk menentukan apakah pemegang saham ikut serta dalam penanganan bank gagal (open assistance), Pasal 32 harus diupayakan dulu.

b. Selama ini BI telah memanggil dan melakukan korespondensi dengan para pemegang saham, namun apakah panggilan dan korespondensi tersebut dapat dikategorikan sebagai penawaran kepada pemegang saham untuk ikut serta.

HALAMAN 5:
17. Pendapat Menkeu

a. Seluruh risiko-risiko yang mungkin timbul, termasuk kemungkinan masalah sistemik akibat penarikan dana nasabah, harus dipaparkan dan dibahas.

b. Ada beberapa legal constraint untuk melaksanakan Pasal 32 dan Pasal 39 melalui mekanisme RUPS.

18. Pendapat Bank Mandiri

a. Nasabah sampai dengan Rp 2 milyar akan dijamin LPS, sedangkan deposan diatas Rp 2 miliar akan diajak bicara.

b. Nasabah sampai dengan Rp 2 moliar dipindahkan ke Bank Mandiri (dengan dijamin LPS)

19. Pendapat dan pertanyaan BI

a. Terhadap Bank Gagal yang Berdampak Sistemik harus dilakukan upaya penyelamatan, sementara upaya penyelamatan menghadapi beberapa rintangan hukum. Namun demikian, untuk memutuskan berdampak sistemik atau tidak sistemik jangan dipengaruhi apakah penyelamatan dapat dilakukan atau tidak.

b. Mempertanyakan apakah LPS dapat mengambilalih secara kondisional. Hal ini dijawab tidak oleh LPS.

20. Pendapat LPS

a. LPS menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan oleh LPS apabila KSSK/Komite Koordinasi menyerahkan penanganan Bank Century kepada LPS.

b. Langkah-langkah penanganan Bank Century yang akan dilakukan LPS antara lain:

- mengambilalih hak dan wewenang pemegang saham, termasuk RUPS

- melakukan penyertaan modal sementara

-mengganti direksi dan komisaris bank

c. Agar penanganan Bank Century dapat berjalan baik, LPS berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti BI, Depkeu, Meneg BUMN, dll.

III. KESIMPULAN

Pengambilan Keputusan hanya dihadiri oleh Menteri Keuangan selaku Ketua KKSK, Gubernur BI, Ketua Bapepam dan LK, Ketua dan anggota Dewan Komisioner LPS serta Sekretaris KKSK.

1. KSSK menetapkan Bank Century sebagai Bank Gagal yang Berdampak Sistemik.

2. KSSK menetapkan penanganan Bank Century kepada LPS.

3. LPS memerlukan dukungan bank Mandiri untuk pengisian manajemen baru Bank Century pagi ini sebagai bentuk dukungan profesional Bank Mandiri.

4. Berkenan dengan butir 3, Bank Mandiri telah memiliki calon, namun perlu ada satu pengurus lama guna kesinambungan kepengurusan.

Di bawah lembaran ini ada stempel bergambar burung garuda dengan tulisan KOMITE STABILITAS SISTEM KEUANGAN. Di bawahnya ada dua tandatangan. Yaitu: Anggota, Gubernur Bank Indonesia, Boediono dan Ketua KSSK, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (*)

Read More......
| 0 komentar ]

Selamat Pagi Buaya!!!



Ha...Ha...Ha...

Ha...Ha...Ha...

Ha...Ha...Ha...



Selamat Pagi Pak Buaya...!!!

"Halo...Ang..apa duitnya sudah ditaruh di jok mobil"

"Sudah Pak. sepuluh milyar cukup kan utuk beli pentil"

"Kalau kurang kan gampang, Ang...Ha Ha Ha....!!! Tinggal aku patil, pasti keluar bermil-mil"

"He he he...yang penting dijamin kasus hukum saya bebas kan Pak Buaya Kancil."

"Itu kecciiiiill...Ha... Ha... Ha...!!!

"He..he...he...memang Bapak pantas jadi buaya kancil...otak seperti buaya, kelakuan seperti kancil... suka berbohong, senang mengutil....kasus besar dibilang kecil...asal ada uang semua pasal bisa dimartil, semua masalah pasti berhasil..."



Ha...Ha...Ha...



Selamat Siang Pak Buaya...!!!

"Halo...Ang..aku sudah ketemu Rito. Dia bilang beres...!!!"

"Bagus itu. Tinggal Pak Buaya urus saja Surat IR-1...nanti tambahannya beres..!!!"

"Surat IR-1 tinggal diteken, Ang. Begitu masuk bui, surat pasti turun...beres..!!!"

"Kapan dua coro itu masuk bui. Tanganku udah gatel, biar aku sendiri yang beresi...!!!"

"Nunggu kapan tambahannya kamu beresi...!!!"

"Sekarang bisa aku beresi..."

"Kalau begitu, siang ini aku bisa tahan dan masukin penjara besi...Buaya kan opo jareku ta. Kalau aku bilang tahan ya tahan. Yang penting setorannya jangan sampai kurang..."

"Setoran tambahan siang ini sudah dibawa Putra Bejo ke rumah Pak Buaya. Oh ya, apakah besok kedua coro itu langsung diganti..."

"Surat pergantian itu sudah ada...itu kan skenario kita yang buat dan pasti diikuti...uangmu yang 100 milyar itu kan sudah dipakai kampanye Ibu...begitu roger...ganti...Pokoknya kalau sama Ibu..pasti aman..Ha...Ha...Ha...."

"Biar Bapak tampak seperti berhala suci, yang penting Ibu bisa kita beli...He...He...He..."





Ha...Ha...Ha...

Selamat Malam Pak Buaya...!!!

nnnnnnnnnngggggggggggggggg

nnnnnnnnnnnnnnnggggggggggg



"Halo...Pak Buaya..."

"Halo...Ang. Kamu ganggu saja..."

"Memangnya Pak Buaya sedang ada di mana..."

"Burger-1...Ang...Ha...Ha...Ha..."

"He...he...he....aku punya stok bagus di sana Pak...Minta saja sama Jhon.. baru dapat dari Cianjur..masih 15 tahun. Anaknya montok Pak...!!!"

"Pesenanku mana...yang seperti Mano"

"Sudah ada Pak...segera aku kirim Pak...lima belas menit juga sampai..."

"Oh ya..kapan kamu heroinmu datang...biar aku perintahkan anak buahku yang amankan..."

"Besok lewat Bandara...petugas sepertinya mulai ketat Pak..."

"Gampang...serahkan saja padaku...semua bisa diatur kan..."

"Pokoknya kalau heroinku aman, kita makan...!!!

"Oke Anggar..."

"Oke Pak Buaya...Selamat Malam Pak Buaya...Selamat Menikmati Burger-mentahnya."



Ha...Ha...Ha....

Ha...Ha...Ha...



jakarta, 121109//habe//www.fiksinews.com






Read More......
| 0 komentar ]

Sri, Lapas Batu

Sri, besok pagi jangan kau cari aku lagi
katakan pada anak-anak, aku pergi, jauh...jauh sekali
mungkin aku juga tidak tahu, ke mana jalanku nanti
kau baik-baik saja, jaga anak-anakmu, mungkin aku tak kembali

Sri, kemarilah, berikan tubuhmu padaku
aku ingin mencium harum wangimu
karena sebentar lagi, aku tak pernah menjamahmu
karena penjara sedang menungguku
di sini aku hanya dengar ombak laut selatan dan angin yang galau

Sri, jangan kau menangis
bagiku, penjara itu bukan kuburan
bukan juga kungkungan
aku akan melawan sebisaku, meski darahku sudah membeku

Sri, di sini, aku masih bisa tersenyum
meskipun kakiku remuk, badanku hancur
setiap malam aku digebuki, disetrum, jempol kakiku diinjak
bibirku disundut rokok, kepalaku ditetesi air dingin, otakku beku, syarafku bengkak

Sri, mungkin aku sudah gila
tapi aku masih ingat kamu
ingat anak-anakmu yang kemarin turun ke jalan
menghunuskan risau, meneriakkan galau
suara anakmu yang menguatkanku

Sri, sudah ya..aku mau tidur
mungkin aku tak bangun lagi
jangan mencariku, kalau hanya membuatmu menguras air matamu

salam dariku:
lapas batu, nusakambangan! !

habe





Read More......
| 0 komentar ]

di perempatan Senayan

anak kecil bermata dekil
tubuhnya telanjang, bugil

sejenak ia datang dan menangis
sebilah risau ditancapkannya padaku: aku lapar

anak kecil bermata dekil
tubuhnya telanjang, bugil

tulang iganya berjinjit
nyaris tanpa kulit
mukanya cekung, ingusnya menjerit

anak kecil bermata dekil
tubuhnya telanjang, bugil

sejenak aku menoleh
melempar desah: cuah
sejurus sedan meninggalkan asap di udarah

anak kecil bermata dekil
tubuhnya telanjang, bugil

sekejap para serdadu datang menangkap
memiting tulang iganya tanpa mengendap

anak kecil bermata dekil menjerit
: aku lapaaarrrr....

(Indonesia kaya raya, presidennya makmur, tak ada rakyatnya yang lapar
: bukkk....brukk.!!!)

senayan, 121109//www.fiksinews.com//habe





Read More......
| 1 komentar ]

republlik cukong, negeri para bandit
Inilah republik cukong
negeri yang diperintah dengan sombong
aparatnya suka berbohong
presidennya cuma tong kosong

Inilah republik cukong
negeri para bandit

negeri kaya raya tapi rakyatnya miskin tak punya duit
aparatnya suka korupsi dan pelitnya amit amit
polisinya suka main peluit: prit..priitt..rakyat dipalak sampai mati kejepit

siapa yang coba melawan
: akan ditangkap, lalu ditahan, dimasukkan penjara dan dicocok hidungnya pakai sumpit

siapa yang memberi duit
: akan dilepas, bebas kapan saja dan kasus hukumnya tak pernah diungkit-ungkit

Inilah negeri para bandit
salah sedikit, tak pakai duit, cilakalah sampai sakit dan dijamin mati tanpa komat kamit

Inilah negeri para cukong
selalu berkata bohong, seperti macan giginya ompong

Jakarta, 12 nov 2009// habe arifin





Read More......
| 0 komentar ]

seri sajak perlawanan



Sumpah Sampah (3)

Sumpah Sampah

Kami Aparat Penegak Hukum Indonusia Mengaku
Bertumpah Darah Satu Tanah Air Penangkapan

Kami Aparat Penegak Hukum Indonusia Mengaku
Berbangsa Satu Bangsa Persekongkolan

Kami Aparat Penegak Hukum Indonusia Mengaku
Berbahasa Satu Bahasa Rekayasa

jakarta, 281009//41109//www.fiksinews.com

Read More......
| 0 komentar ]

seri sajak perlawanan




Sumpah Sampah (2)

Sumpah Sampah

Kami Politisi Indonusia Mengaku
Bertumpah Darah Satu Tanah Air Kepentingan

Kami Politisi Indonusia Mengaku
Berbangsa Satu Bangsa Penghianatan

Kami Politisi Indonusia Mengaku
Berbahasa Satu Bahasa Kebohongan

Jakarta, ”28 Oktober 2009”/4 november 2009, habe arifin: www.fiksinews.com


Read More......
| 1 komentar ]


sajak perlawanan (untuk kpk)

ketika mereka menangkapku
: aku tidak gentar

ketika mereka memenjarakanku
: aku tidak takut

ketika mereka memukuliku
: aku bagai baja tanpa luka

ketika mereka memaksaku berdusta
: aku sumpal mulutku

ketika mereka merampas kemerdekaanku
: aku katakan: lawan

ketika mereka merebut hidupku
: aku katakan: lawan...lawan

ketika mereka membunuh harapanku
: aku katakan: lawan...lawan...lawan!!!

Jakarta, habe arifin, 2 november 2009
www.fiksinews.com



Read More......
| 0 komentar ]

Hidup Teroris!!
Cak Kodir baru saja bangun tidur. Ia bergegas menggenjot pedal becaknya ke warung Yu Nah. Nama pemilik warung yang semok ini sebenarnya Kunainah. Ia lebih senang dipanggil Nai. Katanya lebih keren. Tetapi, karena ia sering berkomentar ”Nah,” saat pengunjung warung kopinya berdiskusi, jadilah Kunainah dipanggil Yu Nah. Pagi itu, Yu Nah sudah siap melayani pengunjungnya



Cak Kodir memarkir becaknya. ”Yu Nah, kopi item nggak pake gula,” katanya sambil menyarungkan sarungnya ke leher. ”Opo’o Cak, gak punya uang ta,” Yu Nah memperlihatkan muka baceman. ”Bukan. Gus Dur saja pakai pita hitam. Jadi, kopi juga harus hitam, tanpa gula, tanpa susu. Pokoke item, black,” Cak Kodir sudah mulai memanskan seisi warung.

Pengunjung mulai melirik pembicaraan Cak Kodir. ”Lho, memangnya siapa yang mati Cak. Kok Gus Dur pakai celana hitam, eh..sori, pita hitam,” sahut Cak Bas. ”KPK mati rek. Dipateni karo bolone dewe,” Cak Kodir menyumpal mulutnya dengan tahu petis. Harusnya presiden kan bertindak. Waktu kampanye kan janji akan memberantas korupsi. Kalau KPK mati, siapa yang mau menjalankan pemberantasan korupsi. Rakyat kan hanya percaya pada KPK, bukan pada Kejaksaan apalagi polisi. Wingi aku kena tilang, Rp 50 ribu bablas,” Cak Bas mulai ikut bersungut-sungut.

Yu Nah, seperti biasa, menyela diskusi pengunjung warung kopinya. ”Nah, kebeneran kalau KPK mati. Nanti aku buatin kuburannya di samping warungku. Kalau sampean-sampean iki ngutil tahu, nggak mau bayar kopi, gak bisa ditagih utangnya, aku laporin ke KPK. Beres to!!” Yu Nah berlagak kemayu. ”Diamput koen Nah!!” tahu di mulut Cak Kodir melompat keluar. ”Kalau KPK mati, korupsi makin subur. Koruptor-koruptor ikut senang, pesta dan itu yang diinginkan mereka,” Cak Kodir duduk kembali sambil menyeruput kopi itemnya.

Yu Nah tak mau kalah. Dia membawa sotil penggorengan yang panas dan berminyak itu sambil menunjuk hidung Cak Kodir. ”Sampean keliru Cak. Kalau KPK mati, itu artinya presiden yang kita pilih dalam pemilu lalu memang tak becus. Kisruh KPK vs Polri ini tes tertulis apakah presiden yang sekarang tidak didampingi Pak JK itu bisa memimpin atau tidak, bisa mengambil kebijakan yang cepat atau tidak.”

”Ini tes apakah presidenmu itu tegas, serius memberantas korupsi, pintar mengambil solusi, tidak melakukan pembiaran atau sebaliknya justeru menyerahkan semua persoalan korupsi kepada aparat yang justeru terlibat korupsi, aparat yang suka telepon-teleponan karo koruptor, liburan bareng koruptor, sampai apa pun yang dipakai, mulai kancut sampai semir rambut dibelikan koruptor,” Yu Nah nyaris menyundut hidung Cak Kodir dengan sotil penggorengan. Untungnya tangan Cak Bas segera menebas sotil panas itu.

Yu Nah mundur satu langkah. Cak Bas tiba-tiba mengumpat. ”Diamput!! Pinter juga Yu Nah, Cak..!” Cak Bas memuji Yu Nah di hadapan suaminya, Cak Man, yang tiba-tiba masuk warung sambil membawa poster ”Hidup teroris!!.” Melihat Cak Man bawa poster ganjil, Cak Bas langsung mendampratnya. ”Wong gendeng Cak...poster begitu kok dibawa-bawa,” Cak Bas menyeruput kopi pahit milik Cak Kodir.

Tak mau kalah, dengan gaya cengengesan, Cak Man duduk di atas meja, di samping tumpukan tahu petis. ”Koen gak ngerti kan. Poster ini terbukti cara yang paling ampuh mengalihkan perhatian publik terhadap kasus KPK. Polri yang kini terkoyak-koyak dimaki-maki jutaan orang tidak akan selamanya menerima penghinaan itu. Mereka akan kembali merebut simpati publik.”

”Caranya ya dengan memainkan isu teroris ini...jadi, tak salah kan aku bawa poster ”hidup teroris!!” kalau teroris mati semua, polisi gak ada ide untuk mengalihkan perhatian publik. Itu artinya kasus Chandra m Hamzah dan Bibit Samad Riyanto akan terus menggelinding bak bola salju. Jika terus dibiarkan, bola itu akan mencaplok dirinya sendiri dan akan terus menggelinding ke mana-mana, termasuk kinerja presiden, janji presiden, keseriuasan presiden memberantas korupsi,” pantat Cak Man ditampar sotil panas Yu Nah.

”Enak ae duduk sembarangan. Ini tempat makanan bukan tempat bokongmu!!”

Sambil meringis Cak Man masih saja tak mau disalahkan. ”Justeru aku sengaja duduk di meja, karena menteri-menteri sekarang ini juga banyak yang salah duduk kok..!!!” Cak Man ikut metingkrang di kursi bersebelahan dengan Cak Kodir yang melongo mendengarkan argumen Cak Man. Mulutnya tibat-tiba ikut bersuara, ”hidup teroris, hidup Cak Man!!” (si ragil/www.fiksinews.com/jakarta.11109)

Read More......