| 0 komentar ]




Kiai Sudrun

Menurut cerita, Kiai Sudrun itu alim. Kealimannya sampai membuat masyarakat terpukau dan menempatkannya sebagai satu-satunya kiai yang disegani dan ditokohkan. Tapi anehnya ia tidak pernah sholat lima waktu.

Suatu hari ia bertemu seorang pemabuk. Sang pemabuk ini berdiri di panggung dan berteriak-teriak. ”Hoi...Kiai Sudrun yang ada di hadapanku ini sebeneranya tukang mabuk. Sama sepertiku. Sehari ia mabuk lima kali, subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya. Kalau waktu sholat tiba, Kiai Sudrun malah mabuk....”

Kiai Sudrun tentu pusing tujuh keliling. Ia tak mau membantah, meskipun ia punya kewenangan dan punya banyak kesempatan membantahnya. Ia hanya geleng-geleng kepala. Seluruh warga yang mendengar kabar itu langsung meminta Kiai Sudrun melepas sorbannya. Tak pantas bagi seorang kiai menggunakan sorban jika perilakunya mabuk-mabukan seperti itu. Kiai Sudrun pun melepas sorbannya.

Esoknya, Kiai Sudrun bertemu pezina. Sang pezina ini spontan berdiri di panggung yangs ama dan berteriak-teriak. ”Hoi...Kiai Sudrun yang ada di hadapanku ini sebenarnya tukang zina, sama sepertiku. Sehari ia mabuk lima kali, subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya. Kalau waktu sholat tiba, Kiai Sudrun justru berzina....”

Kiai Sudrun tentu pusing tujuh keliling. Ia tak mau membantah, meskipun ia punya kewenangan dan punya banyak kesempatan membantahnya. Ia hanya geleng-geleng kepala. Seluruh warga akhirnya meminta Kiai Sudrun melepas baju gamis dan sarungnya. Tak pantas bagi seorang kiai menggunakan baju gamis dan sarung jika perilakunya suka zina seperti itu. Kiai Sudrun pun melepas baju gamis dan zina sambil menangis.

Esoknya, Kiai Sudrun melewati panggung yang sama. Kali ini Kiai Sudrun bertemu seorang penjudi. Sang penjudi pun naik panggung dan bicara dengan pengeras suara. ”Wahai rakyat di kampung ini. Saksikanlah bahwa Kiai Sudrun yang ada di hadapanku ini sejatinya seorang penjudi. Sehari ia berjudi lima kali, subuh, dhuhur,ashar, maghrib, dan Isya. Ketika waktu sholat tiba, ia berjudi denganku....”

Kiai Sudrun bertambah pusing. Kali ini warga menuntut Kiai Sudrun meninggalkan semua kemewahannya, rumah, kendaraan, anak-isteri, dan harus hidup seorang diri, tanpa tempat tinggal, tanpa kesenangan. Kiai Sudrun pun akhirnya lontang-lantung sendirian dan tak punya tujuan.

Esoknya lagi, Kiai Sudrun kembali lagi melewati jalan yang sama dan berhenti di panggung. Di sana sudah berdiri dua orang lelaki. Satu bertato dan satunya berdasi. Dia seorang perampok dan satunya seorang koruptor. ”Saudara-saudara...tahukah Anda bahwa Kiai Sudrun ini seorang perampok sejati. Setiap hari lima kali ia mulai subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isya. Dalam otaknya tertanam paten ilmu rampok...Ketika waktu sholat tiba, ia justru merampok...”

Kiai Sudrun seperti akan pingsan. Kali ini seluruh warga makin marah. Warga beramai-ramai memukuli Kiai Sudrun dan nyaris membakarnya hidup-hidup. Untungnya ada polisi yang datang dan langsung mengamankannya di pos polisi. Nyawa Kiai Sudrun pun terselamatkan. Kiai Sudrun diberi pakaian seragam polisi lengkap dengan pangkat bintang empat dan topi pet. (***)





0 komentar

Posting Komentar