| 0 komentar ]






Gus Dur
(AKu Tak Kan Pernah Mati)


Aku pasti mati
Tapi aku tetap hidup

Badan dan jasadku boleh mati
Tapi semangatku tetap hidup

Orang-orang boleh menyebutku mati
Tapi keberanianku tetap hidup

Sejarah boleh mencatatku telah mati
Tapi pikiran-pikiranku tetap hidup

Keluarga, anak, dan isteriku boleh menandai nisanku telah mati
Tapi kecintaanku kepada mereka tetap hidup
Sayangku pada bangsa, negara, dan rakyatku masih tetap hidup

Aku tak kan pernah mati
Karena jiwaku tetap hidup

Untuk mereka, bangsaku

Jakarta, 30 desember 2009

www.fiksinews.com/habe/301209




Read More......
| 0 komentar ]




Kentut Pak Hansip

PAGI ini, perut Badrul mules bukan main. Ia heran. Seharian kemarin, ia tak makan makanan yang membuat perutnya penyakitan seperti ini. Obat mencret sudah ditelannya, mulesnya malah makin menjadi-jadi. Kepala Badrul ikut pening. Dua merk obat sakit kepala pun ditenggaknya. Kepalanya malaha nyaris copot. Sakitnya minta ampun.

Badrul menggenjot becaknya ke warung Yu Jah. Angin berembus, meniupnya. Segar sekali. Udara begitu segar, meski polusi masih yang ketiga di dunia. "Sampai di warung, Yu Jah langsung membanting sutil. "Kampret temen Drul," Yu Jah ngomel. Badrul tak segera terpancing. Ia masih menahan mules. "Kalau Presiden setuju Pansus. Mendukung Pansus, minta diusut tuntas, seharusnya partai pendukung presiden di parlemen tak perlu menolak jika Pansus ingin memanggil presiden. Ini kan beda. Presidennya ngegas, ketua parlemennya ngereeeemmmmm terusss..mbulet kayak kentutnya hansip saja,' Yu Jah tiba-tiba mematikan kompor. "Aku mogok bikin kopi Drul. Kamu pesen yang lain saja," Yu Jah duduk bersilang.

Badrul mencaplok tahu petis. Ia mencocolnya dengan sambal pedas. "Nah, iki Yu yang beken kepalaku pusing, bikin pertuku mulesss sejak tadi..." Badrul kembali melahap tahu petis. Lima irisan sudah dicaploknya. "Aku juga nggak habis pikir Yu. Seharusnya, kalau presiden itu laki-laki, seharusnya tak perlu Pansus terbelah soal pemanggilan presiden. Kalau aku presidennya, akulah yang meminta agar Pansus melisting namaku dalam daftar panggil jika memang diperlukan. Itu sikap laki-laki, konsisten, berani bertanggung jawab, tak gentar menghadapi risiko. Bila perlu sebagai ketua dewan pembina partai, ia bisa meminta ketua fraksi di parlemen untuk mendorong agar pansus tak segan-segan memanggilnya bila memang diperlukan..." Badrul heran. Makin ia bicara blak-blakan, sakitnya makin berkurang dan lama-lama menghilang.

Partai pendukung pemerintah itu, Badrul tetap saja nyerocos, artinya mendukung sikap dan konsistensi pemerintah. Bukan sebaliknya, malah inkonsistensi terhadap sikap pemerintah. Kalau pemeirntah setuju pansus dibuka lebar-lebar, diusut tuntas, seharusnya partai pemerintah mendorong semuaa tindakan dan agenda pengusutan itu secara tuntas. Bukan menghalangi, bukan pula menutup-nutupi. Badrul sengaja ngocol terus. Ia ingin mulesnya bener-bener hilang.

"Lho Cak Badrul kayak orang bego saja. Sampean saja main di dua kaki. Presiden juga bisa main di dua kaki, bahkan lima wajah. Di depan rakyat, ia bisa bilang "usut tuntas." Di partai, dia bisa saja bilang,"Tahan, rem..jangan diteruskan." Di depan ketua fraksi atau ketua parlemen, ia juga bisa bilang "hadang." Di depan partai koalisi dia bisa bilang, "ngono yo ngono neng ojo ngono." Jadi jangan heran jika koran menulis mbuletnya pansus bila ingin memanggil presiden. Ini politik Cak, bukan asrama hansip," Yu Jah makin sewot. "Aku mogok gak mau bikin rawon. Kamu kalau pesen, yang lain saja.'

"Jangkrik. Otakmu encer juga Yu. Kalau pansus jalannya seperti ini, mbulet kayak kentut hansip, bisa diduga presiden memang punya panca muka. Bergantung siapa yang dihadapi dan apa situasinya. Ia bisa galak, seolah-olah serius, bisa juga lembek, seolah-olah tidak tahu masalah. Ia bisa juga cool, seolah-olah ialah yang paling baik, paling bener sendiri. Ya ibarat jurus, ia punya jurus panca muka tadi. Muka mana yang dipakai, ya bergantung siapa yang dihadapi hehehe...," Badrul berdiri. "Yu Jah, ngebon ya..!!!" Badrul melompat dari warung dan segera menggenjot becaknya. Teriakan Yu Jah agar utang bulan lalu tak digubris...

"Wedus...koen Drul..." Yu Jah mencomot tahu petis dan melahapnya utuh-utuh..!! Met tahun baru Drul..." Yu Jah ngakak. Badrul memang enak diajak berdiskusi. (www.fiksinews.com/habe/26/12/09)

Read More......
| 0 komentar ]


Ngaca Dulu Sebelum Jadi Wartawan

JAKARTA - Orang-orang yang menyebut dirinya wartawan bahkan melaporkan Luna Maya ke polisi sebaiknya ngaca dulu. "Ngaca dulu sebelum jadi wartawan," kata Bedul, Ketua Indonesia Journalist Club, kemarin.



Seluruh rangkaian terjadinya peristiwa itu dilatarbelakangi oleh penghinaan terhadap derajat kewartawan. Para pekerja infotainment yang mengaku juga sebagai jurnalis tidak berperilaku sebagai jurnalis dalam menjalankan aktivitas jurnalistiknya. "Mereka telah melanggar kode etik jurnalistik. Pelanggaran ini sama halnya merendahkan derajat profesi jurnalis," tegas Bedul.



Bedul bahkan mengutip kode etik jurnalistik dari website www.dewankerhoamatanpwi.com bagaimana seharusnya perilaku jurnalis dalam meliput berita. Dalam Bab III disebutkan wartawan harus menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan karya jurnalistik. "Faktanya kepala anak yang digendong Luna Maya terpukul kamera pekerja infotainment."



BAB III
SUMBER BERITA

Wartawan Indonesia menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) dan selalu menyatakan identitasnya kepada sumber berita



Kode Etik Jurnalistik AJI dalam pasal 6 seperti dikutip di ttp://id.wikisource.org/wiki/Kode_Etik_Jurnalistik_AJI berbunyi:

"Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen." Lalu pasal 11 berbunyi " Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat."





Secara umum, KEWI juga mengatur bagaimana seharusnya jurnalis berperilaku. Pasal 1 secara tegas diatur bahwa jurnalis tak boleh punya niat buruk dalam mencari berita. Pekerja infotainment sudah memiliki itikad tidak baik dengan mengejar Luna Maya untuk memperoleh berita.



Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

Penafsiran
a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.
b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.
c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain



Dalam pasal dua, juga ditegaskan tentang profesionalisme jurnalis. Jika tak sesuai dengan pasal dua, misalnya tidak menghormati hak privasi, itu artinya jurnalis memang tidak profesional. "Tidak profesional itu berarti melanggar kode etik junalistik. Pelanggaran terhadap kode etik jurnalistik merupakan perilaku merendahkan martabat profesi jurnalis," katanya.



Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

Penafsiran
Cara-cara yang profesional adalah:
a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
b. menghormati hak privasi;
c. tidak menyuap;
d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;
e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;
f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;
g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;
h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.



Pasal 3 mempertegas bagaimana berita infotainment harus berimbang dan tidak menghakimi. Luna Maya jelas telah dihakimi. dikoyak-koyak privasinya dan diperlakukan seperti orang yang bersalah atas sepak terjangnya, yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan publik.



Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsiran
a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.


Bedul tidak meneruskan kalimat-kalimatnya. "Dari pasal satu saja sudah salah, kalau diteruskan nanti bertambah salah, keliru. Sudah telanjang bahwa pelanggaran kode etik jurnalistik merupakan penghianatan terhadap profesi jurnalistik, profesi wartawan. Jadi ngaca dulu sebelum mendeklarasikan diri sebagai wartawan. Kalau tidak, perilakunya justru akan merendahkan derajat kewartawanan. Lha wong pelacur saja tidak mau dihina, direndahkan. Mereka demo segala. Wartawan ya seharusnya tidak menghinakan profesinya, merendahkan profesinya sendiri," Bedul mengakhiri statemennya. (habe//www.fiksinews.com)


Read More......
| 1 komentar ]


Apa perbedaan PKI dan PKS?

PKI sejatinya Partai Keadilan Islam. Awal berdirinya PKI digagas oleh saudagar Islam. Keadilan Islam kemudian bergeser. Komunisme menjadi ideologi yang menarik para pemikir kala itu. PKI kemudian berubah menjadi komunis. Sejatinya, komunisme yang ingin dibangun adalah soal bagaimana keadilan bisa ditegakkan. Sayang metode menegakkan keadilan itu "berbenturan" dengan keadilan Islam. Para pemimpinnya teguh pendirian, militan, dan berani. PKI pun dikenang sebagai partai kalah karena ada yang menang.



Lantas, bagaimana dengan PKS?

PKS sejatinya Partai Khilafah Sejuk. Partai ini ingin mendirikan satu kepemimpinan tunggal di dunia, dengan Islam sebagai ideologi negara. Karena ada embel-embel Sejuk, akhirnya PKS tidak berani terang-terangan dan lebih memilih yang sejuk-sejuk. Ketika para pemimpinnya berkuasa, PKS berubah orientasi menjadi Partai Kebal Sadap. Program kerjanya membuat aturan bahwa penyadapan itu bertentangan dengan hukum Islam. Tetapi jika penyadapan dilakukan atas izin PKS (partai kebal sadap) maka penyadapan diperbolehkan oleh Islam. Pada akhirnya, Islam menjadi ideologi yang diperdagangkan. Metode penegakkan keadilan versi PKS dilakukan dengan cara menggunakan Islam sebagai komoditas yang paling menentukan boleh tidaknya sebuah aturan/perbuatan. Akhirnya, PKS dikenang karena sewenang-wenang. karena ada yang dikorbankan, ada yang dilemahkan.



Jadi, apa bedanya PKI dan PKS?

PKI dikenang karena kalah setelah ada yang menang

PKS dikenang karena sewenang-wenang setelah melemahkan



habe

www.fiksinews.com




Read More......
| 0 komentar ]



Republik Sedang Hamil Tua (2)

DEMO AKBAR dilaksanakan di alun-alun. Rakyat berbondong-bondong memadati panggung. Puluhan senator turun ke jalan, berbaur dengan massa. Umbul-umbul berbagai organisasi menyesaki lapangan. Orasi menghangatkan mimbar. Berkali-kali terdengar teriakan 'hidup rakyat, hidup rakyat...!!" Ribuan aparat dalam posisi siaga, memakai seragam antihuru-hara, membawa pentungan, sebagian senjata laras panjang. Mereka memasang muka buaya.

Foto wakil presiden dan menteri keuangan kembali jadi amukan massa. Di tengah orasi menuntut mundur wakil presiden, foto wapres digantung. Mukanya bopeng, separo muka wapres, separo wajah markus, Ang Go Do. aparat menyerbu ke tengah lapangan, merebut foto wapres. tetapi massa menahan laju mereka. Bentrokan terjadi. Aparat mundur. merekakalah jumlah. Lima aparat ditahan massa, bahkan sempat digebuki. Sedetik kemudian, Bondang berteriak lantang. "Bakar!!" Foto wapres ramai-ramai dibakar. "hidup rakyat..hidup rakyat...!!" asap mengepul seperti sedang terjadi kebakaran hebat di perkampungan padat penduduk yang saban hari terjadi di Ibu Kota.

Aparat mendatangkan puluhan mobil antihuru hara. Mobil penyemprot air dan gas air mata pun berdiri siaga di belakang-samping pengunjuk rasa. Suasana semakin hiruk-pikuk. Pekik "hidup rakyat...hidup rakyat.." Terus menggema dari pengeras suara 3500 watt. Kawat berduri dipasang melingkar. Entah mereka ingin mengamankan siapa.

Giliran boneka presiden jadi sasaran massa. Boneka seukuran patung liberty itu pun diarak ke panggung. Bentuk boneka ini aneh. Presiden Go Cik Pol digambarkan sedang berpidato. Tangannya memegang megaphone. Setiap tombol dipencet, megaphone akan berbunyi.."omdo..omdo...omdo" Jika tombol ditekan dua kali, suaranya berbunyi "Nato...nato..nato...!!" Bonoeka presiden pun jadi bahan tertawaan. seratusan mahasiswa bahkan melemparinya dengan telur busuk, persis mengenai muka.

Menjelang siang, tokoh-tokoh politik nasional berdatangan. Tampak ketua pimpinan agama, ketua organsiasi massa, organisasi profesi, dan banyak lagi. Mereka langsung menuju panggung dan memberi orasi. "Kita tidak anarki.Kita melakukan aksi simpati. Tujuan kita ke sini untuk memberi dukungan moral kepada parlemen untuk mengusut tuntas korupsi yang melibatkan para pemangku kekuasaan," seorang pemimpin agama berdiri di panggung dengan senyum. tepuk tangan mendinginkan suasana. teriakan "hidup rakyat" kembali terdengar.

Mereka berdiri bersepuluh. Seluruh tokoh agama di sana. Mereka berdiri, berpegangan tangan, lalu mengangkatnya ke atas. Belasan tokoh lain juga berdiri di panggung. Mereka membacakan Piagam. Anehnya, piagam kali ini berisi sembilan butir.

1. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan segala bentuk korupsi
2. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan pembiaran praktik korupsi
3. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang tak becus menindak koruptor
3. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang bersekongkol dengan koruptor
4. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang disokong kekuasaannya oleh koruptor
5. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang melindungi para koruptor
6. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang penakut dan lembek terhadap koruptor
7. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang seolah-olah memberantas korupsi tetapi tak pernah melakukannya sendiri, cuma bisa ngomong tapi miskin prestasi pemberantasan korupsi
8. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa yang melumpuhkan dan mengkriminalkan lembaga pemberantasan korupsi
9. Kami putra putri bangsa Indonesia melawan penguasa cap tai kucing.

Butir kesembilan ini membuat aparat panas. Puluhan truk anti huru hara serempak bergerak maju mendesak massa. Ribuan aparat merangsek memukul siapa saja yang berada di dekatnya. Massa pun lari lintang pukang. water canon dan gas air mata disemprotkan bertubi-tubi. Aparat intelijen menangkapi tokoh-tokoh demonstran. Demonstrasi pun bubar. Seratus aktivis ditangkap. "Diancuk...aku tertidur..Bondan, Sukijat, nang ndi koen rek!!" Taufik bangun mencari teman-temannya.


habe//9//12/09














Read More......
| 0 komentar ]





"Ada Yang Menggoyang Saya"


BANGUN dari tidur siangnya, Pak Lurah langsung menuju teras kantor kelurahan. "Ini sudah keterlaluan, melebihi batas. Ada yang menggoyang saya." Semua pegawai dibuat terperanjat. Warga yang berlalu lalang di jalanan depan kantor kelurahan berhenti, terhenyak melihat Pak Lurah berdiri, menepuk-nepuk dadanya.

Lek Jengah, tukang ojek payung, melihat kelakuan Pak Lurah sambil mulutnya nyerocos. "Lho Pak Lurah kok marah. Waktu si Ang Go Rok memfitnah dalam rekaman rekayasa korupsi, Pak Lurah diam saja tuh..Anak buahnya juga diam. Nggak ada yang lapor ke polisi. Sekarang gara-gara si Kudil, bocah tengil yang suka sensasi, Pak Lurah sewot. Ah, ana-ana waelah," Lek Jengah mengunyah permen karet sambil menawarkan payung ke pengguna jalan yang kehujanan.

HUJAN. Memang sedang musim hujan. Orang yang tak ikut menerima aliran dana korupsi bisa juga kehujanan. Beberapa orang bahkan bisa basah kuyup. Makanya Lek Jengah memilih ojek payung jika hujan sedang jatuh. Jika hari terik, Lek Jengah mebawa sepeda ontelnya. Ia pernah kredit motor, tapi karena ia khawatir menambah polusi di Ibu Kota, motornya dikembalikan. Ia memilih ojek sepeda pancal. Lebih sehat, lebih berkeringat.

Kudiil, Lek Jengah tahu betul kelakuan Kudil. Dulu ia pernah menyebarkan teror akan menyerang negara orang. Sweeping juga diembuskan ke mana-mana. Media negara asing pun panas, padahal hari sedang hujan. Karena nggak ada yang peduli, dan aparat kepolisian juga nggak pernah memeriksa para penebar teror, Kudil memilih isu lain yang lebih hot. Ia memilih isu aliran dana korupsi. Sejumlah nama disebut menerima dana korupsi. Sejumlah nama tim suskes Pak Lurah hingga anak Pak Lurah. "Data kami akurat dan sumber ynag kami lindungi," Kudil pura-pura memamerkan muka serius. Lek Jengah paham betul, Kudil sedang stress karena utang di warung Mak Jaim menumpuk. Kredit panci isterinya juga belum lunas dibayar.

Pak Lurah kembali berteriak-teriak. "Ini sudah keterlaluan, melebihi batas. Kami difitnah," Pak Lurah masuk ke ruangan. Seluruh pegawai, anak buahnya, dikumpulkan. "Apakah kalian semua mau difitnah??" serentak dijawab "tidak" oleh pegawainya. "Apakah kalian akan diam saja jika difitnah?" kembali suara koor terdengar,"tidaaaak k..!!" Pak Lurah kembali mengulangi pertanyaannya. "Apa kaliam diam saja jika kelurahan kita akan dihancurkan orang lain yang tidak suka pada kita," lagi-lagi dijawab 'tidaaaakk!! "

Pak Lurah kembali ke teras. "Ini sudah keterlaluan, melebihi batas. Ada yang sengaja menggoyang saya." Ia lantas menunjuk sekretaris urah membentuk TPF untuk menyelidiki siapa saja yang terlibat percobaan menggoyang Pak Lurah.

Sekretaris Lurah bernama Setu Wati (wanita setengah tua, wajah cantik setengah mati) gesit menyingkap misteri penggoyang Pak Lurah. Rival pak Lurah dalam pemilihan lurah diperiksa. Nihil. Tak ditemukan indikasi mereka menggoyang Pak Lurah. Sasaran dialihkan ke LSM. Lagi-lagi nihil. Mereka justru ingin Pak Lurah tegas menggoreng koruptor. Pusing. setu wati pusing tujuh keliling. Ia pun punya ide. "Buaya. Kita periksa buaya." Hasilnya, sepertinya ada indikasi, tapi masih sumir. "Cicak, kita periksa cicak." Lagi-lagi hasilnya sumir.

Setu Wati menyerah. Ia lapor Pak Lurah. "Saya tidak menemukan satu pun orang yang menggoyang Pak Lurah. Indikasi pun tidak," kata Setu. Pak Lurah tambah sewot. Pak Lurah berdiri mematung dan geram. "Harus ditemukan sekarang!!"

Setu pun lari terbirit-birit. Ia pusing setengah mampus. Ia pun curhat ke suaminya persis menjelang Kamis malam. Suami Setu tampaknya sudah tak tahan karena seminggu di luar kota tak bertemu isterinya. Kamis malam itu, sang suami memberi "nafkah" sangat berlebihan ke Setu Wati, hingga Setu terkapar tak berdaya.

Esoknya, entah mengapa Setu berhasil menyelesaikan laporan dan siap menghadap Pak Lurah. "Pak Lurah. Ini diluar dugaan saya. Memang sudah ada indikasi bahkan bukti otentik, ada yang sengaja menggoyang Pak Lurah," Setu mulai masuk ke inti persoalan.

Belum dilanjutkan, Pak Lurah melompat, "Yess!!!" "Kamu memang top. Tidak usah kamu lanjutkan. Semua pernyataanku benar dan kamu sudah membuktikannya. Memang ada yang sengaja menggoyang saya," Pak Lurah mengepalkan tinju.

Setu melanjutkan, "Tapi ini sangat sensitif kalau sampai saya sebutkan Pak Lurah." Pak Lurah menyumpal mulut Setu. "Cukup. Tak usah kamu sebut nama karena aku sudah tahu siapa anasir-anasir yang ingin menggoyang saya. Aku sudah merasakannya semalam, dalam perenungan. Saya tahu, Allah pun tahu."

Setu menimpali,"Pak Lurah." "Cukup. Tak peliru kau teruskan. Aku sudah tahu, Allah pun tahu." "Pak Lurah," Setu ingin meluruskan masalah. "Cukup. kamu keluar dan tinggalkan laporanmu di atas meja." Setu akhirnya ngibrit. ....!!!

habe arifin
www.fiksinews. com//61209/

Read More......
| 0 komentar ]

Rahasia di Pusara Istana Negara

Ini memang sebuah cerita. Sebuah rekaan atas rahasia di pusara Istana Negara. Rahasia ini datang dari seorang arkeolog. Janggutnya yang putih panjang menandakan ia telah berumur. Wawasannya tentang dunia arkeologi dunia menunjukkan pengalamannya yang luas. Tetapi ia senantiasa bercerita tentang rahasia pusara Istana Negara di mana-mana, di seminar-seminar, di forum-forum arkeologi internasional. Entahlah apa yang membuatnya begitu tertarik pada pusara Istana Negara.
“Ini menyangkut bagaimana perilaku presiden Indonesia,” kata sang arkeolog. Ia ingin menceritakannya lebih detail tentang isi pusara Istana Negara yang ditemukannya dalam sebuah penggalian rahasia di bawah terik bulan purnama.


Bulan purnama pertama ia menggali pusara ketika masa Presiden Soekarno. Waktu itu Presiden Soekarno sedang dalam kemelut besar dengan Amerika dan Inggris. Sampai tiba suatu kobaran semangat yang terucap dari mulut Soekarno, “Amerika diseterika, Inggris dilinggis.” Soekarno juga tak segan-segan mengobarkan perang dengan siapa saja yang dianggapnya berani menghina harga diri bangsa dan rakyat Indonesia. Tak peduli itu tetangganya sendiri, Malaysia. Ia kobarkan perang Ganyang Malaysia.
Sang arkeolog sangat penasaran mengapa Bung Karno begitu tegas, berani, dan lurus dalam membela harga diri bangsanya. Ia pun melakukan penggalian di pusara Istana Negara. Penggalian penuh risiko ini kemudian menemukan hasil. “Saya menemukan sebuah PEDANG,” katanya. Tak tanggung-tanggung, pedang ini berukuran sangat besar dan panjang. “Mungkin ini pedang brahma kumbara, seperti di cerita drama radio,” sang arkeolog berimajinasi.

Sang arkeolog kemudian menghubungkan penemuannya dengan sifat dan perilaku Bung Karno. Pedang yang lurus panjang, besar dan gagah, tajam memotong dan menebas musuh tanpa penghalang, dan gagangnya yang kuat, teguh dan kokoh. “Kepemimpinan Bung Karno seperti pedang. Ia tegas dan berwibawa. Ia juga pemberani. Berani bertanggung jawab dan tak pernah berlindung pada bawahan. Siapa pun akan dilawan, tak peduli Negara itu besar atau kecil. Siapa pun yang merendahkan martabat dan harga diri bangsanya, Bung Karno akan tampil di depan, seperti pedang, dengan nada bicara yang lantang, keras, berkobar-kobar. Seperti pedang yang ditemukannya, nama Bung Karno akan selalu besar di mata rakyatnya dan panjang umurnya, meskipun jasadnya telah tiada. Namanya akan harum dan dikenang sepanjang zaman.”

***
Tiba saatnya, Orde Baru berkuasa. Selama 32 tahun berkuasa, sang arkeolog pun ingin menyibak rahasia di balik kepemimpinan Pak Harto. Pada purnama kedua, sang arkeolog melakukan penggalian diam-diam di pusara Istana Negara. Ia terkejut. Pada kedalaman lima meter ia tak menemukan apa-apa. Sepuluh meter, ia cuma mendaptakan air. Dua puluh meter, sang arkeolog Cuma menemukan lempung. Ia nyaris putus asa. Ia gali lima meter lagi. Tak juga ditemukan benda-benda penting. Lima meter lagi ia gali. Tak juga ditemukan benda yang bisa menjelaskan sifat kepemimpinan Pak Harto. Karena sudah 30 meter penggalian, sang arkeolog memutuskan tak meneruskan pekerjaan. Tapi sebuah cacing tiba-tiba mengejutkannya. Cacing itu muncul bersama semburan air panas. Ia memutuskan menggali dua meter lagi. Benar, kali ini sanag arkeolog menemukan sebilah KERIS.

Keris ini memiliki ujung yang sangat runcing dan tajam. Gagangnya kuat dan kokoh. Berbentuk gelombang berkelok-kelok. “Keris ini persis sifat dalam kepemimpinan Pak Harto selama memimpin Indonesia, 32 tahun lamanya,” sang arkeolog menyimpulkan.
Selama hidupnya, Pak Harto akan selalu menempuh jalan berliku-liku, berkelok-kelok, tidak lurus seperti pedang. Untuk mencapai tujuannya, apa yang diinginkannya, Pak Harto tidak akan serta merta mengatakannya saat itu juga. Ia akan memilih waktu, atau mengatakannya kepada isterinya, atau kepada orang lain. Tetapi, Pak Harto tetap seperti keris, yang ujungnya runcing dan tajam. Ia ingin hasil akhir yang mematikan, yang sesuai dengan keinginannya. Tidak boleh tidak.

Ingin menjadi presiden, cara yang ditempuh Pak Harto tidak mulus dan lurus. Perlu pergolakan dulu, peristiwa besar G30S 1965, yang berdarah-darah. Jutaan orang tewas, ratusan ribu dipenjara tanpa pengadilan. Ia ingin menjadi bapak pembangunan, maka apa pun akan ditempuhnya, penggusuran, penyiksaan, bahkan pembunuhan. Pelangaran HAM di mana-mana, di seluruh Indonesia. Seperti sifat keris yang berliku-liku, tetapi cara mematikannya ke depan: ditusukkan. Siapa pun yang tak mendukung keinginannya, Pak Harto tak segan-segan menusuknya, dari depan atau dari belakang. Beda dengan pedang, keris memang tampak indah dilihat dan punya wibawa. Sepanjang 32 tahun lamanya, rakyat dibuai oleh keindahan sang keris. Tapi seperti keris pula, ia bisa menikam dari mana saja, termasuk menikam dirinya sendiri. Pada 1998, keris itu menikam kekuasaan Pak Harto. Menusuk dari balik selimut.

***
Dalam masa gonjang-ganjing, Presiden RI dipimpin oleh BJ Habibie. Keputusan memberikan opsi kemerdekaan kepada Timtim merupakan catatan sejarah paling penting di masa ini. Kebebasan pers dan gerakan demokratisasi menjadi ciri berikutnya. Sang arkeolog ingin menyingkap rahasia di balik sikap dan karakter kepemimpinannya.
Tak begitu dalam menggali pusara Istana Negara, sang arkeolog menemukan sebilah TOMBAK.

Seperti sifat tombak, BJ Habibie tegak lurus dan berani. Seperti tombak, Habibie hanya focus pada keinginan agenda reformasi dan mengatasi inti masalah bangsa. Seperti masalah Timtim. Habibie tegak lurus dan tanpa tedeng aling-aling langsung memberikan opsi kemerdekaan. Itulah inti masalah Timtim: mau gabung atau merdeka. Begitu juga masalah bangsa. Habibie juga bersikap seperti tombak. Tegak lurus dan langsung menyelesaikan masalah. Mau otoriter atau demokratis. Mau kebebasan pers atau terkungkung. Mau otonomi daerah atau kekuasaan terpusat dan terhegemoni. Habibie berhasil menancapkan tombaknya pada pilihan-pilihan penting, sesuai keinginan rakyat dan bangsanya.

***
Lepas dari kepemimpinan Habibie, Indonesia dipimpin oleh KH Abdurrahman Wahid. Sang arkeolog sulit menemukan benda-benda di pusara Istana Negara. Ia tidak menemukan titik gali yang pas. Akhirnya, sang arkeolog menggali hampir di semua bagian Istana Negara. Galiannya memang tidak ke dalam, tetapi melebar. Begitu ditemukan pusara Istana Negara, sang arkeolog tanpa kesulitan menemukan benda-benda yang menjadi symbol kekuatan dan karakter Gus Dur, panggilan KH Abdurrahman Wahid. Rupanya sang arkeolog menemukan CELURIT.

Sang arkeolog merasa ada yang aneh. “Mengapa celurit?” ia bertanya-tanya. Tak lama ia menemukan jawabannya. Celurit dikenal dalam udaya Carok Madura. Dalam Carok, hampir tak ada kata verifikasi, cek dan ricek, apalagi investigasi. Ia cepat dan tebas. Di Madura, begitu ada kabar isteri seseorang diganggu, celurit segera bicara dan terjadilah pertarungan mematikan. Dalam banyak masalah, meja perundingan hampir tak pernah dipakai, karena Celurit lebih dulu menjadi hakim.

Di daerah Tapal Kuda, Jatim, tempat massa paling militan Gus Gur, budaya carok masih kental dan kuat. Maklum di Tapal Kuda, sebaran orang Madura masih banyak. Lasykar Berani Mati juga dari Tapal Kuda. Mereka pernah datang ke Jakarta untuk membela Gus Dur dan lebih memilih pertumpahan darah daripada jalur diplomatis. Penegrahan kekujatan massa menjadi andalan. Saat Gus Dur terpilih jadi presiden pun, cap jemol darah dimana-mana. Cap jempol darah menjadi momok menakutkan politisi Jakarta. Akibat ketakutan itulah, Gus Dur diangkat dan dipilih jadi presiden.

Celurit lantas menjadi inspirasi kepemimpinan Gus Dur: Cepat dan Tebas. Sejumlah Departemen yang dianggapnya korup lantas DIBABAT, ditebas, alias dihapus. Departemen Sosial dan Departemen Penerangan contohnya. Gus Dur juga mengobrak-abrik pakem di ABRI/TNI. Kopral bisa menjadi panglima dan jenderal bisa menjadi prajurit. Shock theraphy diberlakukan di mana-mana. Copot ini angkat itu. Gus Dur ingin melakukan perubahan yang cepat meski cuma akibat bisik-bisik. Tanpa verifikasi apalagi kajian dan investigasi. Ya, ingin tahu sifat kepemimpinan Gus Dur, lihatlah celurit. Dan akibat keberanian “Carok Politik” itu, Gus Dur pun terkena celurit. Ia tumbang cuma dalam tiga tahun kekuasaannya. Dan yang menumbangkan juga bukan orang luar, mereka termasuk orang-orang yang mengangkatnya, orang-orang terdekatnya.

***
Kisruh Gus Dur berlalu, Indonesia dipimpin Megawati. Orang banyak berharap kepemimpinan Mega sama seperti Bung Karno, ayahnya. Rupanya public kecewa. Ia memang keturunan Bung Karno, tetapi karakternya jauh berbeda. Sang arkeolog pun menggali pusara Istana Negara. Tak begitu dalam, sang arkeolog pun menemukan rahasia kepemimpinan Mega. “Lho, kok PISAU DAPUR.” Pisau ini tampak berkarat dan tumpul.

Sang arkeolog pun member tafsir atas temuannya. Pisau dapur memang mirip pedang. Tapi ia berukuran sangat kecil. Kegunaannya pun hanya untuk mengiris bumbu dapur. Sekali-kali untuk memotong ikan. Sama dengan Mega, ia lebih sibuk mengurusi dapur kekuasannya sendiri, orang-orang internalnya yang sibuk berebut kekuasaan. Mega yang diharapkan bisa melakukan banyak hal, seperti ketika ia menjadi symbol reformasi, ternyata tumpul. Mega justru membungkam kebebasan pers, mengkriminalisasi pers, antidemokratisasi, banyak diam, dan tak banyak melakukan terobosan pemberantasan korupsi. Mega juga keblaikan dari Bung Karno yang mati-matian mempertahankan asset bangsa, Mega justru menjuali asset Negara.

Akhirnya sang pisau dapur pun tak dipakai lagi ketika pemilu 2004. Ibu-ibu lebih memilih pria tampan, sok alim, banyak senyum, dan terlihat sopan.

***
Sang pria tampan itu adalah SBY. Sosok jenderal tanpa pasukan ini memang selalu rapi,wangi, seolah-olah sopan dan berwibawa, sangat terukur dan selalu hati-hati. Rupanya semua penglihatan itu cuma public relation. Semua sifat itu diciptakan oleh Tim Pencitraan. Maka jangan kaget ketika public tak pernah melihat wajah SBY merah padam dalam situasi kebakaran, skandal perampokan uang Negara, atau kriminalisasi KPK. Ia akan tetap tenang dan harus mengedepankan isu-isu yang merugikan dirinya kemudian diekspos dengan tujuan untuk meraih simpati public. Ini semua kerja-kerja pencitraan. Tak lebih.

Untungnya ada JK yang selalu bekerja dana bekerja, menyelesaikan satu per satu persoalan bangsa. Tanpa strategis pencitraan atau public expose. JK meyakini benaran setelah diskusi dan memilih beberapaopsi lantas ia melaksanakannya. Selama lima tahun berkuasa, SBY akhirnya kembali menjadi presiden dan JK pulang kampong.
Sang arkeolog penasaran apa sih rahasia kepemimpinan SBY sehingga ia terpilih lagi. Sang arkeolog tak bisa langsung menggali pusara Istana Negara. Ia menunggu bagaimana presiden menyelesaikan kasus kriminalisasi KPK dan skandal Bank Century. Tapi rasa penasaran begitu kuat dan akhirnya di malam purnama kelima, ia menggali pusara Istana. Ia begitu berharap dapat menemukan sesuatu yang besar dan istimewa. Tapi sang arkeolog itu terkejut ketika ditemukan karet PENTIL dan sebuah PER. Pentil, untuk apa SBY menyimpan pentil dan per, di pusara Istana? Arkeolog masih bertanya-tanya. Apakah karakter kepemimpinan SBY selalu ngepe’r.

Menyelesaikan solusi seperti per pegas, mental ke sana, mental ke sini, tak jelas junstrungnya. Seluruh kebijakannya seperti karet pentil. Bisa pendek, bisa panjang, semaunya, molor mungkret. Jika ditiup karet pentil seperti balon, bisa mengambang di atas air. Keputusan yang mengambang, instruksi yang tak jelas, penyelesaian kasus yang mulur mungkret.

Karena masih tak percaya dengan temuannya, sang arkeolog melanjutkan galiannya. Pada kedalaman lima meter, ia justeru menemukan SISIR. Lho kok sisir?? Arkeolog makin keki. Ia tak berani meneruskan penggalian. Takut dikira main-main. Tapi beberapa anak buahnya menggali satu meter lagi. Kali ini, arkeolog menemukan parfum. Wangi di mana-mana, tapi tak terlihat hasilnya.

Detik itu juga sang arkeolog menghentikan penggalian dan segera cabut meninggalkan pusara Istana Negara. STOP!!! “Bisa barabe kalau diteruskan,” kata sang arkeolog sambil ngibrit ke luar Istana. (www.fiksinews.com//habe//281109)



Read More......
| 0 komentar ]




Poligami Politik Pak Lurah

Isu poligami juga mengilhami Pak Lurah untuk memutuskan perkara. Ia memakai strategi poligami bukan tanpa tujuan. Baginya strategi poligami bisa membawa dirinya tetap selamat, dijauhkan dari segala hujatan dan caci maki warganya.

Terbetiklah kisah di kampong Pak Lurah. Dua pejabat dimasukkan penjara. Rupanya kasusnya direkayasa. Polisi pamong praja menuduhkan pasal pemerasan kepada keduanya. Padahal, tak secuil pun mereka menerima uang apalagi bertemu dengan para koruptornya. Tentu saja warga marah. Warga menuntut Pak Lurah bicara, membela dua pimpinan yang telanjur dianiaya. Tuntutan semakin membesar hampir-hampir warga melakukan revolusi sosial.

Karena tak tahan dihujat dan dimaki-maki warganya, Pak Lurah mulai menerapkan strategi poligaminya. Ia membentuk tim investigasi kasus rekayasa pimpinan lembaga pemberantasan korupsi kelurahan (LPKK). Setelah tim dibentuk, Pak Lurah makin tersudut. Temuan LPKK tak diindahkan kepolisian pamong praja dan kejaksaan kelurahan. Laporan pun diberikan kepada Pak Lurah. Intinya meminta Pak Lurah bertindak tegas melakukan membebaskan kedua pimpinan LPKK dan mereformasi pejabat di kepolisian pamong praja dan kejaksaan kelurahan.

Ketidakpuasan warga makin merajalela. Kali ini warga sudah mulai mengusik kepribadian dan karakter Pak Lurah yang lamban, lelet, tidak mengerti, cenderung bodoh tapi sok pinter, terlalu hati-hati tapi tidak tahu untuk apa hati-hati, dan lari dari tanggung jawab, melemparkan persoalan kepada orang lain. Pak Lurah makin gerah karena tudingan warga terus berlanjut dari hari ke minggu dari minggu ke bulan. Pak Lurah tak bisa melakukan apa-apa selain menunggu dan menunggu. Entah apa yang ditunguu dan untuk apa, untuk siapa, ia menunggu.

Sampai akhirnya ia harus termakan oleh janjinya sendiri. Ia akan menyampaikan sikapnya hari Senin ini. Mejelang Senin, ia memanggil tim investigasi. Ia meminta laporan resminya. Esoknya hasil laporan tim investigasi dikonsultasikan kepada dua petinggi kepolisian pamong praja dan kejaksaan kelurahan untuk dibahas dan dikaji. Tentu saja hal-hal yang menyangkut reformasi kedua lembaga itu tak digubrisnya. Juga tentag pembebasan pimpinan LPKK. Kedua petinggi itu menolak tunduk pada hasil tim investigasi. Pak Lurah manggut-manggut.

Ia pun mencari ”isteri” lagi untuk dijadikan tameng. Ia pun memanggil dua ketua mahkamah kelurahan untuk dimintai pendapat. ”Jadi bagaimana dipenjara atau dilepas,” kata Pak Lurah. Dua ketua mahkamah pun memberikan argumennya.

Tak puas, esoknya Pak Lurah mencari ”isteri” kembali. Dua petinggi LPKK yang menjadi korban pun dipanggil ke antor kelurahan. Dia pun diajak berunding. Pembicaraan dilakukan tanpa transparansi dan mencimulkan kecurigaan di mata publik. Maklum dua petinggi ini bakal ditekan dan diintervensi jiwanya.

Isteri-isteri lain pun dikencaninya, serpti para ahli hukum dan paktisi hukum. Mereka dimintai pendapat atau disuruh melegitimasi keputusan, tidak ada yang tahu. Yang pasti Pak Lurah mengencani semua ’isteri”nya dengan gusar.

Begitu hari Senin tiba, Pak Lurah masih mengulur waktu. Pagi hari ia kumpulkan seluruh ”isterinya” di sebuah forum resmi. ”Jadi, bagaimana, dilepas atau tidak.” Pak Lurah melanjutkan. ”Kalau warga masih tetap marah, saya bisa mengatakan, keputusan itu hasil sumbangan pemikiran semua pihak lho. Bukan Cuma saya yang memutuskan. Kalian semua harus jadi tameng saya.”

Semua ”isteri” Pak Lurah harus menjadi bamper dan tameng keputusan penting itu. Kalau warga tak puas, bukan salah Pak Lurah seorang. Semua pihak yang telah dipanggil dan dimintai pendapat turut menanggung akibatnya. Pak Lurah Cuma menyampaikannya saja. ”Jadi, beginilah poligami politik itu. Saya nikmati kepuasannya, Anda semua menikmati risikonya hehehe...” Pak Lurah terkekeh..kekeh..!!!(www.fiksinews.com//habe//231109)











Read More......
| 0 komentar ]




Kiai Sudrun

Menurut cerita, Kiai Sudrun itu alim. Kealimannya sampai membuat masyarakat terpukau dan menempatkannya sebagai satu-satunya kiai yang disegani dan ditokohkan. Tapi anehnya ia tidak pernah sholat lima waktu.

Suatu hari ia bertemu seorang pemabuk. Sang pemabuk ini berdiri di panggung dan berteriak-teriak. ”Hoi...Kiai Sudrun yang ada di hadapanku ini sebeneranya tukang mabuk. Sama sepertiku. Sehari ia mabuk lima kali, subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya. Kalau waktu sholat tiba, Kiai Sudrun malah mabuk....”

Kiai Sudrun tentu pusing tujuh keliling. Ia tak mau membantah, meskipun ia punya kewenangan dan punya banyak kesempatan membantahnya. Ia hanya geleng-geleng kepala. Seluruh warga yang mendengar kabar itu langsung meminta Kiai Sudrun melepas sorbannya. Tak pantas bagi seorang kiai menggunakan sorban jika perilakunya mabuk-mabukan seperti itu. Kiai Sudrun pun melepas sorbannya.

Esoknya, Kiai Sudrun bertemu pezina. Sang pezina ini spontan berdiri di panggung yangs ama dan berteriak-teriak. ”Hoi...Kiai Sudrun yang ada di hadapanku ini sebenarnya tukang zina, sama sepertiku. Sehari ia mabuk lima kali, subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya. Kalau waktu sholat tiba, Kiai Sudrun justru berzina....”

Kiai Sudrun tentu pusing tujuh keliling. Ia tak mau membantah, meskipun ia punya kewenangan dan punya banyak kesempatan membantahnya. Ia hanya geleng-geleng kepala. Seluruh warga akhirnya meminta Kiai Sudrun melepas baju gamis dan sarungnya. Tak pantas bagi seorang kiai menggunakan baju gamis dan sarung jika perilakunya suka zina seperti itu. Kiai Sudrun pun melepas baju gamis dan zina sambil menangis.

Esoknya, Kiai Sudrun melewati panggung yang sama. Kali ini Kiai Sudrun bertemu seorang penjudi. Sang penjudi pun naik panggung dan bicara dengan pengeras suara. ”Wahai rakyat di kampung ini. Saksikanlah bahwa Kiai Sudrun yang ada di hadapanku ini sejatinya seorang penjudi. Sehari ia berjudi lima kali, subuh, dhuhur,ashar, maghrib, dan Isya. Ketika waktu sholat tiba, ia berjudi denganku....”

Kiai Sudrun bertambah pusing. Kali ini warga menuntut Kiai Sudrun meninggalkan semua kemewahannya, rumah, kendaraan, anak-isteri, dan harus hidup seorang diri, tanpa tempat tinggal, tanpa kesenangan. Kiai Sudrun pun akhirnya lontang-lantung sendirian dan tak punya tujuan.

Esoknya lagi, Kiai Sudrun kembali lagi melewati jalan yang sama dan berhenti di panggung. Di sana sudah berdiri dua orang lelaki. Satu bertato dan satunya berdasi. Dia seorang perampok dan satunya seorang koruptor. ”Saudara-saudara...tahukah Anda bahwa Kiai Sudrun ini seorang perampok sejati. Setiap hari lima kali ia mulai subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isya. Dalam otaknya tertanam paten ilmu rampok...Ketika waktu sholat tiba, ia justru merampok...”

Kiai Sudrun seperti akan pingsan. Kali ini seluruh warga makin marah. Warga beramai-ramai memukuli Kiai Sudrun dan nyaris membakarnya hidup-hidup. Untungnya ada polisi yang datang dan langsung mengamankannya di pos polisi. Nyawa Kiai Sudrun pun terselamatkan. Kiai Sudrun diberi pakaian seragam polisi lengkap dengan pangkat bintang empat dan topi pet. (***)





Read More......
| 0 komentar ]




METRO TV, TULISAN RINA DEWREIGHT, DAN TIGA SKENARIO PENYELAMATAN ANTASARI
AZHAR
Untuk anggota TRANSPARANSI MEDIA

TIGA SKENARIO PENYELAMATAN antasari azhar yang dibuat jauh hari sebelum
munculnya kasus cicak dan buaya serta Bank Century (dibuat oleh kantor yang
dipimpin Mantan jendral polisi Sudirman Ail bersama Juniver Girsang, Yusuf A
Faisal dan Hotma Sitompul). Dokumen lengkapnya berjumlah 51 halaman. Berikut
ini garis besarnya.

I.
PEMBUNUHAN NAS DILAKUKAN OLEH SHW
1. SHW mengetahui adanya persoalan atau perselisihan AA dan NAS yang dipicu cinta segitiga antara AA, Rani dan NAS.
2. SHW juga terlibat konflik dengan NAS (atas latar belakang yang berbeda) dan SHW ternyata memendam hasrat dan berniat untuk melenyapkan NAS. Ketika mengetahui perseteruan AA-NAS, SHW mematangkan situasi dan berinisiatif membunuh NAS dengan “memanfaatkan” latar belakang perselisihan tersebut.
3. SHW yang berkonflik dengan NAS dapat momentum memperuncing konflik AA-NAS, dan berencana membunuh NAS. SHW menjebak AA dan Rani di Grand Mahakam dan menyuruh NAS memergokinya;
4. SHW memiliki niat untuk membunuh NAS dan membuat pengakuan bahwa AA menyuruh menghabisi NAS; Tidak sulit SHW melibatkan AA karena AA-SHW-WW telah saling kenal.
5. SHW memiliki agenda tersendiri untuk menghabisi karir AA sekaligus jiwa NAS karena ada indikasi:
1. AA berniat membongkar korupsi disalah satu departemen dimana SHW terlibat di dalamnya.
2. SHW dendam terhadap NAS karena tidak deal pembagian hasil korupsi SHW yang diketahui NAS.
6. Skenario ini harus melibatkan media online dan televisi yang anti atau kontra pemerintah. Lakukan lobi intensif dengan METRO TV melalui Elman Saragih dan Surya Paloh bersama Sugeng Parwoto dan kerlompok wartawannya.

II.
Mr. X MENGHABISI KARAKTER AA DENGAN MEMBUNUH NAS.

Mr. X berkepentingan “membunuh karakter’” AA karena AA membongkar berbagai
kasus korupsi yang melibatkan penguasa dan pengusaha.
1. Tokoh X tahu perseteruan AA dan NAS sehingga menggunakan alasan ini untuk menghabisi NAS;
2. Tokoh X tahu kedekatan SHW dan AA, apalagi setelah SHW antusias mendanai Tim Kapolri untuk menyelidiki NAS berdasarkan laporan AA;
3. Tokoh X menyebut NAS sebagai musuh negara. Selanjutnya dimintakan kepada SHW (oleh Tokoh X) untuk mendanai investigasi terhadap musuh negara tersebut;
4. WW dihadirkan kepada SHW sebagai aktor tokoh X untuk menerima dana dari SHW. WW menindaklajutinya dengan mencari perantara penyedia eksekutor. Kemudian WW memasankan kepada eksekutor agar menghabisi NAS yang disebut sebagai musuh Negara itu. WW mengaku menerima dana dari SHW dan SHW mengaku membiayai “proyek” investigasi.
5. Adakemungkinan pihak lain diperintah tokoh X untuk menyuruh tim lain menghabisi NAS.
6. SHW tidak tahu investigasi yang dibiayainya ditindaklanjuti pembunuhan. Namun SHW tidak bisa mengelak dari sangkaan karena terbukti mendanai. SHW tidak tahu siapa yang memerintahkan menembak NAS. Jadi SHW juga terjebak! SHW, AA, dan NAS dihabisi karena sinyalemen bahwa ketiganya adalah tiga serangkai dalam pengungkapan kasus korupsi.
7. Skenario ini harus melibatkan media online dan televisi yang anti atau kontra pemerintah. Lakukan lobi intensif dengan METRO TV melalui Elman Saragih dan Surya Paloh bersama Sugeng Parwoto dan kerlompok wartawannya

III. PENGUSAHA-PENGUSAHA
MEMANFAATKAN KONFLIK AA-NAS (TULISAN RINA DEWREIGHT DIINSPIRASIKAN DALAM
SKENARIO INI)

Pembunuhan Karakter AA sudah di agendakan penguasa. Ini adalah sebuah konspirasi.
1. Ada indikasi:

1. AA keras melawan korupsi termasuk menangkap pejabat publik, dari jajaran Kejaksaan dan Kepolisian;
2. AA berencana menangkap korupsi fasilitas IT KPU;
3. Adakepentingan penguasa untuk mengalihkan isu kecurangan pileg dengan sensai penangakapan AA.
1. Perselingkuhan AA dijadikan alibi untuk menghentikan langkah AA.
2. Penguasa menggunakan “jasa” pengusaha sebagai penyedia dana oprasional kepada SHW dan (aktor). Pengusaha yang dilibatkan adalah yang dendam dengan AA atau khawatir diseret AA di masa datang:
3. Meskipun WW hanya dimintakan mencari perantara, namun WW boleh jadi tahu atau tidak tahu bahwa perantara ini kemudian diperintahkan untuk menghubungi juru tembak. Jika WW tahu, berarti perantara yang dihubungi memang disuruh melakukan eksekusi langsung.
4. Setelah eksekusi, AA akan sangkakan sebagai pelaku setelah SHW dan WW ditangkap.
5. Kejaksaan dan POLRI terlibat dalam konspirasi ini, apalagi mereka memiliki perangkat untuk menemukan bukti-bukti sumir yang bisa dijadikan alasan untuk menjebak AA;
6. Skenario ini harus melibatkan media online dan televisi yang anti atau kontra pemerintah. Lakukan lobi intensif dengan METRO TV melalui Elman Saragih dan Surya Paloh bersama Sugeng Parwoto dan kelompok wartawannya

Read More......
| 0 komentar ]


Tokek…

tokek...tokek. ..
bolehkah aku bertanya
mengapa presidenku takut pada Anggodo

aku tak tahu....

tokek...tokek. ...
bolehkah aku bertanya
mengapa polisiku suka merekayasa.. .

aku tak tahu...

tokek...tokek. ..
bolehkah aku bertanya...
mengapa kejaksaanku juga sama busuknya....

aku tak tahu...

tokek...tokek. ..
bolehkah aku bertanya...
mengapa rakyatku masih diam saja...

aku tak tahu...

tokek...tokek. ..
bolehkah aku bertanya...
mengapa tidak revolusi saja...

aku.....
ayo saja...!!!

Malioboro, 21/11/09//habe: www.fiksinews. com




Read More......
| 0 komentar ]

Berikut ini Dokumen Skandal Bank Century yang didapat dari milis yang bersumber dari www.jakartapress.com. Isinya tentang penolakan statemen Gubernur Bank Indonesia Boedioni bahwa Bank Century bisa menimbulkan dampak sistemik sehingga tidak perlu diselamatkan dengan mengucurkan dana Rp 6,7 trilyun



arta – Pengamat ekonomi Tim Indonesia Bangkit (TIB) Dradjad H Wibowo yang juga mantan vokalis DPR RI, Rabu (18/11), membagi-bagikan copy dokumen yang berkategori private & confidential kepada media massa. Judulnya: Notulen Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Ekonom yang masih idealis dan bermoral ‘langka’ umumnya ini menyebut dokumen tersebut sebagai pintu masuk untuk membuka ‘kotak hitam yang penuh misteri’ dalam skandal Bank Cetury. Pasalnya, dari sini lah awal terjadinya masalah Century.

Dokumen ini terdiri dari lima halaman seperti berikut ini, dimana pada lembaran pertama ada lambang burung garuda. Lalu, di kiri atas tertulis huruf kapital tebal: PRIVATE & CONFIDENTIAL. Berikut isi lengkap dokumen:

NOTULEN RAPAT KOMITE STABILITAS SISTEM KEUANGAN (KSSK)

Hari/Tanggal: Jumat, 21 November 2008

Waktu: Pukul 00.11 s.d 05.00 WIB

Agenda: Pembahasan Permasalahan PT Bank Century, tbk

Tempat: Ruang Rapat Menteri Keuangan, Gedung Djuanda I Lt 3, Jl DR Wahidin Raya No 1 Jakarta

Pimpinan Rapat: Menteri Keuangan Selaku Ketua KSSK

Peserta Rapat:

1. Gubernur Bank Indonesia, selaku Anggota KSSK

2. Sekretaris KSSK

3. Deputi Gubernur Senior

4. Deputi Gubernur Bank Indonesia bidang Pengawasan

5. Deputi Gubernur Bank Indonesia bidang Pengaturan Perbankan dan Stabilitas Perbankan

6. Deputi Gubernur Bank Indonesia bidang Pengelolaan Moneter

7. Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan

7. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF)

8. Direktur Jenderal Anggaran

9. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang

10. Direktur Jenderal Perbendaharaan

11. Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan

12. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

13. Kepala Eksekutif LPS

14. UKP3R

15. Dirut Bank Mandiri

16. Komisaris Utama Bank Mandiri

(Daftar hadir terlampir)

PENDAHULUAN

1. Rapat dibuka oleh Menteri Keuangan pada pukul 00.15

2. Gubernur Bank Indonesia menyampaikan presentasi terkait permasalahan PT Bank Century Tbk (Bank Century)

a. Gubernur Bank Indonesia menyampaikan bahwa Bank Century telah dinyatakan Bank Indonesia sebagai bank gagal dan ditengarai berdampak sistemik. (surat Gubernur Indonesia terlampir)

b. Gubernur Bank Indonesia juga menyampaikan:

- kronologis permasalahan Bank Century;

- tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengatasi permasalahan Bank Century;

- analisis dampak sistemik dari permasalahan Bank Century; dan

- rekomendasi penyelesaian terhadap permasalahan tersebut

(lampiran I dan lampiran II surat Gubernur Bank Indonesia).

HALAMAN 2:
c. Kebutuhan penambahan modal untuk menaikkan CAR bank menjadi 8% berdasarkan posisi keuangan per 31 Oktober 2008 adalah sebesar Rp 632 Miliar (enam ratus tiga puluh dua miliar rupiah). Jumlah ini akan bertambah sejalan dengan memburuknya kondisi bank selama bulan November 2008.

d. Gubernur Bank Indonesia merekomendasikan agar Bank Century ditetapkan KSSK sebagai bank gagal berdampak sistemik, dan menyerahkan penanganan bank tersebut oleh LPS sesuai dengan ketentuan Undang-undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

II. PENDAPAT DAN SARAN

1. Pendapat dan konfirmasi Menteri Keuangan/Departemen Keuangan

a. Menteri Keuangan meminta pendapat peserta rapat tentang judgement penetapan bank gagal

b. Reputasi Bank Century tidak bagus, sehingga perlu diperhatikan latar belakang pengambilan keputusan dalam rangka penyelamatan bank untuk kepentingan yang lebih besar

c. Perlu diperhatikan apakah keputusan penyelamatan Bank Century dapat menimbulkan sinyal yang dapat menimbulkan moral hazard bagi bank-bank lain.

2. Pendapat LPS (presentasi LPS terlampir)

a. Apabila Bank Century dinyatakan sebagai bank gagal, maka ada 2 pilihan yang dapat dilakukan LPS yaitu melakukan penyelamatan atau tidak melakukan penyelamatan. Apabila penyelamatan yang dilakukan, maka akan dilakukan sesuai dengan mekanisme dan Undang-undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

b. Sehubungan dengan mekanisme penyelamatan yang terdapat dalam Undang-undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang melibatkan pemegang saham, mengingat Bank Century merupakan perusahaan publik, LPS meminta pendapat Bapepam & LK.

c. Perkiraan tambahan modal yang diperlukan adalah Rp 632 M

d. Dalam keadaan normal, Bank Century bukan sistemik

e. Bank Century telah bermasalah sejak merger 2004, salah satunya adalah permasalahan surat-surat berharga termasuk valas yang tidak bernilai. LPS mempertanyakan kepada BI tentang (i) SOP BI dalam melakukan audit apakah harus menunggu surat-surat berharga jatuh tempo; (ii) adakah tindakan kriminal dari pemilik Bank Century dan apakah ada indikasi tindakan pidana perbankan atau pidana umum; (iii) argumentasi risiko sistemik yang disampaikan BI mengingat pada kondisi saat ini hampir semua bank dapat dikategorikan dapat menimbulkan risiko sitemik, jadi LPS memerlukan justifikasi yang lebih terukur karena apabila menggunakan mekanisme penyelamatan LPS maka akan menggunakan dana bank-bank lain dalam LPS; (iv) penjelasan tentang rencana akuisisi Sinar Mas Mutiartha.

3. Pendapat BKF

Analisis risiko sistemik yang diberikan BI belum didukung data yang cukup dan terukur untuk menyatakan bahwa Bank Century dapat menimbulkan risiko sistemik, lebih kepada analisis dampak psikologis,

4. Pertanyaan Menteri Keuangan.

HALAMAN 3:
a. Dalam hal Bank Century diselamatkan dan dikhawatirkan dapat menimbulkan moral hazard, apakah LPS mempunyai kapasitas untuk menangani bank-bank lainnya.’

b. Keputusan untuk menyatakan bahwa apakah ini risiko sistemik atau bukan akan mempengaruhi

5. Pertanyaan UKP3R

Sehubungan dengan Pasal 18 Perpu JPSK apakah LPS yang menentukan akan dilakukan upaya penyelesaian atau penyelamatan.

6. Jawaban LPS

Apabila KSSK menyatakan sistemik, maka LPS tunduk. Kesimpulan LPS, apabila bank gagal berisiko sistemik maka harus dilakukan upaya penyelamatan, sedangkan bila bank gagal tidak berisiko sistemik, bisa diselamatkan bisa tidak.

7. Pendapat Bapepam & LK

Karena size Bank Century tidak besar, secara finansial tidak menimbulkan risiko yang signifikan terhadap bank-bank lain, sehingga risiko sistemik lebih kepada dampat psikhologis. Dari sisi pasar modal tidak sistemik karena saham Bank Century tidak aktif diperdagangkan.

8 Jawaban dan klarifikasi Bank Indonesia

a. Sulit untuk mengukur apakah dapat menimbulkan risiko sistemik atau tidak, karena merupakan dampak berantai yang sulit diukur dari awal secara pasti. Yang dapat diukur hanyalah perkiraan cost/biaya yang timbul apabila dilakukan penyelamatan.

b. Mengingat situasi yang tidak menentu, maka lebih baik mengambil pendekatan kehati-hatian dengan melakukan penyelamatan namun dengan meminimalisir cost.

c. Meminimalisir cost (baik materi maupun moral hazard) dengan cara pemegang saham tidak memiliki hak dan kewenangan apapun dan pemegang saham harus bertanggung jawab apabila ada kelalaian.

d. Proses akusisi oleh Sinar Mas Multiartha masih berjalan, tapi tidak bisa menunggu sampai proses tersebut selesai. Sinar Mas Multiartha untuk menyuntikkan dana memerlukan waktu untuk memeriksa surat-surat berharga Bank Century.

e. Penanganan sebaiknya jangan diukur dari kemampuan LPS.

f. Apabila tidak diselamatkan, sudah pasti LPS harus membayar dana simpanan nasabah sesuai jumlah yang dijaminkan (kurang lebih Rp 5,5 trilyun). Sedangkan apabila diselamatkan, LPS harus mengeluarkan dana sebesar yang diperlukan untuk memenuhi giro wajib minimum. Ada kemungkinan apabila diselamatkan, LPS tidak harus mengeluarkan seluruh jumlah Rp 5,5 trilyun tersebut.

g. BI melakukan pemeriksaan setiap tahun dan berdasarkan pemeriksaan pada tahun 2006 BI meminta Bank Century menyelesaikan masalah surat-surat berharga. Pada pemeriksaan tahun 2008, beberapa surat berharga dinyatakan macet sehingga mempengaruhi provisi dan menurunkan CAR. Sampai saat ini belum ada indikasi pidana, namun apabila masalah surat-surat berharga tersebut tidak terselesaikan tidak menutup kemungkinan dapat dipidana.

HALAMAN 4:
h. Sebagai tambahan analisa risiko sistemik, Bank Century dari sisi aset tidak besar, tapi apabila dibandingkan dengan 18 peer banks yang lain, dana pihak ketiga di Bank Century adalah yang terbesar.

9. Pertanyaan Menteri Keuangan

a. Terlepas dari banyaknya dana pihak ketiga dalam Bank Century, pihak-pihak ketiga memang sudah mengalami liquidity problem (masalah likuiditas). Rasa aman nasabah tidak cukup dari penanganan LPS, tapi dapat ditimbulkan dari asosiasi dengan bank lain yang terpecaya, oleh karena itu diminta pendapat Bank Mandiri.

b. Apa road map BI terhadap 18 peer banks

c. Saran Sekretaris KSSK untuk parameter menentukan sistemik atau tidak sistemik.

10. Pendapat Bank Mandiri sebagai narasumber

a. Berdasarkan pengalaman Bank Mandiri, diperlukan penjelasan tentang latar belakang pemilik Bank Century dan reputasi mereka untuk mengetahui kredibilitas pemilik apabila langkah-langkah penyelamatan dilakukan.

b. Bila diputuskan untuk diselamatkan, perlu dipertimbangkan apakah akan ada duplikasi audit BI dengan LPS.

11. Pendapat Menteri Keuangan

Apapun keputusan yang diambil KSSK harus merupakan putusan yang memunculkan confidence (kepercayaan masyarakat) dan dapat mencegah risiko sistemik.

12. Pendapat BI

a. Kepercayaan dapat lebih ditimbulkan apabila diambilalih LPS.

b. Deposito dan DPK banyak yang pindah dari bank kecil-menengah ke bank pemerintah atau bank asing.

13. Klarifikasi dari Sekretaris KSSK

a. Terjadi perubahan yang signifikan dalam perhitungan CAR untuk periode September dan Oktober 2008 menjadi minus.

b. Apabila penyelamatan dilakukan, apa langkah selanjutnya untuk 18 peer banks.

14. Jawaban BI

a. Memang ada lag data sebulan yang menyebabkan perubahan signifikan dalam perhitungan CAR.

b. LPS dapat turut berpartisipasi dalam audit BI.

c. Keputusan harus diambil segera dan tidak dapat ditunda sampai Jumat sore seperti saran LPS karena Bank Century tidak mempunyai cukup dana untuk pre-fund kliring dan memenuhi kliring sepanjang hari itu.

15. Pertanyaan dan pendapat LPS

Bagaimanakan mekanisme penyelematan yang akan dilakukan LPS, apakah (i) menggunakan Pasal 32 Undang-undang LPS; kemudian (ii) apabila tidak ada penyertaan pemegang saham dalam Pasal 32 Undang-undang LPS, maka menggunakan Pasal 39 Undang-undang LPS yang menggunakan mekanisme RUPS.

16. Pendapat dan pertanyaan UKP3R

a. Pasal 39 Undang-undang LPS baru dapat dilakukan apabila Pasal 32 tidak dapat dilakukan, sementara untuk menentukan apakah pemegang saham ikut serta dalam penanganan bank gagal (open assistance), Pasal 32 harus diupayakan dulu.

b. Selama ini BI telah memanggil dan melakukan korespondensi dengan para pemegang saham, namun apakah panggilan dan korespondensi tersebut dapat dikategorikan sebagai penawaran kepada pemegang saham untuk ikut serta.

HALAMAN 5:
17. Pendapat Menkeu

a. Seluruh risiko-risiko yang mungkin timbul, termasuk kemungkinan masalah sistemik akibat penarikan dana nasabah, harus dipaparkan dan dibahas.

b. Ada beberapa legal constraint untuk melaksanakan Pasal 32 dan Pasal 39 melalui mekanisme RUPS.

18. Pendapat Bank Mandiri

a. Nasabah sampai dengan Rp 2 milyar akan dijamin LPS, sedangkan deposan diatas Rp 2 miliar akan diajak bicara.

b. Nasabah sampai dengan Rp 2 moliar dipindahkan ke Bank Mandiri (dengan dijamin LPS)

19. Pendapat dan pertanyaan BI

a. Terhadap Bank Gagal yang Berdampak Sistemik harus dilakukan upaya penyelamatan, sementara upaya penyelamatan menghadapi beberapa rintangan hukum. Namun demikian, untuk memutuskan berdampak sistemik atau tidak sistemik jangan dipengaruhi apakah penyelamatan dapat dilakukan atau tidak.

b. Mempertanyakan apakah LPS dapat mengambilalih secara kondisional. Hal ini dijawab tidak oleh LPS.

20. Pendapat LPS

a. LPS menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan oleh LPS apabila KSSK/Komite Koordinasi menyerahkan penanganan Bank Century kepada LPS.

b. Langkah-langkah penanganan Bank Century yang akan dilakukan LPS antara lain:

- mengambilalih hak dan wewenang pemegang saham, termasuk RUPS

- melakukan penyertaan modal sementara

-mengganti direksi dan komisaris bank

c. Agar penanganan Bank Century dapat berjalan baik, LPS berkoordinasi dengan pihak terkait, seperti BI, Depkeu, Meneg BUMN, dll.

III. KESIMPULAN

Pengambilan Keputusan hanya dihadiri oleh Menteri Keuangan selaku Ketua KKSK, Gubernur BI, Ketua Bapepam dan LK, Ketua dan anggota Dewan Komisioner LPS serta Sekretaris KKSK.

1. KSSK menetapkan Bank Century sebagai Bank Gagal yang Berdampak Sistemik.

2. KSSK menetapkan penanganan Bank Century kepada LPS.

3. LPS memerlukan dukungan bank Mandiri untuk pengisian manajemen baru Bank Century pagi ini sebagai bentuk dukungan profesional Bank Mandiri.

4. Berkenan dengan butir 3, Bank Mandiri telah memiliki calon, namun perlu ada satu pengurus lama guna kesinambungan kepengurusan.

Di bawah lembaran ini ada stempel bergambar burung garuda dengan tulisan KOMITE STABILITAS SISTEM KEUANGAN. Di bawahnya ada dua tandatangan. Yaitu: Anggota, Gubernur Bank Indonesia, Boediono dan Ketua KSSK, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (*)

Read More......
| 0 komentar ]

Selamat Pagi Buaya!!!



Ha...Ha...Ha...

Ha...Ha...Ha...

Ha...Ha...Ha...



Selamat Pagi Pak Buaya...!!!

"Halo...Ang..apa duitnya sudah ditaruh di jok mobil"

"Sudah Pak. sepuluh milyar cukup kan utuk beli pentil"

"Kalau kurang kan gampang, Ang...Ha Ha Ha....!!! Tinggal aku patil, pasti keluar bermil-mil"

"He he he...yang penting dijamin kasus hukum saya bebas kan Pak Buaya Kancil."

"Itu kecciiiiill...Ha... Ha... Ha...!!!

"He..he...he...memang Bapak pantas jadi buaya kancil...otak seperti buaya, kelakuan seperti kancil... suka berbohong, senang mengutil....kasus besar dibilang kecil...asal ada uang semua pasal bisa dimartil, semua masalah pasti berhasil..."



Ha...Ha...Ha...



Selamat Siang Pak Buaya...!!!

"Halo...Ang..aku sudah ketemu Rito. Dia bilang beres...!!!"

"Bagus itu. Tinggal Pak Buaya urus saja Surat IR-1...nanti tambahannya beres..!!!"

"Surat IR-1 tinggal diteken, Ang. Begitu masuk bui, surat pasti turun...beres..!!!"

"Kapan dua coro itu masuk bui. Tanganku udah gatel, biar aku sendiri yang beresi...!!!"

"Nunggu kapan tambahannya kamu beresi...!!!"

"Sekarang bisa aku beresi..."

"Kalau begitu, siang ini aku bisa tahan dan masukin penjara besi...Buaya kan opo jareku ta. Kalau aku bilang tahan ya tahan. Yang penting setorannya jangan sampai kurang..."

"Setoran tambahan siang ini sudah dibawa Putra Bejo ke rumah Pak Buaya. Oh ya, apakah besok kedua coro itu langsung diganti..."

"Surat pergantian itu sudah ada...itu kan skenario kita yang buat dan pasti diikuti...uangmu yang 100 milyar itu kan sudah dipakai kampanye Ibu...begitu roger...ganti...Pokoknya kalau sama Ibu..pasti aman..Ha...Ha...Ha...."

"Biar Bapak tampak seperti berhala suci, yang penting Ibu bisa kita beli...He...He...He..."





Ha...Ha...Ha...

Selamat Malam Pak Buaya...!!!

nnnnnnnnnngggggggggggggggg

nnnnnnnnnnnnnnnggggggggggg



"Halo...Pak Buaya..."

"Halo...Ang. Kamu ganggu saja..."

"Memangnya Pak Buaya sedang ada di mana..."

"Burger-1...Ang...Ha...Ha...Ha..."

"He...he...he....aku punya stok bagus di sana Pak...Minta saja sama Jhon.. baru dapat dari Cianjur..masih 15 tahun. Anaknya montok Pak...!!!"

"Pesenanku mana...yang seperti Mano"

"Sudah ada Pak...segera aku kirim Pak...lima belas menit juga sampai..."

"Oh ya..kapan kamu heroinmu datang...biar aku perintahkan anak buahku yang amankan..."

"Besok lewat Bandara...petugas sepertinya mulai ketat Pak..."

"Gampang...serahkan saja padaku...semua bisa diatur kan..."

"Pokoknya kalau heroinku aman, kita makan...!!!

"Oke Anggar..."

"Oke Pak Buaya...Selamat Malam Pak Buaya...Selamat Menikmati Burger-mentahnya."



Ha...Ha...Ha....

Ha...Ha...Ha...



jakarta, 121109//habe//www.fiksinews.com






Read More......
| 0 komentar ]

Sri, Lapas Batu

Sri, besok pagi jangan kau cari aku lagi
katakan pada anak-anak, aku pergi, jauh...jauh sekali
mungkin aku juga tidak tahu, ke mana jalanku nanti
kau baik-baik saja, jaga anak-anakmu, mungkin aku tak kembali

Sri, kemarilah, berikan tubuhmu padaku
aku ingin mencium harum wangimu
karena sebentar lagi, aku tak pernah menjamahmu
karena penjara sedang menungguku
di sini aku hanya dengar ombak laut selatan dan angin yang galau

Sri, jangan kau menangis
bagiku, penjara itu bukan kuburan
bukan juga kungkungan
aku akan melawan sebisaku, meski darahku sudah membeku

Sri, di sini, aku masih bisa tersenyum
meskipun kakiku remuk, badanku hancur
setiap malam aku digebuki, disetrum, jempol kakiku diinjak
bibirku disundut rokok, kepalaku ditetesi air dingin, otakku beku, syarafku bengkak

Sri, mungkin aku sudah gila
tapi aku masih ingat kamu
ingat anak-anakmu yang kemarin turun ke jalan
menghunuskan risau, meneriakkan galau
suara anakmu yang menguatkanku

Sri, sudah ya..aku mau tidur
mungkin aku tak bangun lagi
jangan mencariku, kalau hanya membuatmu menguras air matamu

salam dariku:
lapas batu, nusakambangan! !

habe





Read More......
| 0 komentar ]

di perempatan Senayan

anak kecil bermata dekil
tubuhnya telanjang, bugil

sejenak ia datang dan menangis
sebilah risau ditancapkannya padaku: aku lapar

anak kecil bermata dekil
tubuhnya telanjang, bugil

tulang iganya berjinjit
nyaris tanpa kulit
mukanya cekung, ingusnya menjerit

anak kecil bermata dekil
tubuhnya telanjang, bugil

sejenak aku menoleh
melempar desah: cuah
sejurus sedan meninggalkan asap di udarah

anak kecil bermata dekil
tubuhnya telanjang, bugil

sekejap para serdadu datang menangkap
memiting tulang iganya tanpa mengendap

anak kecil bermata dekil menjerit
: aku lapaaarrrr....

(Indonesia kaya raya, presidennya makmur, tak ada rakyatnya yang lapar
: bukkk....brukk.!!!)

senayan, 121109//www.fiksinews.com//habe





Read More......
| 1 komentar ]

republlik cukong, negeri para bandit
Inilah republik cukong
negeri yang diperintah dengan sombong
aparatnya suka berbohong
presidennya cuma tong kosong

Inilah republik cukong
negeri para bandit

negeri kaya raya tapi rakyatnya miskin tak punya duit
aparatnya suka korupsi dan pelitnya amit amit
polisinya suka main peluit: prit..priitt..rakyat dipalak sampai mati kejepit

siapa yang coba melawan
: akan ditangkap, lalu ditahan, dimasukkan penjara dan dicocok hidungnya pakai sumpit

siapa yang memberi duit
: akan dilepas, bebas kapan saja dan kasus hukumnya tak pernah diungkit-ungkit

Inilah negeri para bandit
salah sedikit, tak pakai duit, cilakalah sampai sakit dan dijamin mati tanpa komat kamit

Inilah negeri para cukong
selalu berkata bohong, seperti macan giginya ompong

Jakarta, 12 nov 2009// habe arifin





Read More......
| 0 komentar ]

seri sajak perlawanan



Sumpah Sampah (3)

Sumpah Sampah

Kami Aparat Penegak Hukum Indonusia Mengaku
Bertumpah Darah Satu Tanah Air Penangkapan

Kami Aparat Penegak Hukum Indonusia Mengaku
Berbangsa Satu Bangsa Persekongkolan

Kami Aparat Penegak Hukum Indonusia Mengaku
Berbahasa Satu Bahasa Rekayasa

jakarta, 281009//41109//www.fiksinews.com

Read More......
| 0 komentar ]

seri sajak perlawanan




Sumpah Sampah (2)

Sumpah Sampah

Kami Politisi Indonusia Mengaku
Bertumpah Darah Satu Tanah Air Kepentingan

Kami Politisi Indonusia Mengaku
Berbangsa Satu Bangsa Penghianatan

Kami Politisi Indonusia Mengaku
Berbahasa Satu Bahasa Kebohongan

Jakarta, ”28 Oktober 2009”/4 november 2009, habe arifin: www.fiksinews.com


Read More......
| 1 komentar ]


sajak perlawanan (untuk kpk)

ketika mereka menangkapku
: aku tidak gentar

ketika mereka memenjarakanku
: aku tidak takut

ketika mereka memukuliku
: aku bagai baja tanpa luka

ketika mereka memaksaku berdusta
: aku sumpal mulutku

ketika mereka merampas kemerdekaanku
: aku katakan: lawan

ketika mereka merebut hidupku
: aku katakan: lawan...lawan

ketika mereka membunuh harapanku
: aku katakan: lawan...lawan...lawan!!!

Jakarta, habe arifin, 2 november 2009
www.fiksinews.com



Read More......
| 0 komentar ]

Hidup Teroris!!
Cak Kodir baru saja bangun tidur. Ia bergegas menggenjot pedal becaknya ke warung Yu Nah. Nama pemilik warung yang semok ini sebenarnya Kunainah. Ia lebih senang dipanggil Nai. Katanya lebih keren. Tetapi, karena ia sering berkomentar ”Nah,” saat pengunjung warung kopinya berdiskusi, jadilah Kunainah dipanggil Yu Nah. Pagi itu, Yu Nah sudah siap melayani pengunjungnya



Cak Kodir memarkir becaknya. ”Yu Nah, kopi item nggak pake gula,” katanya sambil menyarungkan sarungnya ke leher. ”Opo’o Cak, gak punya uang ta,” Yu Nah memperlihatkan muka baceman. ”Bukan. Gus Dur saja pakai pita hitam. Jadi, kopi juga harus hitam, tanpa gula, tanpa susu. Pokoke item, black,” Cak Kodir sudah mulai memanskan seisi warung.

Pengunjung mulai melirik pembicaraan Cak Kodir. ”Lho, memangnya siapa yang mati Cak. Kok Gus Dur pakai celana hitam, eh..sori, pita hitam,” sahut Cak Bas. ”KPK mati rek. Dipateni karo bolone dewe,” Cak Kodir menyumpal mulutnya dengan tahu petis. Harusnya presiden kan bertindak. Waktu kampanye kan janji akan memberantas korupsi. Kalau KPK mati, siapa yang mau menjalankan pemberantasan korupsi. Rakyat kan hanya percaya pada KPK, bukan pada Kejaksaan apalagi polisi. Wingi aku kena tilang, Rp 50 ribu bablas,” Cak Bas mulai ikut bersungut-sungut.

Yu Nah, seperti biasa, menyela diskusi pengunjung warung kopinya. ”Nah, kebeneran kalau KPK mati. Nanti aku buatin kuburannya di samping warungku. Kalau sampean-sampean iki ngutil tahu, nggak mau bayar kopi, gak bisa ditagih utangnya, aku laporin ke KPK. Beres to!!” Yu Nah berlagak kemayu. ”Diamput koen Nah!!” tahu di mulut Cak Kodir melompat keluar. ”Kalau KPK mati, korupsi makin subur. Koruptor-koruptor ikut senang, pesta dan itu yang diinginkan mereka,” Cak Kodir duduk kembali sambil menyeruput kopi itemnya.

Yu Nah tak mau kalah. Dia membawa sotil penggorengan yang panas dan berminyak itu sambil menunjuk hidung Cak Kodir. ”Sampean keliru Cak. Kalau KPK mati, itu artinya presiden yang kita pilih dalam pemilu lalu memang tak becus. Kisruh KPK vs Polri ini tes tertulis apakah presiden yang sekarang tidak didampingi Pak JK itu bisa memimpin atau tidak, bisa mengambil kebijakan yang cepat atau tidak.”

”Ini tes apakah presidenmu itu tegas, serius memberantas korupsi, pintar mengambil solusi, tidak melakukan pembiaran atau sebaliknya justeru menyerahkan semua persoalan korupsi kepada aparat yang justeru terlibat korupsi, aparat yang suka telepon-teleponan karo koruptor, liburan bareng koruptor, sampai apa pun yang dipakai, mulai kancut sampai semir rambut dibelikan koruptor,” Yu Nah nyaris menyundut hidung Cak Kodir dengan sotil penggorengan. Untungnya tangan Cak Bas segera menebas sotil panas itu.

Yu Nah mundur satu langkah. Cak Bas tiba-tiba mengumpat. ”Diamput!! Pinter juga Yu Nah, Cak..!” Cak Bas memuji Yu Nah di hadapan suaminya, Cak Man, yang tiba-tiba masuk warung sambil membawa poster ”Hidup teroris!!.” Melihat Cak Man bawa poster ganjil, Cak Bas langsung mendampratnya. ”Wong gendeng Cak...poster begitu kok dibawa-bawa,” Cak Bas menyeruput kopi pahit milik Cak Kodir.

Tak mau kalah, dengan gaya cengengesan, Cak Man duduk di atas meja, di samping tumpukan tahu petis. ”Koen gak ngerti kan. Poster ini terbukti cara yang paling ampuh mengalihkan perhatian publik terhadap kasus KPK. Polri yang kini terkoyak-koyak dimaki-maki jutaan orang tidak akan selamanya menerima penghinaan itu. Mereka akan kembali merebut simpati publik.”

”Caranya ya dengan memainkan isu teroris ini...jadi, tak salah kan aku bawa poster ”hidup teroris!!” kalau teroris mati semua, polisi gak ada ide untuk mengalihkan perhatian publik. Itu artinya kasus Chandra m Hamzah dan Bibit Samad Riyanto akan terus menggelinding bak bola salju. Jika terus dibiarkan, bola itu akan mencaplok dirinya sendiri dan akan terus menggelinding ke mana-mana, termasuk kinerja presiden, janji presiden, keseriuasan presiden memberantas korupsi,” pantat Cak Man ditampar sotil panas Yu Nah.

”Enak ae duduk sembarangan. Ini tempat makanan bukan tempat bokongmu!!”

Sambil meringis Cak Man masih saja tak mau disalahkan. ”Justeru aku sengaja duduk di meja, karena menteri-menteri sekarang ini juga banyak yang salah duduk kok..!!!” Cak Man ikut metingkrang di kursi bersebelahan dengan Cak Kodir yang melongo mendengarkan argumen Cak Man. Mulutnya tibat-tiba ikut bersuara, ”hidup teroris, hidup Cak Man!!” (si ragil/www.fiksinews.com/jakarta.11109)

Read More......
| 0 komentar ]

Betul, ia memang raja. Benar, ia adalah singa. Badannya besar, tegap, gagah, ganteng, dan disukai rakyat di hutan. Rambutnya selalu licin, tersisir rapi. Aumannya terukur, runtut, teratur, tidak meledak-ledak, dan tenang. Kaki kananya selalu menggaruk-garuk tanah jika ia bicara. Tapi ketika ada masalah, ia menunjukkan watak aslinya: Raja Singa.


Raja Singa
Suatu ketika awan tiba-tiba mendung. Dua tikus got bersama srigala dan buaya hitam bersekongkol membunuh cicak. Rekaman pembicaraan mereka merebak, didengar pohon, ilalang dan seluruh rakyat di hutan. Karena panic takut ketahuan, dua cicak ditangkap dan dipenjara oleh buaya. Sang Raja Singa seperti sakit gigi.

Para lebah mengkritik sikap sang Raja Singa sebagai impoten, tidak tegas, tak punya sikap. Ia baru saja diangkat lagi sebagai raja di hutan. Belum juga seratus hari bekerja. Tapi Sang Raja sudah membuat kepanikan, karena membiarkan aparatnya bekerja asal-asalan. “Padahal ia punya kewenangan memperjelas kasus yang diduga melibatkan aparatnya, baik buaya atau srigala, yang ikut roger-rogeran dengan tikus-tikus got,,” para lebah terus mengomel di televise yang dikelola berang-berang.

Karena telinganya tipis, sang Raja Singa, dengan tanpa dosa berdiri di podium dengan gaya santun, bersih suci, seperti tisu tanpa warna. “Kami serahkan kepada hokum. Semua kasus harus diproses sesuai hokum. Saya tidak bisa dan tidak boleh mengintervensi hokum. Tidak bisa saya meminta seseorang ditahan atau dibebaskan. Biarlah hokum yang bekerja,” kata Raja Singa sambil kipas-kipas kegerahan.

Maklum, nama sang Raja, juga tertera dalam transkrip pembicaraan antara tikus got dengan aparatnya, srigala dan buaya hitam. Para buaya hitam ini mendatangi tikus got ke hutan di luar negeri untuk membuat kesepakatan. Kedatangan mereka dibiayai tikus got, lengkap dengan servis hotel, pelayanan pijat, urut, lulur, spa, berlibur, shoping, oleh-oleh buat isteri dan anak-anak. Semua aliran dana ini terekam dalam kartu kredit si tikus got.

Suara sang Raja Singa seperti menggelitik pepohonan di hutan hingga pohon-pohon bergoyang karena geli. Para lebah kembali berdengung-dengung memintal madu. “Sang Raja Singa ini seperti kutu kupret, tak mengerti persoalan. Srigala dan buaya itu diduga terlibat bersekongkol dengan tikus got untuk membunuh cicak. Bagaimana mungkin srigala dan buaya disuruh bekerja mengusut kasus persekongkolan yang dilakukannya sendiri. Hukum apa yang akan dipakai. Hokum rimba!!”

Tiba-tiba rusa datang dan mendengarkan pendapat para lebah. “Sang Raja Singa juga bisa membentuk tim lebih independen meneliti kasus pembunuhan cicak. Tapi, ini kan Raja Singa, mau apa kita,” Rusa berbalik, berjalan ke padang rumput bersama kawanannya.

Betul ia memang Raja dan benar ia adalah singa. Tetapi kelakuannya tetap dari dulu hingga kini: Raja Singa!!!”

Dulu, seorang aktivis tupai tewas saat berloncatan di udara. Menurut dokter simpanse, ia memakan kelapa yang airnya telah diisi racun tikus. Sang Raja Singa juga tak melakukan apa-apa. Dalihnya “Raja tak boleh intervensi.” Padahal, Raja punya hak mengganti anak buahnya yang tak becus bekerja atau malah terlibat kasus yang ditanganinya. Raja juga punya wewenang mengumpulkan orang-orang yang dipercaya rakyat hutan untuk mengawasi kinerja anak buahnya selama menyelidiki kasus.

Sang Raja juga tetap Singa ketika kisruh pemilihan badak sebagai pemimpin wilayah di hutan, kisruh nama-nama pemilihnya, dan masih banyak lagi. Tak Cuma itu, kisruh pembagian rumput, air, dan terik matahari di hutan juga dibiarkan. “Rakyat seperti tak punya pemimpin. Sang Raja Singa benar-benar menjadi Raja Singa yang sesungguhnya. Rakyat hutan dipaksa menyelesaikan masalahnya sendiri,” Burung Rajawali ikut menimpali diskusi para lebah.

Angin sepoi-sepon panas menerpa forum diskusi. “Ya beginilah risiko mempunyai Raja SInga. Toh itu pilihan mayoritas rakyat kita. Siapa suruh memilih Raja Singa,” burung Hantu terbang dan menclok di dahan sambil membaca kitab berbahasa sansekerta. (Jakarta, 291009-si ragil)




Read More......
| 0 komentar ]





Hutan kali ini seperti di musim kemarau. Panas sekali, meski tidak ada kobaran api. Gerah padahal tidak menjelang hujan. Angin berembus seperti saling berbisik. Buaya hitam menangkap dua cicak putih. “Kamu itu kecil, jangan macem-macem. Memangnya kamu siapa, cicak dungu!!” petinggi buaya hitam mendengus sambil mengibas-ibaskan ekornya yang tajam. “Sekali dor, kamu juga mati.” Dua cicak dilemparkan ke rumah berduri. “Kalau nggak begini, gw bisa ancur nih…!!”

Buaya hitam melihat suara rakyat hutan mulai menyerang sarang buaya. Ini terjadi akibat para lebah yang menyebarkan berita rekaman para tikus yang ingin menghanguskan rumah cicak. Dalam rekaman itu para tikus berencana memenjarakan para cicak dan melenyapkan rumahnya dari hutan. Kemarahan tikus akibat ulah cicak yang memenjarakan teman-temannya yang baru saja menebang ribuan pohon di hutan dan dijual ke luar.


Tiba-tiba kancil datang dan membuat pengumuman."Nama saya dicatut dalam rekaman itu," katanya. Suara kancil ini membuat berita para lebah yang awalnya remang-remang semakin terang-benderang. Padahal tadinya, rekaman suara tikus, buaya hitam, dan srigala cuma berasal dari “sumber’ yang dirahasiakan. Petinggi cicak yang baru juga tak mau mengakui isi rekaman tikus, buaya hitam dan srigala yang merencanakan pembakaran rumah cicak dan memenjarakan penghuninya.

Lebah hutan penghasil madu baru saja memberi kabar mencengangkan. Mereka menulis rekaman pembicaraan buaya hitam, tikus dengan para srigala. “roger..roger…apakah dua cicak sudah digoreng,” tanya srigala penasaran. “tenang saja…sudah kita rencanakan penangkapan. "H-1 sudah setuju. Tinggal nunggu surat thok rek,!!"

Kawanan srigala belingsatan karena baru saja tersengat kabar tak sedap. Dua petinggi serigala tertangkap main kayu, merencanakan pembakaran rumah cicak di seluruh sudut-sudut hutan. Rencana jahat itu melibatkan petinggi buaya hitam yang baru saja memangsa dua cicak putih. Semut, kupu-kupu, lebah, dan berang-berang cuma bisa bertepuk tangan. Sesekali berteriak merdu, sebentar bersuara “huuuu.”
“Nama saya harus jernih, putih bersih seperti kapas. Ini pencatutan. Saya tak pernah mendukung srigala dan buaya merencanakan pembakaran rumah cicak,” Kancil mempertegas ucapannya.

Setelah turun podium, kancil mengadakan pertemuan dengan para tikus. "Tenang, habis ini kepala buaya kita copot, berikut antek-anteknya. Thanks biaya kampanyenya ya. Alihkan isu segera," kata kancil sambil menggerogoti carrot.

Belum juga dicopot, kepala buaya mengumumkan penangkapan kalajengking sang teroris. "KIta menangkap 3 kalajengking sekaligus yang melakukan pengeboman di sejumlah tempat. Mereka masih terkait kalajengking gembong teroris asal Malaysia."
Seluruh siaran televisi yang dilakukan para lebah menyiarkan penangkapan teroris. Tiga ditangkap dan lima tewas mengenaskan. Badannya hancur diberondong peluru.

Berita cicak pun tenggelam. Rakyat hutan kembali membicarakan kalajengking teroris."Gampang kan mengalihkan perhatian rakyat di hutan," tutur kepala buaya sambil berbisik, "wong mereka bakul tahu, kita sebut saja terrois. beres kan. lha wong informasinya dari saya. mantap toh, enak toh..hehehehe." (si ragil)



Read More......
| 0 komentar ]

Sumpah Sampah!!

“Sumpah aku tidak ikut merekayasa,” kata Lurah Sudrun sambil berlalu meninggalkan kerumunan wartawan. Biasanya kalau namanya dijadikan target, ia langsung berdiri di podium dan mengatakan,” Mereka ingin membunuh saya. Target diarahkan ke Pak Lurah.”



Dasar wartawan, mulutnya selalu saja usil. Sambil berlari, seorang wartawan nyeletuk lagi. ”Tapi nama Bapak terekam dalam percakapan,” si wartawan menodongkan recordernya sambil nyengir. ”Sumpah dah!! Saya tak terima uangnya. Dia cuma sekali saja ke rumah dan saya tak menyanggupi permintaannya!!” ”Lho, berarti Bapak tahu dong rencana jahat mereka?!!” ”Sumpah saya tidak tahu. Dia hanya menyodorkan selembar surat di meja dan saya tak membacanya,” Pak Lurah bergegas menuju ruang kerjanya.

Si wartawan makin panas. ”Siapa saja yang mendatangi Bapak dan apa yang disampaikannya??!!” ”Sumpah aku cuma tahu salah satu saja dari mereka. Dua lainnya aku baru tahu dari yang satunya. Sumpah saya tak mengerti. Tadinya uang itu untuk mendukung kampanye, tapi saya tak mengizinkan. Sumpah tiba-tiba banyak poster saya di mana-mana dan saya menang!! Sumpah saya tak tahu. Sumpah dah!!” (si regar)

Jakarta, 28 oktober 2008


Read More......
| 0 komentar ]

kami bukan siapa siapa

Yu Jinem berdemo siang ini di Gedung DPR. Ia mengajak serta ketiga anaknya. Jupri, anak ragil yang masih ingusan, digendongnya dengan kain selendang lusuh. Yu Jinem menguatkan air matanya agar tak tumpah di sepanjang jalan yang dilewati. Sudah terbayang gubuk dan kebun kangkungnya bakal digusur pemerintah. Ia datang bersama seratusan tetangganya, yang mengalami nasib serupa.



Dengan kakinya yang pincang sebelah, Yu Jinem mendekat ke gerbang DPR yang angkuh. Ia mendongakkan wajahnya ke atas, melihat pucuk jeruji besi yang menjulang tinggi ke langit. Air mata yang ditahannya kini tumpah. Tetapi matanya tak berpaling. Ia tetap melihat jeruji besi pintu gerbang DPR itu dengan berlinangan. ”Kami memang bukan siapa-siapa, Tuan.” Air mata itu mengajak bicara jeruji besi.

Beberapa koordinator aksi silih berganti memberi orasi. Yu Jinem tidak begitu tertarik pada teriakan-teriakan itu. Ia juga tak menyahut ketika diminta berteriak, ”hidup rakyat!! hidup rakyat!!.” Mata Yu Jinem sudah melihat anak-anaknya segera mati kelaparan jika penggusuran tetap dilakukan. ”kami memang bukan siapa siapa, tak memiliki apa apa, karena kami cuma rakyat jelata.” Air mata itu kembali mengajak jeruji besi berdialog. Seperti tak pernah mendengar, jeruji itu tak memberikan jawaban. Jeruji besi tetap berdiri mematung, keras, dan angkuh. Matanya tetap memandang ke langit. Tak pernah sedetik pun melihat ke bawah, tempat air mata Yu Jinem bergetar.

Yu Jinem jatuh terduduk. Jupri merengek di gendongan. Yu Jinem menumpahkan air mata sekuatnya. Tubuhnya roboh, kepalanya sujud setara dengan aspal. Suara permohonan tu menyayat hati, merogoh-rogoh empedu nurani, menusuk-nusuk empati. ”Le, kau dengar nak.” Yu Jinem memangku Jupri yang merintih kehausan. ”Tuan ini punya mulut tetapi ia bisu. Emak sudah berkali-kali mengajaknya bicara tetapi ia tak menjawab.” Jupri mulai menangis, tapi tak pernah terdengar suaranya. Ketua rombongan tak memberinya air mineral. Untuk sewa metromini saja mereka urunan. Yu Jinem bahkan harus berhutang ke rentenir mingguan.

Yu Jinem menenangkannya sejenak. ”Emak sudah mengadu nak. Kamu haus, emak juga haus. Gubuk kita akan digusur. Juga kebun kangkung yang menjadi satu-satunya sumber penghidupan kita.” Jupri tertidur. Ia tak kuasa lagi menahan panas dan haus. Matanya tertutup rapat-rapat seperti bocah-bocah Pangandaran yang mati terkena tsunami. ”Tuan ini punya telinga tetapi tak pernah mendengar, nak. Kau sabar ya. Mugi, Gusti menolong orang-orang seperti kami yang bukan siapa siapa ini.”

Yu Jinem mengelus-elus kening Jupri. Ditiup-tiupnya hingga ia makin pulas. ”Sebentar lagi kita akan tak punya gubuk lagi. Besok pemerintah akan menggusur gubuk kita. Sabar ya nak. Emak tak tahu akan tidur di mana. Tapi emak tak mau kita jadi peminta-minta. Mengemis pemberian. Tidak, jangan seperti itu. Bapakmu pasti marah. Biarlah dia hidup tenang di alam kuburnya.”

” Semoga kelak kamu bisa tumbuh besar, menjadi orang yang suka mendengar, menjawab jika diajak bicara. Tapi emak tak mau kau menjadi anggota DPR yang duduk-duduk di gedung sana. Jangan, emak tak rela nak. Emak juga tak mau kamu menjadi presiden, kepala pemerintahan. Karena pemerintah suka menggusur orang-orang miskin seperti kita. Emak juga tak rela. Emak ingin kau menjadi orang yang suka memberi, walaupun cuma memberi senyum. Emak sudah senang, emak sudah bahagia. Tidurlah nak yang pulas dan bermimpilah yang indah, agar lapar dan dahaga ini hilang bersama berjalannya waktu. Tidur ya nak.”

Rombongan aksi unjuk rasa di Gedung DPR dibubarkan polisi. Yu Jinem bersama anaknya Jupri tampak masih duduk di pojok, depan gerbang DPR. Sepatu lars salah seorang polisi ditendang-tendangkan ke tubuhnya, sambil minta Yu Jinem segera pergi. Ketua rombongan sudah di metromini sebentar lagi menuju Cirapas, untuk pulang, menghadang aparat yang siap menggusur. Beberapa polisi mendekat. Menarik tangan Yu Jinem yang lunglai. Yu Jinem lemas...ia bermimpi bertemu suaminya, di alam kubur. Jupri merangkul erat emaknya tanpa bernapas. Nadinya berhenti. Jantungnya diam. Mereka mati. Dengan metromini, emak-anak itu dibawa pulang...di gubuk yang esok akan digusur.(si ragil, 261009)


Read More......
| 0 komentar ]

Poligami Itu Haram

Sejatinya poligami itu haram. Jika dan hanya jika para pelakunya tidak memenuhi syarat seperti yang termaktub dalam Al Quran, yakni jika kamu tidak bisa bisa berlaku adil, maka satu saja. (faintakdilu biwahidatah).

Poligami juga bisa berlaku sunnah apabila para pelakunya bisa menjalankan sesuai persyaratan, bisa adil dan tidak menyakiti hati isterinya. sebagaimana Nabi Muhammad melarang Ali untuk menikah lagi karena dikhawatirkan menyakiti hati Fatimah, anak Rasulullah.

Poligami bisa berhukum wajib bagi para pelakunya apabila jika tidak melakukan poligami mereka akan terus melakukan perbuatan maksiat atau perzinahan akibat isteri pertamanya tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai layaknya seorang isteri.

Demikian hukum poligami yang sejatinya juga sama dengan hukum perkawinan, yakin sunnah, wajib, bahkan haram.

HB Arifin
hukum ini hanyalah ijtihad fiksi pribadi

Read More......
| 0 komentar ]

Sebelum datang, kehebohan membuncah. Juga oleh orang-orang berjubah yang suka bergamis. Mereka menolak Miyabi. Bintang film porno yang suka telanjang. Sama seperti ketika kita bikin nasi goreng. Sebelum nasi dipanaskan, suara wajan penggorengah kemrengseng memekakkan telinga. Satu dua tetes minyak meledak, menciprati tangan kita hingga melepuh. Kehebohan itu datang ketika kabinet pemerintah belum disusun.



Satu, dua, tiga manusia-manusia “terpilih” mengibarkan bendera keakuan di Cipeas. “Aku calon menteri.” Mereka datang dengan senyum kemenangan, meski partainya baru saja kalah, meski rakyat baru saja tertimpa gempa. Lambaian tangan mereka seperti pesta kembang api di atas langit, lengkap dengan siaran live sorot kamera.

Blitz para fotografer seperti teriakan supporter bola ketika di stadium Gelora. Supporter yang nyaris tak pernah mengakui kelemahan tim yang didukungnya. Bila perlu dibela dengan makian ke supporter lawan atau tawuran. Persis nasi goreng yang menjadi menu favorit di hamper semua restoran karena menu yang satu ini enak dipandang, gurih dipesan, nendang dirasakan. Padahal, sejatinya nasi goreng itu menu putus asa. Menu orang-orang yang sedang kelaparan di jalan dan tak punya pilihan apalagi harapan.

Tak ubahnya selera rendah para produser dan sutradara yang membawa Miyabi, menjadi lakon utama di panggung hiburan. Lakon pemuas libido yang tiba-tiba mencuat menjadi perhatian menteri perempuan, ulama bersorban, dan ormas agama jalanan. Pertunjukan seni di Cikeas tak lebih juga pertunjukan untuk memuaskan libido kekuasaan semata. Tak lebih. Konser siang hari dalam irama orchestra yang sepi dan hasyrat yang ramai.

Kabinet disusun dengan kalkulasi sopir angkot, tanpa kernet. Sekali ngetem, calo sibuk mencari penumpang. Saling sikut, saling tubruk, nama-nama dimasukkan. Kolega sopir mendapatkan prioritas. Yang putih masuk, yang merah masuk, yang hitam juga masuk. Dicampur jadi satu seperti kolak durian. Kelihatannya wangi, manis, tapi bikin naik kolesterol dan darah tinggi kumat. Calo pasrah, tak bisa berontak. “Apa kata sopir dah!!”

Para penumpang angkot jenis ini juga hepi. Yang dulunya jauh menjadi dekat. Yang dulunya dekat memilih posisi bangku strategis, yang kira-kira bisa menikam sopir dari dekat, atau berpotensi merebut simpati langsung rakyat. Bukankah sopir perlu istirahat dan perlu ada penggantinya kelak?! Toh rambutnya sudah beruban, meski syahwat perseneling empat!! Sementara penumpang yang dulunya rapat justru bersikap apa kata majikan. Begitu angkot dijalankan, sopir hanya membutuhkan tepuk tangan, sorak sorai. “Dulu juga begitu kok. Pro-kontra itu wajar. Itulah indahnya demokrasi!!” kata sopir sebelum menjalankan angkotnya.

Sopir angkot lupa bahwa angkotnya angkot sewaan, angkot pinjaman. Sopir lalai atau memang tak peduli kalau angkot itu bukan miliknya sendiri. Pemilik angkot adalah pemilik demokrasi di negeri ini yang ingin merasakan indahnya demokrasi tanpa harus merusak ban, menghancurkan mesin, dan melunturkan cat.

Sopir diberi kepercayaan menjalankan angkot bukan untuk dipakai arak-arakan di jalan agar mendapat perhatian orang. Apalagi untuk ugal-ugalan semau udelnya. Seperti Miyabi memamerkan pusernya ke keping-keping DVD. ( www.fiksinews.com/si ragil)



Read More......
| 0 komentar ]


Puisi ini memberi gambaran penting bagaimana pemerintahan SBY-Boediono harus menjalankan roda pemerintahannya.


merah putih...hitam

anak itu datang dengan tangis memilukan
ia menatap kibaran merah putih di bawah terik matahari
ketika semua mata menyaksikan pelantikan presiden lama

"di mana ayahku, di mana ibuku."

air matanya telah kering
mukanya biru hitam seperti kapas tercelup comberan
telinganya pekak, karena tembok rumah orang kaya menindihnya
ketika ia sedang tidur siang di emperan pagar
saat kiamat gempa menghunus senja kala

"di mana ayahku, di mana ibuku

sumpah aku tak tahu anak itu meronta-ronta di kibaran merah putih
ketika hitam tiba-tiba mengantarkannya menjadi yatim piatu

jangan paksa aku mengetahuinya
atau mengenalinya karena aku sedang pesta

"pergilah nak, aku tidak tahu ayah-ibumu. mungkin sudah mati tertimbun batu atau hancur dimakan cacing. bukankah gempa sudah lama terjadi dan kau tak pernah memintaku menemukan ayah ibumu. "

"Ah kau, nak. mengapa kau tetap tak mendengarkan omonganku. Pergilah dan jangan bertanya kepadaku karena aku sedang banyak tamu. Mereka menyalamiku, menyampaikan ucapan selamat kepadaku. Jadi jangan kau menggangguku. "

anak itu tetap tak mendengar karena gendang telinganya retak
ia datang dengan kaleng roti kosong yang dikalungkan di lehernya yang kurus
wajahnya hitam luka dan sorot matanya tajam seperti elang

anak itu menghardikku
"di mana ayahku, di mana ibuku. ayah yang melindungiku, ibu yang menyayangiku. mengapa mereka tiada ketika aku membutuhkannya. mengapa kau diam saja dan malah berpesta pora. kau tega membuatku menangis hingga air mataku habis."

anak itu berlari dan menjauh
merah putih...hitam

jakarta, 20 oktober 2009
hb arifin

Read More......
| 0 komentar ]

Maaf, judul ini tak ingin bercanda. Bagi pengusaha bangunan, gempa ini untuk melariskan bahan bangunannya. Bagi maskapai penerbangan, gempa ini untuk menaikkan harga setinggi-tingginya, melebihi batas atas, tuslah, atau apapun, yang ditetapkan pemerintah karena demand yang sangat tinggi menuju Sumbar. Bagi perusahaan, gempa merupakan ajang kepedulian social untuk menaikkan citra perusahaannya bahwa mereka lebih peduli, lebih care, pada mereka yang susah, yang sedang tertimpa musibah.



Bagi presiden, inilah ajang promosi: gw mau ke sana mengunjungi korban. Jika janji itu tak ditepati saat itu juga, ribuan tesis bisa dijadikan alasan: gempa masih terjadi, gw lagi sibuk, korban masih banyak, takut kena penyakit akibat gempa, atau wakil sajalah. Ntar-ntaran kalau udah “reda” gw akan ke sana. Tunggu apa?
Saat bom meletup di Kuningan, janji itu pula yang diajukan: gw mau ke sana. Jika tak ditunaikan sesuai ucapan, bejibun alas an dimunculkan. Sang pejabat tak mau dikatakan menciderai janjinya. Tak datang karena ingin menyelamatkan jasadnya dari berbagai ancaman. Masih adanya bom yang masih aktif.

Bagi televise, inilah cara mereka berebut rating. Gempa juga menjadi show room bagaimana awak redaksi bekerja. Lihatlah reporter yang dengan biadab mewawancarai korban selamat yang kakinya tertimbun beton lima ton, sementara tim regu penyelamat mengepruk-ngepruk reruntuhan yang tak kunjung hancur.

Lihatlah cara mereka bertanya kepada orang tua siswa yang terperangkap di dalam museum gedung yang luluh lantak rata tanah: bagaimana perasaan bapak? Mengapa bapak tak menangis, meraung-raung, meratap-ratap, agar kami dapat gambar yang lebih bagus.

Bila perlu suara tangisnya yang histeris, air mata yang tumpah ruah, pakai mencakar-cakar seperti orang gila, agar kami bisa menjadikan gambar ini untuk menyedot simpati, empati penonton. Telvisi mencari drama agar penonton membeludak. Bukankah mereka bersaing berebut penonton. Lihatlah siswa yang melungker, wajah hancur, terekam kuat-kuat di layar kaca. Untuk siapa gambar itu? Untuk orang tua siswa agar mereka mengenali lewat televise, untuk penonton agar mereka muntah darah karena ngeri dan mual-mual, atau untuk berkompetisi dengan televise tetangga.

Tayangan ini juga bisa menjadi positif untuk media. Mereka beramai-ramai mengumpulkan dana masyarakat hingga milyaran dan lihatlah apa yang terjadi: didirikanlah sekolah-sekolah di daerah gempa dengan nama perusahaan media. Semakin tragis gempa, semakin dramatis tayangannya, semakin besar bantuan datang dan semakin gagah bangunan sekolah, rumah sederhana, fasilitas umum, panti social, dan bendera perusahaannya. Seolah matahari tak pernah terang dan lisrik terus padam.

Bagi LSM korup, pejabat propinsi, kabupaten, yang korup, inilah cara mereka menarik bantuan sebanyak-banyaknya dan mengorupsinya. Bagi para pengamat, inilah saatnya mengolok-olok birokrasi yang lamban, yang lelet, yang bekerja seperti pemadam kebakaran, reaktif, dan tak terkoordinasi dengan baik. Bagi birokrasi, gempa ini senantiasa menjadia layar tancap kebobrokan kinerjanya.

Gempa juga menjadi ajang promosi mi instan. Hampir setiap korban disodori mi instan. Mi yang banyak dimusuhui pencari hidup sehat itu seolah menjadi menu utama dan satu-satunyapengganjal untuk tetap hidup. Di mana roti tentara yang padat protein itu. Roti yang bisa dimakan sekali untuk hidup sepekan.

Bagi korban, gempa bisa ditafsirkan beragam. Bagi penjahat yang turut menjadi korban gempa adalah kesialan. Sial karena ia tak bisa merampok atau gagal merampok karena keburu kena gempa. Bagi korban siswa yang sedang belajar, gempa berarti ujian yang mengubur impiannya menjadi pribadi yang lebih berilmu dan bertaqwa. Bagi orang tua siswa, gempa bisa berarti musibah dan ujian kepasrahan.

Bagi ulama gempa adalah musibah agar umat lebih mendekat mohon pertolongan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Gempa menjadi pengingat dosa dan kesalahan manusia dan lebih mementingkan urusan dunia, melupakan Allah, melupakan kemanusiaan, melupakan tolong-menolong, melupakan haji social, melupakan kepedulian social, melupakan tetangga, melupakan saudara, melupakan anak, melupakan orang tua. Gempa menjadi pengingat tentang amal saleh, tentang kepedulian, tentang gotong royong, tentang tolong-menolong, tentang solidaritas.

Gempa juga bercerita tentang ketidakberdayaan manusia terhadap alam, tetapi manusia selalu menghancurkan alam. Manusia melupakan alam sebagai tempatnya berpijak, tempatnya bernapas, tempatnya hidup, tetapi juga tempatnya mati. Gempa mengingatkan tempat kembalinya manusia: yang mereka rusak dan mereka hancurkan sendiri.


Bagi orang-orang seperti Permadi, gempa berarti kutukan alam. Sudah tak ada lagi upacara sedekah bumi, sedekah laut. Manusia telah sombong dan melupakan bumi, melupakan laut. Manusia melupakan penguasa bumi, penguasa laut. Manusia melupakan Nyi Roro Kidul. Simbol sumber kehidupan, kelemahlembutan, dan kekuatan mahadahsyat. Nyi berarti perempuan. Setiap perempuan adalah sumber kehidupan. Bayi lahir dari rahim perempuan. Manusia hidup setelah terlahir dari rahim perempuan. Laut adalah air. Air sumber kehidupan. Perempuan adalah kelemahlembutan. Air itu lembut. Perempuan adalah kekuatan. Ia kuat mengandung Sembilan bulan, mengeluarkan bayi besar dari rahim yang sempit, mempertaruhkan nyawanya untuk sebuah kehidupan baru. Laut adalah kekuatan. Dari dasar laut gempa datang dan memorak-morandakan. Tetapi manusia melupakan laut. Manusia melupakan bumi. Tak ada lagi sedekah laut, tak ada lagi sedekah bumi. Sedekah adalah kearifan. Di mana kearifan pada bumi, kearifan pada laut. Sudah tahu manusia tak berdaya pada kekuatan bumi. Kapan gempa terjadi pun tak tahu, apalagi kekuataannya. Tetapi manusia tetap alpa untuk melindungi dan memohon pada Yang Berkuasa Atas Bumi dan Seisinya untuk meredamnya, melunakkan gempanya, melindungi umat yang duduk berzikir di musholah-Nya.

Gempa bagi kita yang tak terkena musibah juga bermacam-macam artinya. Bagi pemilik handphone flexi, gempa berarti ketik peduli kirim ke 5000. Gempa juga menjadi tontonan untuk memicu adrenalin kengerian tanpa mau peduli apalagi berempati. Yang maksiat tetap maksiat, yang berpesta tetap berpesta, yang merampok tetap merampok, yang korupsi tetap korupsi. Gempa dan korbannya hanyalah sebuah berita, sebuah cerita, tanpa pengaruh. Bagi anak-anak TK, gempa menjadi belajar bersolidaritas, belajar berdoa, shalat ghaib, dan belajar ilmu pengetahuan tentang gempa, tentang penyakit patah tulang, tentang rumah tahan gempa.

Bagi Nabi Khidr, apa artinya gempa dan korban yang ribuan, ratusan ribu, atau jutaan. Bukankah Nabi Khidr pernah membunuh anak kecil dan melubangi perahu agar perahu tenggelam. Mengapa Nabi Musa tak pernah paham perbuatan Nabi Khidr yang menurutnya tak masuk akal dan melawan kemanusiaan?

Nabi Khidr punya cerita di balik peristiwa, apalagi Sang Maha Pencipta.

Jakarta, 2 Oktober 2009
Si Ragil


Read More......