| 0 komentar ]





Hutan kali ini seperti di musim kemarau. Panas sekali, meski tidak ada kobaran api. Gerah padahal tidak menjelang hujan. Angin berembus seperti saling berbisik. Buaya hitam menangkap dua cicak putih. “Kamu itu kecil, jangan macem-macem. Memangnya kamu siapa, cicak dungu!!” petinggi buaya hitam mendengus sambil mengibas-ibaskan ekornya yang tajam. “Sekali dor, kamu juga mati.” Dua cicak dilemparkan ke rumah berduri. “Kalau nggak begini, gw bisa ancur nih…!!”

Buaya hitam melihat suara rakyat hutan mulai menyerang sarang buaya. Ini terjadi akibat para lebah yang menyebarkan berita rekaman para tikus yang ingin menghanguskan rumah cicak. Dalam rekaman itu para tikus berencana memenjarakan para cicak dan melenyapkan rumahnya dari hutan. Kemarahan tikus akibat ulah cicak yang memenjarakan teman-temannya yang baru saja menebang ribuan pohon di hutan dan dijual ke luar.


Tiba-tiba kancil datang dan membuat pengumuman."Nama saya dicatut dalam rekaman itu," katanya. Suara kancil ini membuat berita para lebah yang awalnya remang-remang semakin terang-benderang. Padahal tadinya, rekaman suara tikus, buaya hitam, dan srigala cuma berasal dari “sumber’ yang dirahasiakan. Petinggi cicak yang baru juga tak mau mengakui isi rekaman tikus, buaya hitam dan srigala yang merencanakan pembakaran rumah cicak dan memenjarakan penghuninya.

Lebah hutan penghasil madu baru saja memberi kabar mencengangkan. Mereka menulis rekaman pembicaraan buaya hitam, tikus dengan para srigala. “roger..roger…apakah dua cicak sudah digoreng,” tanya srigala penasaran. “tenang saja…sudah kita rencanakan penangkapan. "H-1 sudah setuju. Tinggal nunggu surat thok rek,!!"

Kawanan srigala belingsatan karena baru saja tersengat kabar tak sedap. Dua petinggi serigala tertangkap main kayu, merencanakan pembakaran rumah cicak di seluruh sudut-sudut hutan. Rencana jahat itu melibatkan petinggi buaya hitam yang baru saja memangsa dua cicak putih. Semut, kupu-kupu, lebah, dan berang-berang cuma bisa bertepuk tangan. Sesekali berteriak merdu, sebentar bersuara “huuuu.”
“Nama saya harus jernih, putih bersih seperti kapas. Ini pencatutan. Saya tak pernah mendukung srigala dan buaya merencanakan pembakaran rumah cicak,” Kancil mempertegas ucapannya.

Setelah turun podium, kancil mengadakan pertemuan dengan para tikus. "Tenang, habis ini kepala buaya kita copot, berikut antek-anteknya. Thanks biaya kampanyenya ya. Alihkan isu segera," kata kancil sambil menggerogoti carrot.

Belum juga dicopot, kepala buaya mengumumkan penangkapan kalajengking sang teroris. "KIta menangkap 3 kalajengking sekaligus yang melakukan pengeboman di sejumlah tempat. Mereka masih terkait kalajengking gembong teroris asal Malaysia."
Seluruh siaran televisi yang dilakukan para lebah menyiarkan penangkapan teroris. Tiga ditangkap dan lima tewas mengenaskan. Badannya hancur diberondong peluru.

Berita cicak pun tenggelam. Rakyat hutan kembali membicarakan kalajengking teroris."Gampang kan mengalihkan perhatian rakyat di hutan," tutur kepala buaya sambil berbisik, "wong mereka bakul tahu, kita sebut saja terrois. beres kan. lha wong informasinya dari saya. mantap toh, enak toh..hehehehe." (si ragil)



0 komentar

Posting Komentar