| 0 komentar ]

Mas Habe,
Maaf, sekedar usul, baiknya, email yg ditulis dengan kacamata fiksinews itu dimunculkan dalam subject label fiksinews agar jelas itu dari fiksinews, bukan faktual. Orang banyak sibuk dengan berbagai kegiatan dan email seabreg diterima tiap hari, nanti bisa2 salah tangkap yg fiksi dikira faktual, itu berabe.

Akan lain jika pada subject email ada tag itu fiksinews. Jika tidak, batas akan kabur. Contohnya, iklan yg seolah news, tidak nyaman, karena bisa misleading di awal. Untuk fiksinews, akan beda jika disodori dulu dengan tag itu fiksinews, sehingga pembaca akan menyikapi lain.

Ide fiksinews bagus, sih, pampangkan hal ideal yg diharapkan atau paparkan gambaran fakta diandaikan itu terjadi, namun yaitu tadi, di tengah kesibukan dan waktu sempit, orang perlu cepat tahu mana fakta, mana fiksinews dengan bantuan label tag agar tidak kabur.

Lihat saja info di bawah dan judul subject email, sekilas seperti sungguhan.
Kecele jadinya.

Saya juga ingat sinetron SUAMI-SUAMI TAKUT ISTRI. Sitkom itu membuat kacau antara komedi dan kekerasan, main jewer kuping namun jadi bahan tertawaan karena dianggap lucu. Anak2 dibiarkan ikut serta dalam sitkom orang dewasa, lalu muncul anak2 yg suka minta duit dengan nodong jualan info. Bapak2 ditampilkan genit duduk2 mepet si janda muda Mbak Prety, peluk2, pegang tangan. Ibu bukan pajanan yg baik bagi anak2. Jadi kacau balau lihat sitkom ini.

Nah, sebaiknya jangan buat kacau, dengan memberikan label tag yg jelas untuk fiksinews. Maaf, jika tidak berkenan.

Salam,Pangesti

Lihat rujukan ini:Fiksinews merupakan sebuah karya fiksi yang ditulis dengan gaya berita-sastra dengan tetap melihat isu-isu berita terkini. Fiksinews lahir dari ketidakpercayaan terhadap berbagai pemberitaan formal dan berbagai kebohongan. Fiksinews diciptakan untuk mencari alternatif peristiwa yang diolah secara imajinatif. Fiksinews bukan berita faktual tetapi hanya sebuah berita fiksi.

JADI INFO DI BAWAH BUKAN SUNGGUHAN!!! tapi pembaca bisa saja terjebak!!!

tanggapan:

Ide tulisan ini datang ketika saya sedang lewat di terowongan semanggi. jalanan ancur, lalu lintas padat. andaikan ada yang terjebak kubangan dan jatuh. apa yang akan terjadi?? mumpung belum terjadi, saya menulis peristiwa mengenaskan ini. saya pernah jatuh di atas flyover kuningan dan sakitnya minta ampun. untungnya sebuah sedan tak segera menabrak saya. reflek mengajarkan, injak rem segera!! coba jika reflek mengajarkan lain: tabrak sajalah. apa jadinya saya. mungkin saya tak lagi bisa menulis. ya mungkin. mungkin tangan saya sudah putus, kepala saya pecah dan badan saya remuk. mungkin juga saya sudah tinggal nama. padahal waktu itu saya sedang punya agenda penting: survei sekoah di Babelan bekasi untuk membagikan sepeda gratis kepada siswa tak mampu akibat naiknya harga BBM.

Satu hal lagi yang selalu enggelisahkan saya. Jika anda terjebak, kecele dengan fiksinews, itu masih belum seberapa. coba bayangkan jika berita-berita di media-media formal itu membuat berita yang isinya fiksi, akibat narasumber yang mengumbar informasi fiktif. kasus hukum, politik, ekonomi, dan lainnya ternyata cuma fiktif. Apakah ini terjadi? Indikasinya banyak. Coba lihat saja pertentangan antarpolitisi di DPR, terdakwa dan saksi-saksi, elite politik, di nasional dan daerah. Lihat, rekam, dan saksikan. siapa yang menebar informasi fiktif??

habe arifin

Read More......
| 1 komentar ]

Terowongan Semanggi Kian Mencekam

JAKARTA - Lima orang memakai penutup kepala tiba-tiba menghadang Andi (35). Avanza barunya tak bisa bergerak. Andi nyaris menabrak kawanan ini, tapi refleks mengajarinya menginjak rem. Lima detik berikutnya kawanan ini menggedor pintu dan memecahkannya. Celurit sudah mengalungi leher Andi."Ampun, ampun, jangan bunuh saya, jangan, jangan!!" Andi tak berdaya. Lima detik kedua, kawanan ini mengobrak-abrik isi mobil, menggondol laptop, uang tunai, ATM berikut nomor PIN. Andi histeris begitu kawanan perampok pergi. Tangannya berlumuran darah, tergores celurit bromocorah.

Andi hanyalah satu dari ratusan mungkin ribuan korban kriminalitas di Terowongan Semanggi. Tak salah terowongan ini dinamai terowongan maut. Kecelakaan memang tidak hanya karena akibat perampokan dan tindak kriminalitas. Tahun 2008 silam, sebanyak 150 pengendara motor luka parah, 10 tewas, dan 100 kendaraan roda dua dan empat raib akibat todongan penjahat. Data lain menyebutkan sekitar 10 ribu ban motor bocor dan rusak gores akibat ulah tukang tambal ban liar yang menyebar ranjau paku. Hampir 100 ribu pengendara motor terjungkal di terowongan ini selama kurun waktu lima tahun, 2003-2008, akibat jalan berkubang, rusak parah, dan nyaris tak pernah diperbaiki.

Jupri (30) hingga kini terbaring di RSCM. Kemarin, ia terjungkal akibat jalan berlubang. Ia tak tahu. Jalan itu dipenuhi air hujan yang keruh. "Begitu saya lewati, "bluggg", roda depan motor saya ambles dan setir oleng. Saya tak bisa menahan motor dan langsung terjatuh ke kiri. Nasib naas buat saya. Dari belakang metromini menerabas kaki saya hingga keduanya patah. Untungnya kepala saya tak membentur trotoar," Jupri mengisahkan. Ia kini menjalani operasi amputasi. "Saya tak mungkin bisa bekerja lagi," tutur kurir sebuah perusahaan pengiriman ini.

Nasib Jupri mungkin saja tragis. Tetapi, bagi Fatimah, nasib Jupri tak ada apa-apanya. Petugas kebersihan di perusahaan asuransi ini sampai kini trauma dan menjadi gila seumur hidupnya. Penyebabnya juga karena jalan berlubang. Saat itu ia sedang hamil besar. Pulang kerja, ia dibonceng suaminya, Rojani (35). Begitu lewat terowongan, motor Supra yang baru dikredit suaminya terbenam kubangan dan langsung jatuh. Rojani terlempar ke depan hingga dua meter dan kepalanya terbentur trotoar. Ia kini stroke. Sementara Fatimah terpental hingga sepuluh meter ke depan. Perutnya menghunjam ke aspal dan kepalanya retak. Darah mengalir seperti air terjun. Ia pingsan. Ironisnya tubuh Fatimah ditabrak motor lain yang saat itu sedang melaju kencang.

Tak ada yang membawanya ke RSCM. Lalu lintas kian padat. MAsing-masing berburu pulang, agar cepat sampai rumah. Untungnya ada Solehan, petugas kebersihan, temannya satu perusahaan yang sedang lewat. Fatimah dipinggirkan. Ia bergegas menyetop taksi dan membawanya ke rumah sakit. Sial bagi Solehan. Dompetnya tak menyisakan uang sepeser pun. Ia tak bisa membayar argo taksi. Terpaksa, Fatimah tak boleh diturunkan. Sopir taksi kukuh, selama tak dibayar, tubuh Fatimah akan dikembalikan ke tempat semula, di terowongan Semanggi.

Solehan terpaksa mencari utangan. Tukang bajaj, tukang rokok, dan tukang parkir didekatinya. Namun, mereka tak bisa memberikan pinjaman Rp 50 ribu untuk bayar taksi. Nasib Fatimah terlunta-lunta hingga malam. Solehan menangis dan berteriak-teriak. Masyarakat di sekitar RSCM malah menganggap Solehan gila. Ia menjadi tontonan.

Dengan terpaksa, Solehan menuruti kemauan sopir taksi. Ia kembali ke terowongan Semanggi. "Tega loe, Bang," Solehan mengumpat sopir taksi. Sopir taksi malah mengeraskan gas dan membunyikan klason. Fatimah terkulai tak berdaya. Solehan pasrah. Lima menit kemudian Solehan didekati tiga polisi patroli. Solehan dibawa ke kantor polisi dan diinterograsi. Jasad Fatimah diangkut menggunakan mobil patroli ke rumah sakit.

Dalam pemeriksaan, Solehan ditetapkan sebagai tersangka penganiayaan. "Hoiiiiiiiiii, aku tidak menganiaya," teriakan Solehan tak dihiraukan. Ia malah ditahan berharihari di kantor polisi.

Meski tragis, nasib Fatimah sedikit beruntung. Ia tak ikut tewas. Jabang bayinya sudah meninggal dan dikeluarkan. Namun, Fatimah sempat koma selama sepekan. Kini, Fatimah benar-benar gila.

Sementara suaminya, Rojani, tak bisa pulang dari rumah sakit karena tak bisa bayar biaya perawatan, biaya kamar, dan obat-obatan. "Nasib wong cilik koyok ngene, rekoso tenan," Rojani, warga Tegal itu saban hari menangisi nasibnya. ( si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

Rekan-rekan yang baik.Cerpen - fiksinya bagus. Terima kasih karena saya sudah membaca karyanya Pak "Si Regar?." Menurut hasil survey , banyak pimpinan dunia yang cemburu, karena tergeser beritanya di media oleh kepopulerannya Presiden Obama.Dua hari lalu saya menerima surat elektonik dari Presiden Barack Obama. Selain mengucapkan "Thank you" dan berbagai diplomasi, Presiden Obama juga mengatakan "Our journey is just beginning."Salam hangat,Ruslan Andy Chandra081584021244

Read More......
| 0 komentar ]

Rekan-rekan yang baik.
Cerpen - fiksinya bagus.
Terima kasih karena saya sudah membaca karyanya Pak "Si Regar?."

Menurut hasil survey , banyak pimpinan dunia yang cemburu, karena tergeser beritanya di media oleh kepopulerannya Presiden Obama.Dua hari lalu saya menerima surat elektonik dari Presiden Barack Obama. Selain mengucapkan "Thank you" dan berbagai diplomasi, Presiden Obama juga mengatakan "Our journey is just beginning."


Salam hangat,
Ruslan Andy Chandra
081584021244

Read More......
| 0 komentar ]

Dasara Pak Habe......
aku kasih tahu ke suamiku tentang kabar Obama datang ek Indonesia , sebelum saya selesai baca. he he he

Suamiku bilang nggak mungkin.... tapi akunya yakinin dia dan menceritakan betapa hebatnya Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi.. .. dan akhirnya suamiku nyerah juga sambil berkata...." mungkin masalah dengan Timur tengah kali ....????? .

Sesampainya aku di depan komputer setelah selesai membaca.

Hik hik , betapa gelinya aku di siang bolong gini...
Thanks juga Mas Habe, ternyata bisa juga mempengaruhi suami ternyata


Salam Melly kiong


salam bailk bu Melly
wakakak, wakakak, saya jadi tertawa ngakak juga..lumayan buat melonggarkan syaraf!!

habe
thanks

Read More......
| 0 komentar ]

Wah mimpi yang menarik ini.
Saya kira beneran..
Pas baca alinea kedua, baru deh ketahuan cuma narasi.

(Padahal di atasnya sudah ada tulisan :www.fiksinews. blogspot. com)Coba beneran terjadi, ya....Apakah reaksi orang Indonesia cuma berdemo dan berorasi?

Manik

hehehe
habe

Read More......
| 0 komentar ]

Tanggapan Obama Kunjungi Indonesia-1

“Sompral demam tinggi. Ia mengigau, "Obama, Obama, Obama…" TanganSompral disodorkan ke atas. Ia ingin bersalaman. Sudah lima hari iniSompral dirawat di rumah sakit pemerintah karena demam berdarah,begitu kali Ciliwung membanjiri gubuknya. Ia sering kali mengigauselama perawatan. Emaknya yang kena diare masih tidur di tendapengungsian yang dingin, di tanah kuburan. ( si regar)”

+ Tiba-tiba dalam igauannya Sompral merasa Obama menoleh padanya dankembali senyum gigi putih itu tersungging. Obama tersenyum padanya!Sejurus kemudian Obama datang mendekatinya."Cak Sompral...?! " tanya Obama ragu-ragu.

"Iyyyyes...! I am Sompral." Sompral gugup bukan main didatangi danditegur secara tiba-tiba begitu oleh Obama. Mau mati rasanya ia karenakaget dan kebingungan ditegur oleh Obama. 'Darimana Obama mengenalnamaku?' pikirnya.

"You speak English, Cak...?!" Obama bertanya sambil tetap memamerkansenyum Pepsodent dioplos dengan Siwak F itu."Iyyyyeeess. .. little ...little.. I.. can, Sir." Sompral masih takdapat menghilangkan kegugupannya.

"Wake up, man!' Obama menepuk bahunya."Whaaaaat... ?!" Sompral tak paham.
"Wake up...! Tangio, Cak! Your gubug is almost klelep." Obamatiba-tiba berkata dengan nada serius.

"Whaaaat...sir? Klelep...?!" Sompral langsung 'hang' minta di'reboot'."Banjir...! Banjir...!" tiba-tiba terdengar suara bersahut-sahutan.Seorang pengawal Obama mendorong Sompral dan ia terjatuh. Basah dandingin...!

Sompral terbangun dan kaget setengah mati. Rumahnya sudah hampir robohterbawa banjir.
"Obama... obama...!" jerit Sompral.Tapi Obama telah menghilang bersama arus air yang semakin kencang.

SalamSatria

You are great man!!
Habe

Read More......
| 0 komentar ]

Tanggapan Obama Kunjungi Indonesia 2

klubguruindonesia@ yahoogroups. com, "Satria Dharma" wrote:>> + Tiba-tiba dalam igauannya Sompral merasa Obama menoleh padanya dan> kembali senyum gigi putih itu tersungging. Obama tersenyum padanya!>

Sejurus kemudian Obama datang mendekatinya.> "Cak Sompral...?! " tanya Obama ragu-ragu.> "Iyyyyes...! I am Sompral."

Sompral gugup bukan main didatangi dan> ditegur secara tiba-tiba begitu oleh Obama. Mau mati rasanya ia karena> kaget dan kebingungan ditegur oleh Obama. 'Darimana Obama mengenal> namaku?' pikirnya.
++ "Cak Sompral, you know SD Menteng?
""Iyyesss, sir!".
Ingatlah Sompral kalau Obama akan berkunjung kealmamaternya semasa kecil di Indonesia.

"Tolong antar saya ke SD Menteng. Saya sudah lupa jalan menuju kesana. Dulu tak banyak gedung seperti ini", kata Obama.
"Oke, Mister President. Kita bisa naik busway.
"Busway? What'is busway?"

Rupanya Obama belum tahu kalau do Jakartaada busway.

Sompral menjelaskan, "Busway itu bis khusus. Punya jalan sendiri, antimacet pokoknya, sir. Murah juga, cuma tiga ribu lima ratus!!
""Hah?? 3500 dollar? 35 juta rupiah hanya untuk naik bis ke SD Menteng?Ekonomi Indonesia tumbuh pesat ya, sampai rakyatnya segitu kaya"

"No no no.. sir", Sompral mulai gugup menjelaskan. "Bukan dollar. Tapi3500 rupiah".
"Ohh.. gile bener. Cuma segitu ya? Saya perlu berhemat, soalnyanegara saya juga lagi krisis global. Kalau gak sampai 1 dollar akubisa traktir sampeyan, Cak, naik busway selama setahun penuh"

Mereka berdua asyik ngobrol sepanjang jalan. Penumpang busway banyakyang melirik Sompral. Hebat bener nih orang, bisa jadi tour guide-nyaorang nomor satu di Amerika.

"Eh, mister president. Satu pertanyaan saya. Memangnya ada apa MisterObama ke SD Menteng?".

Sompral mulai berani bertanya.

Obama menjawab, "Oh. Because saya mau kasih tahu semua guru di SDMenteng agar segera bergabung dengan Klub Guru Indonesia. Itu programbagus sekali. Hanya satu di seluruh dunia. Nggak ada duanya deh. DiAmerika saja nggak ada yang namanya Klub Guru Indonesia" (narsis modeon, wakakak...).

Sompral pun manggut-manggut. ..Dia gak tahu, namanya juga KG Indonesia, adanya ya di Indonesia. Kalaudi Amerika namanya KGA. Di Malaysia KGM.Sompral langsung ingat temannya yang salah satu pengurus Klub GuruJabodetabek bernama Mas Habe.

Diapun angkat HP: "Habe, Habe.. hallo..hallo...". Sompral teriak-teriak makin keras, karena sekarang agaksusah nelpon Pak Habe.

Tiba-tiba, "Cak.. cak.. bangun cak Sompral". Istrinya membangunkan."Ngapain teriak-teriak panggil Mas Habe"Ehh.. ternyata cuma ngimpi :)/MI(lagi ketularan Cak Habe dan Cak Satria, wakakak...)

great man!!
habe

Read More......
| 0 komentar ]

Behind Bush

Awan bergelayut di atas Gedung Putih. Tiga pria duduk tegang di meja kerja Bush. Seorang berkepala plontos memegang peta, dua lainnya brewok berpangku tangan. “Mr. President,” pria berkepala plontos membuka ketegangan. “Jadi bagaimana keputusan rapat sore ini,” suara plontos kembali menggugah konsentrasi Bush.

Bush mengambil pulpen dan menggigitnya. “Scenario telah aku susun. Serangan ke Irak akan segera dimulai,” Bush membuat notulensi rapat. “Attack to Irak.” Si plontos segera menunjuk lokasi-lokasi yang tertera di peta serangan udara dan serangan darat yang harus dilakukan tentara Bush. “Baghdad sasaran utama. Pengejaran Saddam dan anteknya sasaran berikutnya,” plontos mempertegas. “Ya. Selanjutnya saya minta intelligent memetakan lokasi,” Bush mengakhiri rapat.

Pagi cerah dan berita televisi memperburuk situasi. Uranium menjadi satu-satunya alasan Bush menyerang Saddam. Kesibukan luar biasa menyeruak di Gedung Putih. Semua pejabat berdatangan. Setengah jam kemudian, mobil-mobil cabinet hilir mudik meninggalkannya. Bush pergi ke sebuah hotel yang tertutup dan sejumlah pemimpin media berkumpul.

Dua pria brewok segera mempersiapkan ratusan kamera. Beberapa sutradara andal segera terbang bersama sepasukan tentara udara. Serangan udara dimulai malam hari. Sejumlah kameraman ngintil di belakang pilot. Kembang api di atas Baghdad segera berdentum. Puluhan bangunan hancur. Istana Saddam sasaran utama.

Pasukan darat bergerak. Kapal induk bersiap di buritan Yordan. Tentara Bush masuk melalui Mesir. Serangan udara kembali berdentum. Cendawan hadir di mana-mana. Amis darah tercium hingga ke Kuba. Ribuan jasad meninggal. Televisi di belahan bumi mencaplok dengan rakus siaran media-media internasional yang dipersiapkan sang sutradara. Aktor-aktor Hollywood terlibat pertempuran hebat. “All under scenario.”

Industri perfilman bergairah. Jutaan penonton bertepuk tangan. Milyaran dolar masuk ke bursa. Kolektor berburu sejarah. Para ilmuwan menciptakan temuan-temuan mengejutkan. Negeri seribu satu malam menjadi seribu satu scenario.

Dua pria brewok, seorang berkepala plontos dan Bush terbahak di meja rapat. “Hahahaaaa…kita penggal Saddam seperti ini,” Bush memotong banana di mejanya. Segebok cek terhidang seperti menu restoran Timur Tengah. Misi telah dilaksanakan. Tidak ada air mata dalam menjalankan misi. Amerika negara hebat dana akn terus menjadi negara superpower.

Ribuan prajurit pulang hanya dalam teks surat. Bendera Amerika dikibarkan satu tiang penuh. “Amerika tidak boleh kalah!!!” Bush meluncur bersama pengawalnya sepulang dari gedung bioskop. (si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

Obama Kunjungi Indonesia

Pesawat kepresidenan negara adi daya Amerika Serikat setengah berbisik ketika mendarat di Bandar Udara Halim Perdana Kusumah. Sisanya sebuah keheningan karpet biru menuju cadilac paling aman dan tercanggih di dunia. Obama mengintip dari jendela.

Presiden dan seluruh anggota cabinet membungkuk berbaris seperti rakyatnya mengantre minyak tanah. Di baris kiri berdesakan isteri menteri kabinet seolah antrean BLT. Beberapa di antara mereka membawa buah rambutan Binjai. Sesuatu yang tak lazim, tetapi diloloskan paspampres. “sekadar mengingatkan masa kanak-kanak sang presiden.” Mereka menanti sang tamu agung menginjakkan kakinya kembali di bumi Pertiwi.

Pesawat Obama berdiri pongah sendirian tanpa asap. Seluruh Halim dibersihkan dari semua pesawat jangkrik. Hanya beberapa F-16 tanpa baut yang belingsatan di pojok kiri kanan Halim. Semua pesawat bisu seperti kehabisan avtur. Belasan Apache dan Puma ikut begadang, juga dalam semedi. Kawanan sukhoi yang awalnya ikut bersiaga serta merta diusir lima belas menit menjelang pesawat presiden menukik.

Satu-satunya yang berisik sekitar lima puluh pasukan khusus pengaman presiden berpakaian jas safari musim gugur warna gelap. Sorot matanya tajam seperti elang. Paspampres berdiri kokoh di tepi karpet biru, di sela barisan presiden dan kabinetya.

Ratusan tentara tinggi besar berpakaian militer antivirus flu burung dan antidemam berdarah telah sigap di hampir setiap inci area Halim. Senjata superlengkap digenggamnya. Di luar Halim dalam radius dua kilometer, ribuan baret merah mengokang senjata dalam posisi siap tembak. Ribuan polisi berikut anjingnya berjaga di setiap kawat berduri yang terbentang melingkari Halim. Jalanan menuju Istana diberlakukan car free day, meski bukan hari minggu di akhir bulan. Setiap lima meter polisi lalu lintas berselang seling dengan Brimob berdiri hormat sambil menempatkan lima jarinya di pelipis.

Lima kamera Reuters dan CNN merangsek masuk ke bibir karpet menebarkan cahaya kilat. Mereka berangkat dari Washingston. Ratusan kamera pers local termasuk Al Jazeera hanya nangkring di balkon. Mereka saling bersedesak dengan kamera tele.

Obama berdiri di tangga pesawat. Giginya putih dibungkus senyum. Tangan kanannya melambai, menepis-nepis polusi. Tangan kirinya menggenggam Michell. Tiga detik kemudian tiga pesawat mata-mata meluncur dari dua kapal induk yang berjangkar di selat Sunda melintas dalam jarak dekat di atas Halim. Disusul suara dentuman yang disebar sebelas F-16. Obama masih berdiri di tangga, dengan sumringah. Presiden dan panglima sempat saling pandang. Sedetik kemudian keduanya kembali menempatkan korneanya ke arah Obama.

Jebolan SDN 01 Besuki, Menteng Dalam itu segera menapaki tangga dan menjemput tangan presiden, yang lama disodorkan. Presiden menggenggam jemari Obama dengan dua telapaknya. Meliuk-liukkannya sebentar sambil wajahnya menatap erat wajah Obama. Punggungnya membungkuk dan mendekapkannya ke dada Obama. Keduanya berangkulan. “ A p a ka bar,” Obama memberi salam. “Te ri ma kasih,’ kata kedua yang paling dihafalnya sejak bersekolah di Menteng Dalam.

Usai bersalaman, Presiden membalikkan punggungnya dan menatap kamera. Ia mengajak Obama melambaikan tangan ke arah fotografer. Presiden segera mengajak Obama menyusuri karpet biru menuju cadilac. Barisan menteri termasuk wakil presiden tak diberi kesempatan berjabat tangan. Juga barisan ibu-ibu isteri menteri yang sejak sebelum subuh sudah berdandan dan berbaris rapi. (esoknya foto salaman ini terpampang di hampir seluruh media cetak nasional dan mengisi setiap menit slot iklan televise: hanya kami yang bisa menjabat Obama—begitu narasinya).


Obama memasuki Cadilac dan iring-iringan mobil mencapai dua kilometer menuju Istana. Di sepanjang jalan deretan mobil pribadi berhenti, menyaksikan iring-iringan. Juga 1,4 juta siswa Jakarta diliburkan. Mereka berderet melambaikan merah-putih dan bendera United State. Mobil presiden berada di depan. Melihat melimpahnya warga di jalan-jalan, presiden membuka atap mobil dan berdiri sambil melambaikan tangan. Karena rombongan berjalan melambat, paspampres dari negeri Paman Sam itu membentak paspampres Istana. “Speed man!!!” Atap mobil presiden bergegas ditutup dan presiden hanya senyam-senyum belingsatan di jok belakang. Rombongan melacu kencang.

Memasuki Sudirman, ribuan massa berkafiyeh beteriak-teriak. Tentara mengepung barisan demonstran. Juga di Bundaran HI. Polisi dan tentara mengisolasi mereka ke pinggir jalan. Barisan mobil antihuru-hara memblokade aksi massa partai pro-Palestina ini. Nyaris tak ada yang bisa menerobos barisan polisi. Apalagi Kapolri menginstruksikan tembak di tempat bagi perusuh dan demo anarkis. Ratusan sniper dipajang di sepanjang jalan menuju Istana. Kawasan Monas hingga Istana pun steril. Seolah sepi karena tak ada pasukan pengamanan di bawah. Ratusan tentara disebar di atas pepohonan yang mengitari Istana dan Monas. Mirip pengamanan saat presiden menuju kawasan bencana alam Pangandaran, beberapa waktu silam.

Pengamanan superketat tak membuat demonstran diam. Suara pengeras suara mereka menyerobot blockade pasukan pengaman dan menusuk-nusuk pintu Cadilac. Mereka berorasi dalam bahasa Amerika. “Usir Israel dari Palestina.” Presiden marah. Untuk kedua kalinya ia mengingatkan Kapolri agar menyita pengeras suara demonstran. Suara pengeras kembali menyerbu. “Pemerintahan kita menjadi boneka Amerika, antek-antek zionis.”

Rombongan memasuki Istana. Tiga puluh menit pembicaraan empat mata bersama presiden, Obama menggelar jumpa pers tanpa tanya jawab. “Saya merasa tersanjung bisa berkunjung ke Indonesia, tempat masa kanak-kanak saya,” Obama bicara dalam bahasa Menteng. “Kami akan meningkatkan kerja sama, membuka seluas-luasnya ekspor Indonesia dan mengukuhkan perusahaan-perusahaan Amerika di sini untuk membantu rakyat Indonesia menuju kemakmuran. Kami menghormati kedaulatan Indonesia dan bersama-sama menciptakan perdamaian dunia, tak terkecuali di Palestina. Israel dan Palestina harus menjadi negara yang berdaulat dan aman. Tidak ada roket yang menciderai Israel dan tidak ada agresi Israel di Gaza. Kita akan memulai tatanan baru dunia yang lebih aman dan damai.”

Obama segera bergegas menuju SDN 01 Menteng Dalam dan bernostalgia di bekas tempat tinggalnya. Di sini, Obama disodori nasi goring dan penutup buah rambutan. Obama sangat terkesan. Setelah bercengkara bersama kawan-kawannya satu kelas, Obama meluncur ke Halim dan terbang ke Washington.

Sompral demam tinggi. Ia mengigau, “Obama, Obama, Obama…” Tangan Sompral disodorkan ke atas. Ia ingin bersalaman. Sudah lima hari ini Sompral dirawat di rumah sakit pemerintah karena demam berdarah, begitu kali Ciliwung membanjiri gubuknya. Ia sering kali mengigau selama perawatan. Emaknya yang kena diare masih tidur di tenda pengungsian yang dingin, di tanah kuburan. ( si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

Subuh belum juga beranjak ketika Sompral berjejingkat mengambil sendal. Ia baru turun dari mushola. Inilah kali ketiga Sompral menginjak mushola. Dulu waktu kecil, ia paling rajin ke mushola. Tidur pun di mushola. Tabu bagi anak sembilan tahun ke atas tidur di rumah. Mushola seolah tempat tinggal keduanya. Begitu ke Jakarta, ia melupakannya. Ia lebih banyak bergumul pada gitar dan asap terminal. Bertahan hidup adalah alasannya. Sompral ingin mengubah nasib. Kini ia banyak pergi ke mushola. Mungkin ia pikir Tuhan akan bagi-bagi duit di mushola saban subuh datang. Entah mengapa, ia begitu percaya.

Setelah menyambar sendal jepitnya, Sompral buru-buru pergi ke Bang Kumis. "Bang, lihat korannya," Sompral mengambil salah satu koran Ibu Kota yang dijejer di atas lapak. "Gw bilang juga apa, Bang," Sompral bersemangat. "Bu Mega pasti melamar Sultan," suara Sompral kembali menjejali telinga Bang Kumis.

Bang Kumis tak tahan juga diceramahi pada pagi buta seperti itu. "Memangnya Pak Taufik Kiemas dikemanain, Pral?" Bang Kumis seenaknya. "Apa mungkin Bu Mega ikut-ikutan kawin-cerai kayak Oki-Pasyah Ungu?" Bang Kumis nyerocos seperti bibir kepedesan. Belum juga bibir Bang Kumis nyerobot lagi, Sompral menggampar pundaknya. "Blaakk." "Ngomong diatur Bang. Mana mungkin Bu Mega cerain Bang TK, ya nggak mungkinlah." Sompral kembali melototi koran.

Bang Kumis nyengir saja. "Loe sendiri yang bilang Bu Mega melamar Sultan. Itu artinya kan mereka akan kawin dan Pak Taufik dicerain. Mana mungkin Bu Mega bersuami dua. Loe aja yang bikin gw sewot," entah mengapa otak Bang Kumis pagi ini masih beku.

Sompral berdiri dan menyantap tahu goreng yang masih panas di warung Yu Tem. "Kumiiiissss. Dengerin ya. Maksud gw, Bu Mega melamar Sultan untuk jadi cawapresnya, bukan jadi suaminya. Udah tua gitu, gak mungkinlah kawin-cerai," Sompral bersesungut sambil terus mencaplok tahu.

Bang Kumis berdiri dan memandang Sompral dengan tajam. Sompral sempat mundur. Ia khawatir Bang Kumis marah dan menggeplaknya. "Eh, Pral. Semakin tua orang, pikiran dan tingkah lakunya seperti anak-anak. Sudah pernah jadi presiden masih saja ingin jadi presiden lagi. Persis kayak anakku, si Jengkil. Sudah dikasih permen, eh minta lagi, minta lagi. Padahal giginya udah bolong lima. Kalau gw kasih permen lagi, giginya bisa bolong semua. Omponglah anakku nanti," Bang Kumis kembali duduk dan menyeruput kopi selir asli Lamongan.

Sompral meletakkan korannya dan mendekati Bang Kumis. "Maksud Abang, apaan nih," Sompral diam menunggu 'kuliah subuh' dari pedagang koran profesional karena sudah lebih lima belas tahun menjalani profesi ini. "Maksud gw, menjadi ibu itu profesi mulia. Lebih mulia daripada presiden, perdana menteri, kaisar atau bahkan malaikat. Begitu mulianya seorang ibu sampai Nabi pun menunjukkan surga ada di bawah telapak kaki ibu. Jadilah ibu yang baik, ajarkan kebaikan kepada anak-anak juga kepada suami tercinta. Menjadikan anak lebih hebat dari ibunya adalah perbuatan mahamulia. Nabi mengajarkan itu. Menjadikan generasi penerus lebih hebat itu lebih penting daripada menjadikan diri sendiri sebagai raja. Hanya anak kecil suka meminta dan berperilaku yang aneh-aneh. sudah tahu giginya bolong masih saja minta cokelat, minta permen, minum sirup, ahhhh." Bang Kumis meninggalkan Sompral. "Gw ke toilet dulu," katanya sambil ngeloyor. "Janga lupa jaga lapak." Sompral membisu. Otaknya kini menjadi beku. ( si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

Tanggapan Obama 3

jurnalisme@yahoogroups.com
Dear Mas Habe,Can we really put "fiksi" and "news" together into one word?Regards,Ikram

Mas Ikram, Yth
Hampir setiap hari kita menyaksikan, disodori, oleh televise tentang banyak informasi fiksi. Kemasannya bisa berupa sinetron, film, novel, cerpen dan lainnya. Pengalaman saya menjadi wartawan di Jakarta menunjukkan banyak berita fiksi yang disampaikan oleh pejabat yang notabene narasumber utama pers. Kasus hukum yang ditangani Kejagung atau MA sering kali menimbulkan ketidakpuasan publik karena tidak adanya unsure keadilan di sana.

Tahukan Anda apakah yang disampaikan dalam fakta-fakta hukum itu benar-benar sebuah fakta yang jujur atau fakta yang fiktif. Fakta karena diucapkan oleh narasumber, saksi, terdakwa, dll, tetapi sejatinya isinya adalah fiktif. Percayakah Anda ketika Akbar Tandjung mengatakan hanya melihat cek di depan meja tanpa menyentuhnya atau bahkan mencairkanya. Percayakah Anda apakah kejatuhan Gus Dur hanya semata-mata karena kasus Buloggate. Kasus hukum yang tidak ditangani secara hukum dan tak membuat Gus Dur masuk ke terali penjara. Percayakah Anda bila cek yang berceceran di depan toilet DPR itu bukan uang korupsi dan sama sekali tidak ada yang dipenjara dalam kasus itu. Percayakah Anda bahwa suap-menyuap dalam pembuatan UU masih terus terjadi dan tidak satu pun yang dihukum atas peruatan itu. Jika delisting terus, mungkin tak cukup andai air lautan dijadikan tinta dan hutan belantara dijadikan kertas untuk menuliskan fiksi-fiksi yang dibungkus seolah-olah fakta.

Itu sebabnya, fiksinews lahir. Fiksinews ingin menunjukkan bahwa di dalam fakta terdapat fiksi dan di dalam fiksi terdapat fakta-fakta yang disembunyikan. Saya berharap semua karya fiksi yang saya buat bisa menjadi kaca mata kedua untuk sebuah kehidupan yang lebih baik, memuliakan peradaban dan kemanusiaan. Tentu saja semua itu harus dibangun dari pondasi dasar: melihat yang salah itu salah dan yang benar itu benar.

Habe

Read More......
| 0 komentar ]

Tanggapan Obama 2
tiara sarita"
Add sender to Contacts

Obama baru akan menangis jika ada satu orang Israel yang mati karena terkena roket pejuang Palestina. tapi kalau ribuan rakyat Palestina yang syahid oleh senjata-senjata Israel, Obama masih bisa tersenyum dan belagak pilon. yah, enggak jauh bedalah sama presiden-presiden AS sebelumnya.Obama mendukung Palestina merdeka tapi juga mendukung penjajahan Israel di atas tanah Palestina. standar ganda. bulshit dan tidak masuk akal. Kalau Obama berani mengecam keras Israel dalam pidatonya nanti, maka tamatlah karir Obama. :)-


-- On Tue, 1/20/09, rick_ambalo@ yahoo.com <rick_ambalo@ yahoo.com> wrote:From: rick_ambalo@ yahoo.com <rick_ambalo@ yahoo.com>Subject: Re: [jurnalisme] OOT: Obama MenangisTo: jurnalisme@yahoogro ups.comDate: Tuesday, January 20, 2009, 12:10 AMKecian deh Habe ini. Wake up man, Obama adalah pendukung utama Palestinamerdeka. Sebab si "organisasi teror" Hamas yg menyerbu sderot dengancluster bom fosfor putih dan membunuh anak2 dan penduduk israel yg cinta damai.Israel yg selalu ingin berjabat erat dengan Palestina, orang Palestina aja yggebleg gak mau dan justru membangun tembok. Orang Palestina aja yg goblok sudahambil kebun2 orang israel dan merampas tanah, bikin perumahan dan gak mau damai.Malah katanya israel bikin penjara besar bernama Gaza. Omong kosong itu semua.Hidup Obama.RickPowered by Telkomsel BlackBerry®-----Original Message-----


From: "Ridwan Nyak Baik" <rbaik@pertamina. com>Date: Mon, 19 Jan 2009 08:26:20 To: <jurnalisme@yahoogro ups.com>Subject: RE: [jurnalisme] OOT: Obama MenangisBung Habe memang bermimpi, karena Koran Tempo pagi ini (Senin, 19/1)menurunkan pernyataan menlu Kabinet Obama, Hillary Clinton bahwa amrikgak bisa netral dalam memainkan perannya sebagai penengah soal Palestinadan Israel. Dengan kata lain: gak mungkin Obama sampe nangis sedih perihatas nasib bangsa Palestina yang digempur hancur bubur oleh aggressorpenyebar terror nan kesohor, kebiadaban Israel. Namun kepastian mimpiBung Habe kita lihat besok. Who's know the dream will comes true, Bung.Tabik;RnB

Read More......
| 0 komentar ]

Tanggapan “Obama Menangis”
Item"
Add sender to Contacts
To:
jurnalisme@yahoogroups.com

Saya justru menanggapi positif mimpinya mas Habe Arifin. Saya juga suka cara
penulisannya. Terus terang, awalnya saya terkecoh dengan tulisan "mimpi"
Obama Menangis itu. Ini menunjukkan mas Habe Arifin penulis yg dahsyat!

Makanya saya berikan komentar yang membangunkan mas Habe lewat judul
tulisannya : "Habe Menangis, Obama Tertawa" ---meskipun judul ini tidak lagi
akurat karena Obama sama sekali tidak tertawa saat berpidato di depan 2 juta
rakyat Amerika dan miliaran penonton teve lainnya.

Saya tidak trlalu terkesan dengan pidato Obama. Tapi saya menghargai isi
pidatonya yang mengkritik ke semua jurusan. Dia kritik bangsa Amerika yang
rakus dan konsumeris yang membawa Amerika+dunia ke jurang krisis ekonomi,
dia kritik pendekatan kekerasan dan perang presiden sebelumnya, dia kritik
kecenderungan penggunaan simbol2 agama di berbagai negara untuk tujuan
politik. Sebalikya Obama mengajak semua orang --tak peduli agama, ras, dan
bangsanya- terlibat dalam perubahan yang akan dia bikin.

Anda percaya pidato Obama?

Saya sih fifty2. Separuh karena saya menaruh harapan bagi perubahan dunai
yang lebih baik, separuh lagi karena sikap realistis. Kita tahu, selain jadi
presiden negara adidaya, Obama juga seorang politisi, seorang ayah dari
keluarganya, seorang wakil warga Afro-Amerika, seorang kristen Amerika,
seseorang yang pada pundaknya sudah dibebani begitu banyak masalah --bahkan
sejak hari pertama dia berkantor di Gedung Putih.

Jikapun Obama Menangis, saya kira bukan karena penderitaan bangsa Palestina.
Realistis sajalah.

Kalau saya jadi Obama, mikirin masalah dalam negeri sendiri sudah bikin
mewek2 bombay. Lalu mikirin negara asal ayahnya, Kenya, dimana 37 juta
penduduk hidup dalam kemiskinan, kelaparan, sanitasi buruk, kurang gizi,
penyakit dan ancaman perang saudara. Kenya dimana1,5 juta warganya yang
miskin hidup dalam ancaman HIV yang akut, dimana ratusan ribu warganya
tinggal di kamp2 pengungsi yang sangat buruk. Ini baru bicara satu negara.
Bandingan dengan korban sipil di Gaza yang, maaf, cuma 2000 orang. Itupun
karena perang.

Saya tidak meremehkan korban manusia di Gaza, semua tragedi kemanusiaan
selalu membuat kita sedih. Melainkan membandingkan dengan negeri lain yang
sama bahkan lebih menderita dari rakyat Palestina --yang memang sedang
perang. Di Kenya, negara asal bapaknya Obama, angka 2000 mungkin angka
kematian sehari-hari akibat kelaparan, kemiskinan, penyakit, konflik
perbatasan (Somalia, Ethiopia) --- dalam konteks ini, wajar jika Obama tidak
atau belum menangis untuk Palestina. Ini baru bicara sat negara yan terkait
dengan eksistensi Obama. Belum negara2 lain yang punya kaitan2 dan alasan
berbeda untuk minta perhatian dan enerji Obama.

Jadi, saya hargai mimpi bung Habe dan mendorong teruslah bermimpi. Maaf jika
saya "membangunkan tidur" dengan memaparkan kenyataan hidup yang --bisa
jadi-- jauh dari mimpi anda tentang Obama.

Saya alhamdulillah baik2 saja, bung AH. Antum?

Al Item

2009/1/21 Ahmad Husein

> Saya kira tak ada yang salah dengan mimpinya Mas Habe itu. Dan tak ada
> yang salah juga bila jadi pemimpi. Mas Habe, menurut saya, melakukannya
> dengan cara produktif kok, menuliskannya mimpinya dengan menarik. Meski
> dalam kasus ini, saya juga tak percaya Obama bakal menangis karena hal
> yang Mas Habe sampaikan. Tetapi, siapa tahu, kelak Obama menangis karena
> hal lain.
>
> Kalau soal bermimpi saja kita sudah 'dikekang', sedih amat yak..??
>
> AH
> -Mas Item, apa kabar?-
>
> >
> > Re: OOT: Obama Menangis
> > <
> >
> > Posted by: "Habe Arifin" habearifin@yahoo. com
> >
> ?Subject=%20Re% 3A%20OOT% 3A%20Obama% 20Menangis>
> > habearifin
> >
> >
> > Tue Jan 20, 2009 6:56 am (PST)
>
> >
> >
> > Terkadang dunia ini dibangun dari sebuah impian. Peraih Nobel M
> > Yunus pun bermimpi bagaimana mengentaskan orang-orang miskin di
> > negaranya. Andrea Herata memimpikan masa depan anak-anak desa yang
> > miskin. Habe sudah berkali-kali menangis melihat anak-anak
> > dibantai Israel. Habe memimpikan Obama ikut menangis dan membuat
> > perubahan revolusioner dengan menegakkan bendera perdamaian dunia.
> >
> > habe
> >
> > --- On Tue, 1/20/09, Item
> > >> wrote:
> >
> > From: Item > itemic%40gmail. com >>
> > Subject: Re: [jurnalisme] OOT: Obama Menangis
> > To: jurnalisme@yahoogro ups.com > jurnalisme%40yahoog roups.com >
>
> > Date: Tuesday, January 20, 2009, 6:26 PM
> >
> > judule kleru.
> >
> > harusnya : habe menangis, obama tertawa. hahaha...
> > atau obama presiden baru amerika, habe cuma pemimpi. hihihi...
> >
> > al item
> > ga percaya mimpi, tapi percaya setiap orang bisa berkontribusi dalam
> > perdamaian dunia
> >
> > 2009/1/18 Habe Arifin
> >
> > > Obama Menangis
> > > from: www.fiksinews. blogspot. com
> > >
> > > Lima juta warga negara New York berdiri melambaikan tangan,
> > dengan suara
> > > gemuruh pekik "O b a m a". Rakyat Amerika, di seluruh jalan, di
> > trotoar, di
> > > rumah-rumah bertingkat, di hotel, apartemen, di lobi-lobi pick
> > up, semua
> > > ingin menyaksikan inagurasi Obama. "People United State," Obama
> > mengawali
> > > penampilannya. Isteri dan anak-anaknya berada tak jauh dari
> > panggung utama.
> > > Obama mengenakan pakaian kebesaran Palestina. Lengkap dengan
> > kafiyeh.
> > >
> > > Obama melambaikan tangan dan gegap gempita suara rakyat Amerika
> > > menyambutnya. Gerbong kereta Abraham Lincoln membunyikan belnya dan
> > > berderup-derup ikut menyemangati teriakan rakyat Amerika.
> > "Amerika dalam
> > > perubahan bersama saya: Obama." Teriakan kembali bergaung.
> > "Hentikan semua
> > > permusuhan, hentikan semua peperangan, hentikan perangi kemanusiaan,
> > > hentikan semua diskriminasi ras, agama, suku, dan bangsa. Kita
> > semua manusia
> > > yang diciptakan sama oleh Tuhan. Manusia yang dilahirkan untuk
> > bersama-sama
> > > memanusiakan peradaban. Hentikan perang di Palestina. Tarik
> > semua tentara
> > > Israel. Beri dukungan dan bantuan kemanusiaan warga Palestina."
> > Obama
> > > menitikkan air mata. Ia tak kuasa berkata-kata.
> > >
> > > Isteri Obama mendekatinya dan memeluknya dengan hangat. "Dalam
> > kesempatan
> > > ini saya khusus memakai baju ala Palestina. Saya ikut berduka.
> > Ribuan
> > > anak-anak dan wanita berdarah oleh rudal-rudal Israel. Ini
> > mengingatkan saya
> > > perang ras, antara yang hitam dan yang putih di bumi Amerika.
> > Kakek buyut
> > > saya tewas oleh serangan kulit putih. Hitam atau putih adalah
> > sama. Mereka
> > > diciptakan oleh Tuhan menjadi manusia untuk memuliakan
> > peradaban," Obama
> > > bersemangat. Ia mengepalkan tangannya dan mengangkatnya ke atas.
> > "Hentikan
> > > perangi kemanusiaan. Hentikan sekarang atau Amerika akan mengerahkan
> > > tentaranya untuk menjadi pelopor perdamaian dunia," Obama
> > berapi-api.
> > > Teriakan rakyat Amerika seolah meruntuhkan Gedung WTC 11
> > September 2001
> > > lalu.
> > >
> > > Jutaan pasang mata di seluruh dunia menyaksikan pidato Obama. Tak
> > > ketinggalan pasukan Israel di Jalur Gaza, juga gerilyawan Hamas,
> > gerilyawan
> > > Hezbullah, perdana menteri Israel dan kabinetnya. Saluran
> > televisi tak
> > > menyisakan ruang iklan sedetik pun untuk memberikan kesempatan
> > bagi milyaran
> > > warga dunia menyimak pidato pertama presiden AS berkulit gelap.
> > "Saksikan
> > > bahwa saya Obama akan memelopori perdamaian abadi di dunia ini.
> > Kami perlu
> > > kalian dan kalian perlu kami. Kita semua bersaudara. Tangan
> > kanan kita
> > > sakit, tangan kiri merasakan ngilunya. Gigi kanan kita sakit,
> > sekujur tubuh
> > > kita merasakan demamnya. Mari upayakan perdamaian di penjuru
> > dunia tanpa
> > > diskriminasi ras, suku, agama, dan bangsa," Obama kembali
> > berapi-api sambil
> > > mengepalkan tinjunya ke udara.
> > >
> > > Belum selesai pidato Obama, kaki Sompral berasa amat dingin. Ia
> > mengigil.
> > > "tolong...tolong. .Obama, Obama, Obama," Sompral tergeragap
> > bangun dari
> > > tidurnya. Air Ciliwung naik ke dipan. Ia mengucek matanya,"Di
> > mana Obama."
> > > Sompral segera membangunkan emaknya dan mengevakuasinya ke tanah
> > kuburan. (
> > > si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

In Antahberanta
Sabotase Gaya Koboi

Ia mengendap ketika hari mulai gelap: dan sebuah percikan diciptakan. Ia segera memacu kudanya menuju pemukiman. Ia menyelinap dan hilang ditelan keramaian. Ledakan berkali-kali terdengar. Kobaran api menjilat-jilat dan cendawan bergelombang-gelombang pekat-hitam. “Pelaku berada di lokasi, melihat kedahsyatan aksinya, melihat korban-korbannya,” seorang polisi spesialis pengejaran terorisme berkata dengan hidung tersumbat. “Ancaman mereka kini terealisasi. Kami telah kecolongan.”

Akhir tahun lalu, ketika terpidana terorisme menjelang ajal, tangki premium itu diancam. Para pengirim teror itu mengaku masih sehaluan dengan sang teroris. Ancamannya terbukti. “Ini balasan atas eksekusi teman kami,” sebuah situs tak resmi mengumumkan dirinya sebagai pelaku sabotase. “

Lima juta premium ludes. Untungnya lima puluh juta BBM lainnya tak ikut mengasap. Mereka berdampingan. Panasnya kobaran lima juta premium tak melelehkan tangki lainnya, meski jaraknya hanya belasan meter. “Itu hanya persekot, sebelum aksi-aksi lain dilakukan,” bisik situs yang berisi pesan berbahasa arab gundul itu.

Konferensi pers segera digelar. Kepolisian Republik Indokita mengumumkan peledakan Depo BBM akibat aksi terorisme. “Teroris berhasil membuat kita terus waspada,” demikian Kapolri menaruh bibirnya di corong radio dan televisi. “Kami akan terus mengejarnya,” Kapolri melengkapi pemberitaan media hari ini.

Presiden memanggil Kapolri. Setelah mengaku tidak happy atas kinerja intitusi permiyakan itu, Presiden minta pelaku segera ditangkap. Kapolri pulang dengan muka cemberut. Ia menyiapkan scenario penangkapan. Sepekan kemudian, seorang tukang batu di kawasan Pandeglang dibekuk. “Ia ikut serta membawa bahan peledak,” tutur pemburu teroris dengan dada terdongkrak. Hari-hari berikutnya, media local-nasional, diisi penangkapan sejumlah teroris.

Minggu kedua, Presiden muncul lagi ke panggung politik. Ia menancapkan bibirnya ke mikrofon dengan gaya koboi. “Kami bangga atas prestasi kepolisian yang dengan capat dan tanggap menangkap para pelaku,” Presiden memuji Kapolri tiga kali dalam sehari, seperti ia minum obat amnesia.

Pernyataan presiden ini membuat semua pihak merasa lega. Tapi tidak bagi pelaku jihad yang dicap teroris. “Kami bukan pelakunya. Kami hanya menyerang objek-objek asing, zionis. Kami tak mau menyengsarakan saudara kami sendiri. Ini pemutarbalikan fakta. Ledakan itu di luar ideologi dan nalar kami,” Osama M. Top mengirimkan rekaman pernyataannya ke stasiun televise Al Banjeera.



Polisi mencari cara mudah melepas tanggung jawabnya. Ia tak mau repot mencari penyebab setiap malapetaka. Mereka selalu menuding teroris sebagai biang kerok semua persoalan bangsa dan kebobrokan pemerintahan. Sejumlah orang ditangkap dan diberi stempel teroris. “Padahal, mereka cuma tukang batu, tukang tambal ban, dan onderdil. Mereka bukan teroris. Baca syahadat saja mungkin tak fasih, bagaimana mereka mengerti jihad,” Osama M. Top menutup pesannya.

Aparat kebakaran jenggot. Kepolisian menangkap lagi guru ngaji. “Ia dalangnya,” aparat kembali mengulang sukses. Sang dalang pun ditampilkan di televise, lengkap dengan surban, kopiah, dan lafal-lafal fasih Al Qur’an. Sadar atau tidak, aparat telah menempatkan Al Quran sebagai biang kerok kekerasan, karena semua pelaku mengaku mendapat perintah seperti tercantum dalam kitab suci.

Sebulan kemudian, di sebuah hotel bintang lima, bertemulah tiga kandidat direksi perseroan plat merah. “Seenaknya saja menteri bicara: tak ada pergantian dirut. Kalau tak meledak, mana mungkin kita bisa naik posisi,” seorang dari mereka buka kartu, ditingkahi tawa dua rekannya. ( si regar)

Read More......
| 1 komentar ]

Inagurasi, Obama Menangis

Lima juta warga negara Washingotn berdiri melambaikan tangan, dengan suara gemuruh pekik "O b a m a". Rakyat Amerika, di seluruh jalan, di trotoar, di rumah-rumah bertingkat, di hotel, apartemen, di lobi-lobi pick up, semua ingin menyaksikan inagurasi Obama. "People United State," Obama mengawali penampilannya. Isteri dan anak-anaknya berada tak jauh dari panggung utama. Obama mengenakan pakaian kebesaran Palestina. Lengkap dengan kafiyeh.

Obama melambaikan tangan dan gegap gempita suara rakyat Amerika menyambutnya. Gerbong kereta Abraham Lincoln membunyikan belnya dan berderup-derup ikut menyemangati teriakan rakyat Amerika. "Amerika dalam perubahan bersama saya: Obama." Teriakan kembali bergaung. "Hentikan semua permusuhan, hentikan semua peperangan, hentikan perangi kemanusiaan, hentikan semua diskriminasi ras, agama, suku, dan bangsa. Kita semua manusia yang diciptakan sama oleh Tuhan. Manusia yang dilahirkan untuk bersama-sama memanusiakan peradaban. Hentikan perang di Palestina. Tarik semua tentara Israel. Beri dukungan dan bantuan kemanusiaan warga Palestina." Obama menitikkan air mata. Ia tak kuasa berkata-kata.

Isteri Obama mendekatinya dan memeluknya dengan hangat. "Dalam kesempatan ini saya khusus memakai baju ala Palestina. Saya ikut berduka. Ribuan anak-anak dan wanita berdarah oleh rudal-rudal Israel. Ini mengingatkan saya perang ras, antara yang hitam dan yang putih di bumi Amerika. Kakek buyut saya tewas oleh serangan kulit putih. Hitam atau putih adalah sama. Mereka diciptakan oleh Tuhan menjadi manusia untuk memuliakan peradaban," Obama bersemangat. Ia mengepalkan tangannya dan mengangkatnya ke atas. "Hentikan perangi kemanusiaan. Hentikan sekarang atau Amerika akan mengerahkan tentaranya untuk menjadi pelopor perdamaian dunia," Obama berapi-api. Teriakan rakyat Amerika seolah meruntuhkan Gedung WTC 11 September 2001 lalu.

Jutaan pasang mata di seluruh dunia menyaksikan pidato Obama. Tak ketinggalan pasukan Israel di Jalur Gaza, juga gerilyawan Hamas, gerilyawan Hezbullah, perdana menteri Israel dan kabinetnya. Saluran televisi tak menyisakan ruang iklan sedetik pun untuk memberikan kesempatan bagi milyaran warga dunia menyimak pidato pertama presiden AS berkulit gelap. "Saksikan bahwa saya Obama akan memelopori perdamaian abadi di dunia ini. Kami perlu kalian dan kalian perlu kami. Kita semua bersaudara. Tangan kanan kita sakit, tangan kiri merasakan ngilunya. Gigi kanan kita sakit, sekujur tubuh kita merasakan demamnya. Mari upayakan perdamaian di penjuru dunia tanpa diskriminasi ras, suku, agama, dan bangsa," Obama kembali berapi-api sambil mengepalkan tinjunya ke udara.

Belum selesai pidato Obama, kaki Sompral berasa amat dingin. Ia mengigil. "tolong...tolong..Obama, Obama, Obama," Sompral tergeragap bangun dari tidurnya. Air Ciliwung naik ke dipan. Ia mengucek matanya,"Di mana Obama." Sompral segera membangunkan emaknya dan mengevakuasinya ke tanah kuburan. ( si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

Israel-Palestina

Ia datang ketika subuh belum sempurna
sejengkal tanah dan kepingan darah
aku bertanya," apa maksudnya, Tuan?'

Ia datang ketika aku bertikai dengan saudaraku
sebuah negeri gagah berdiri
aku tak lagi bertanya," apa maksudnya, Tuan?"

Ia kini datang lagi
dengan tertawa dan kembang api
aku sedih tapi tak pernah bisa menangis
aku tersobek: diam

ia datang dengan meriam
ia datang dengan artileri
ia datang dengan rudal
ia datang dengan keserakahan
ia datang dengan sesumbar
"wahai dunia, aku Israel. aku tak pernah takut padamu. walau seujung kuku."

ia datang dan aku tak pernah bisa pergi
aku akan tetap di sini
menjadi syahid untuk negeriku: palestina


habe arifin
jakarta, 17 januari 2009

Read More......
| 0 komentar ]

Banjir Datang, Rubiah Histeris di Kuburan

Rubiah, ibu muda, itu tak bisa membopong bayinya yang baru tiga hari melek. Vaginanya juga masih sakit luar biasa. Tetapi, ia mesti mengungsi. Jakarta banjir. Hujan tumpah seperti atap roboh. Perempuan isteri kuli panggul di pasar Cipinang itu hanya bisa menangis. Tetangganya sudah tak ada. Mereka mengungsi sejak sebelum subuh. Pengungsian satu-satunya yang paling aman di tanah kuburan. Letaknya lebih tinggi dari perkampungan warga, juga tanah di bantaran kali. "Tolong, tolong!!" suaranya nyaris tak terdengar. Tapi ia tetap berusaha berteriak.

Ia harus melawan derasnya air bah. Rumah kontrakan yang mirip kandang ayam itu sudah tak mampu bertahan: nyaris roboh. Rubiah mendekap bayinya erat-erat. Ia pun kembali berteriak. Tetapi subuh berdentam dai Rubiah bangun dari tidurnya. "Di mana anakku," katanya. Bayinya hilang, entah ke mana. Rubiah histeris di tegah gaduhnya pengungsian di tanah kuburan. (si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

BBM Turun, Harga Diri Naik

Pokrol menderukan pick upnya di jalan tol Bogor. Ia tergesa karena ikan yang dibawanya mulai kehabisan es. Belum juga lima belas menit menggeber gas, ia ditiup peluit polisi. "Diancuk," Pokrol mengumpat sambil meminggirkan mobilnya. "Selamat malam,Pak." Di hadapan Pokrol seorang polisi berperut buncit. Kumisnya melintang seperti kumis jadi-jadian pelawak Komeng.

Tanpa ditanya Pokrol memberikan amplop kepada polisi. "Seperti biasa,Ndan," Pokrol mencoba kembali ke mobil. Begitu amplop diberikan, serang polisi keluar lagi dari mobil patroli. "Anda menyuap petugas ," begitu tegur rekannya. Pokrol berhenti dan berpikir seratus kali. "Mungkin kurang," katanya enteng. Ia masuk dan kembali dengan amplop lebih besar. "Adanya cuma ini Ndan," Pokrol lagi-lagi ingin segera meloncat ke mobil dan tancap gas. Rupanya dua polisi berperut buncit itu makin senut-senut. "Anda memang benar-benar ingin menyuap petugas, Pak. Hukumannya berat lho," polisi kembali berkata kasar.

Pokrol sudah tidak betah lagi. Ia merogoh sakunya dan ditariknya uang seribuan. "Cuma tinggal ini Ndan. Mask sih tega mengambil uang rokok saya," Pokrol menggerutu. Dua polisi itu pun merampas sisa seribuan yang ada di tangan Pokrol dan berlalu sambil meniupkan 'tulalit, tulalit mobil patrolinya. Begitu mobil polisi menjauh, Pokrol kembali menyerapahinya,"Diancuk!!"

Sepanjang perjalanan di tol, Pokrol mengumpati kelakuan dua polisi itu. "BBM boleh turun, tapi upeti tetap gak bisa turun," Pokrol menggerutu. Otaknya belingsatan oleh omelan isterinya setiap kali pulang ke rumah. Maklum hampir semua kebutuhan hidup tidak ada yang turun harganya. Harga diri juga naik. Buktinya banyak orang sudah haji dua kali masih haji lagi, haji lagi. Sudah menjadi anggota legislatif tiga periode masih caleg lagi, caleg lagi. Sudah pernah jadi presiden, masih capres lagi, capres lagi.

Setoran angkot tetap naik, pengusaha angkutan sperti baru saja borong angka. Buktinya tarif angkot tak bisa turun. Harga ikan di pasar juga naik, sembako naik, harga tomat dua kali lipat naiknya, cabe merah keriting melejit. Yang murah hanya bawang merah, itu pun adanya di Brebes. Kalau sudah sampai Jakarta, harga bawang sama saja, sekilo sepuluh ribu. Yag bikin uring-uringan isteri Pokrol adalah harga seikat bayam dan kangkung. Dulu tiga ikat masih diperoleh seribu rupiah. Kini meski harga BBM turun seratus kali, harga seikat bayam seribu lima ratus. "Wedus, wedus..." Pokrol kembali mengumpat, inilah rapalan sopir cabutan macam Pokrol yang sehari-hari terkena dampak langsung kebijakan naik-turunnya harga BBM dan bersih-tidaknya ketiak polisi. Seharusnya ketika harga BBM turun ia bisa menghemat harga solar. Harapanya sia-sia karena polisi selalu minta jatah 'preman' setiap kali ia lewat tol. "Harga diri preman berseragam juga naik. Sekali stop, dua amplop lewat, wedus, wedusss." (si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

Semoga Irsael Terus Mengebom

Gepeng, pemuda simpatisan sebuah partai agamis itu, serta-merta membawa anak isterinya, termasuk anak bungsunya yang baru dua bulan, menuju jalan protocol. Dengan motor bututnya, ia membawa serta tas besar berisi berbagai atribut partai, mulai stiker, bendera, kaos, topi, hingga jam tangan. “Semoga Irsael belum berhenti mengebom, biar semakin banyak demo dan semua atribut ini laku keras,” Gepeng berdoa dengan dada terisak.

Pemuda pengangguran itu baru saja berani berdagang. Setelah di-PHK di tempatnya bekerja tiga bulan silam nyaris seluruh kebutuhan hidupnya ditanggung mertua. Ia sudah mencoba melamar ke pabrik-pabrik, tetapi jawaban yang diterimanya sama: tidak ada lowongan. Utangnya kepada rentenir harus segera dibayar. Jika tidak bunganya bisa melebihi pokok utang. Kelahiran anak ketiganya yang membuat Gepeng harus pontang-panting. Saat isterinya sudah pembukaan sepuluh, dokter memintan dibedah caesar. Gepeng tak berkutik. Orang bodoh macam dia tak berani berkata saat detik menegangkan seperti itu. Yang penting bayi selamat, isterinya selamat. Utang dipikir belakangan.

Hari ini merupakan hari ketiga ia mulai berdagang. Sebulan lalu ia juga sudah dimodali untuk berjualan rokok. Tapi hasilnya malah tekor. Pernah juga ikut membantu jualan soto, tetapi selalu saja ada piring pecah dan ia sungkan meneruskan. Dua pecan lalu ia mencoba peruntungan dengan ikut judi togel, tetapi hasilnya ia malah sering tidur di kuburan dan tak pernah dapat uang. Satu-satunya yang bisa diharapkan adalah berdagang atribut partai. Dua kali ia ikut demo mengutuk Irsael, saat itulah berkah datang. dagangannya ludes. Ia mulai bisa menyicil utang.

Motornya menerabas subuh agar bisa sampai Monumen tepat waktu. Ia menggelar dagangan di belakang teriakan ribuan massa yang mengutuk kebringasan Irsael. “Semoga Irsael tak berhenti mengebom,” Gepeng kembali berdoa sambil menata dagangannya. Anak-isterinya berada di sampingnya sambil berpakaian ala demonstran. Beberapa stasiun televise sempat menyorotkan kameranya ke arah isteri dan anaknya. “Hidup Paletisna.”

Matahari beranjak siang dan demonstran semakin menggurita. Satu tas dagangan yang baru saja digelarnya benar-benar tanpa sisa. Gepeng mengantongi ratusan ribu keuntungan. Ia mengecup tumpukan uang itu sambil mengajak anak-isterinya pergi. “Kita pulang Bu,” Gepeng men-starter motornya dan wusss….asap mengepul. Sebelum sampai rumah, Gepeng membeli bakso dan beberapa kue. Ia juga menyepatkan diri membeli sate ayam. Makanan yang pernah diminta isterinya saat hamil dan belum pernah kesampaian.

Rumah petak tiga ratus ribuan sebulan dibuka. Isteri dan anak-anak Gepeng bergegas membuka bungkusan. Mereka makan dengan lahap. “wuahh..pedes banget pak sateen,” isterinya minta ditemani. Tetapi, Gepeng pamitan ke mushola. “Aku sholat lohor dulu Bu.” Ia pergi ke Mushola.

Usai sholat, ia menangis. Badannya gemetar hebat. Keringatnya meleleh. Bajunya basah. Sajadahnya basah. Tiga orang di mushola yang melihatnya tak dihiraukan. Ia menangis sejadi-jadinya sambil sujud, terus sujud. Bibirnya merapal istighfar. “Ya, Allah, mengapa doaku Engkau kabulkan. Aku tak ingin anak-anak itu mati oleh bom tentara zionis. Aku juga manusia, yang juga tak mau anak-anakku mati. Ya Allah, mengapa doaku Engkau kabulkan. Aku begitu zolim, mencari keuntungan dari penderitaan mereka.” Tangisnya begitu pilu. Gepeng tertidur hingga suara azan membangunkannya.

Esoknya, berita tablig akbar di sebuah masjid diterimanya. Ia siap-siap membawa dagangannya ke masjid. Sebelum menjejak pintu, Gepeng kembali bermunajat. “Ya Allah, jika Engkau tak mengabulkan doaku, dagangan ini akan berhenti di sini dan aku akan kembali menganggur. Tetapi, Ya Allah, jika Engkau mengabulkan doaku, sungguh aku tak sanggup menyaksikan menerima keuntungan dari gelimang darah anak-anak Paletsina itu. Aku tak sanggup menjadi mereka yang menanggung untung dari tragedy demi tragedy ini. Bismillah,” Gepeng menstarter motor butunya menuju masjid tempat tablig akbar mengutuk serangan Irsael digelar. (si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

Semua Kok Milik Partai

Sompral tiba-tiba membanting gitarnya di warung Yu Tem. Dua rekannya, Jongki dan Benggol hanya bisa geleng-geleng kepala. “Kalau gitar itu rusak, kita nggak bisa ngamen lagi Pral,” si kurus jongki mengingatkan. Ia coba meraih gitar yang senarnya sudah putus tiga itu. Tapi karena uring-uringan, Sompral menggamit gitar yang dibelinya dari hasil jerih payah setahun ngamen itu.

Sompral duduk gerah. “Gue nggak demen Jong,” setan yang menggumpal di dadanya mulai pergi. Suaranya mulai lumer. Kopi panas yang sudah disodorkan Yu Tem langsung ditenggaknya. “Masih panas Som Praaal,’ Yu Tem mengingatkan, tetapi bibir Sompral telanjur ngokop. “Broottt..” Semua isi mulut ditumpahkan. Sial bagi Benggol yang berada di sampingnya. Mukanya penuh hitam penuh kopi panas. Benggol bengak-bengok mencari kobokan di belakang warung. “Matamu, Pral.” Benggol mengumpat setelah ia membasuhi mukanya. “Sory, Beng, nggak sengaja,” Sompral cengar-cengir seperti tak punya dosa.

Seperti biasa, Sompral mulai ngomong politik. Itu keahliannya sejak brojolan SMU ini membentuk grup pengamen di Ibu Kota. Sompral memang paling sering baca koran dan tak pernah melewatkan Liputan 6. Beda dengan Jongki yang sering mengabiskan uang ngamen untuk merokok dan Benggol yang doyan makan-ngutang di warung.

Jongki menepuk pundak Sompral. “Jadi, apa masalahmu Pral.” Sompral coba menghabiskan bakwan yang memenuhi mulutnya. “Gue mau nanya ke loe, Jong. Monas siapa yang bikin,” kata Sompral. “Ya negaralah, wong pakai duit Negara,” Jongki sekedarnya sambil terus menghabiskan sigaretnya. “Gedung Kura-kura Senayan?” “Negara.” “Gelora?” “Negara.” “Rumah loe.” “Ya bokap gue lah.” “Kalau gedung-gedung tinggi itu?” “Ya milik pengusaha kaya-kaya itu, tapi atas bantuan negara juga kali ya. Kan kreditnya dari bank milik negara. Negara bahkan utang ke bank dunia untuk membiayainya.”

Sompral berdiri dan memanggil Yu Tem, perempuan paruh baya asal Lamongan yang sudah dua puluh tahun mengadu nasib di ibu kota itu. “Yu, gudang garah filter satu bungkus,” Sompral langsung menyodorkan sebungkus rokok kesayangan Jongki itu persis di depan mulutnya. “Gue senang punya temen kayak, Loe. Kurus tapi cerdas,” Sompral memuji. Benggol berjinjit sambil menyodokan piring keduanya ke Yu Tem. “Yu, tambah sepiring lagi ya, mumpung Sompral lagi baikan,” Benggol membuka bibirnya ke arah Sompral,”boleh dong nambah Pral.” Sompral cuma bisa melotot. Uang ngamen hari ini kering kerontang. Penumpang bus mungkin sudah terkena dampak krisis global yang disebarkan Amerika ke seluruh dunia.

Jongki lantas membuka rokoknya dengan cekatan. “Lalu?” Sompral kembali menepuk pundak Jongki. “Kalau rumah loe ditayangkan televisi dan dipakai kampanye untuk calon presiden tanpa ijin, loe marah nggak?” “Ya marahlah. Jelek-jelek begitu, rumah itu dibangun sendiri sama bokap. Nggak pakai utang, kredit, apalagi hibah.” “Nah, kalau Monas, Gelora, gedung-gedung tinggi, sawah, gunung, sungai, sampai rumah-rumah kumuh, itu juga tayang di televisi dan diklaim milik partai, loe sebagai rakyat marah nggak?” “Gue harusnya marah nggak??? Jongki melongo melototi Sompral yang tiba-tiba giginya runcing dan kepalanya bertanduk. Sompral sontak membanting gitarnya kembali dan ngeluyur meninggalkan warung. Yu Tem berteriak-teriak memanggilnya karena belum dibayar. Jongki kabur. Benggol langsung memuntahkan isi mulutnya yang masih dipenuhi soto.

Jongki mengumpati Sompral dalam hati. “Partai, penguasa, negara, rakyat. Partai berkuasa, menguasai negara, menguasai rakyat tapi apa bisa memiliki negara, memiliki rakyat. Ah embuh!!”( si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

Rudi Bebas, Dua Kopor, Dua Letusan

Meja bercelana hijau itu berdentum ketika palu pengadil digetok dengan gusar. "Dengan ini kami menyatakan terdakwa dibebaskan dari segala tuduhan," tegas Jomprot, ketua pengadil, di Pengadilan Purapura Jakasemprul Pusat, kemarin. Jomprot bergegas turun dan menyalami terdakwa sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Rudi, terdakwa dugaan pembunuhan pegiat sapu kerik. "Aku tunggu besok di kebun teh. Uang belum lunas, jangan pakai L; lupa," Jomprot bergegas memasuki ruangannya dengan gemetar. Rudi mendongak dan gemuruh,"hukum cap tai."

Ribuan demonstran menunggu kepulangan Rudi. "Pembunuh, pembunuh, pembunuh.." Pengeras suara demonstran menusuk-nusuk seisi ruangan hingga mbelesat merasuki sidang kabinet terbatas yang membahas strategi penggunaan APBN untuk iklan televisi, yang berisi materi keberhasilan kinerja pemerintahan.

Rudi dikawal pasukan pengawal telek lentung (Pawalteltung). Dua barisan preman bersenjata laras panjang lengkap menerobos kepungan demonstran. Rudi menuju mobil lapas baja, lapis emas, dan ia duduk di jok belakang dengan terengah. Rentetan tembakan ke udara dilepaskan untuk menakut-nakuti demonstran. Ratusan pendemo tiarap dan mobil Rudi melesat seperti kentutnya yang dahsyat. "Lurus ke arah Markas Ciparu," Rudi setengah membentak. "Siap Ndan," Kruwil, sopirnya, tak membantah. Rombongan Pawalteltung berebut memasukkan gigi empat. Beberapa tembakan masih dilepaskan. Demonstran cuma mengutukui dengan serapah. "Pem bu nuh!!!"

Pagi sebelum hujan datang, Jomprot berdiri di Vila Kebun Teh. Di sinilah tempat transaksi seluruh para pengadil dilakukan. Rapat-rapat rencana pembunuhan dan penghilangan musuh politik dipetakan di sini. Letaknya di tengah kebun teh. Kebun ini berada di dua jurang terganas di Kota Bongol. Dua bukit seperti payudara perawan membelalak di depan vila. Adem, asri, segar,tapi berbau anyir. Rudi datang dengan kemaluan bengkak. "Jomprot," begitu panggilnya. Ia dipapah dengan kursi roda.

Dua kopor berisi dolar dibuka di atas dudukan kayu datar. "Kurang Prot," cukup Pak. "Dua temanmu sudah aku kasih. Sekarang kau boleh pergi," Rudi memegangi kemaluannya yang senut-senut. "Perempuan brengsek!!" ia mengumpat sendiri. Jomprot mendengar umpatan itu dan menoleh,"Iya Pak." Rudi makin meriang mendengar suara Jomprot. "Isterimu kurang ajar. Kemaluanku ditendang. Dasar perempuan lacur," Rudi minta segera dibaringkan di kamar.

Jomprot seperti baru saja makan cabe dua ton. Di ubun-ubunnya penuh belatung yang siap dimuntahkan. "Apaaaaa...!!!" Jomprot membanting dua kopor dan dua letusan menyalak "doorr!!" darah mengaliri lantai seperti whisky tumpah. Ia tak bersuara. Hanya hening dan gemeletak angin. ( si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

Presiden Indokita Sakit Keras

Badannya menggigil. Padahal selimut tebal sudah didekapnya. Seluruh keluarga dan cucu berjajar melingkari dipan. Paspampres berdiri rapat di depan pintu. "Apa yang Bapak rasakan," sang menantu bersuara pelan. Sang Presiden mengedipkan matanya. Ia tak bisa bicara. Berkali-kali tampak lehernya menelan ludah.

Abrus, anaknya, berbisik ke Ibunya sambil menangis. "Apakah Bapak sedang sakaratul maut, Bu." Sang ibu membentaknya pelan. "Husss..ojo ngomong ngono le," si ibu mendekap ketiak presiden. Termometer ditempatkan di sana. Suhunya melebihi suhu normal. Ia panik. Tapi presiden meminta dokter tidak dihubungi.

Air mata seolah telah mengering. Entah mengapa sehari setelah pulang dari Bursa Emas, presiden mendadak sakit. "Aku tak tahan Bu," presiden merengek. Isterinya segera mendekapnya dengan hangat. Semua keluarga tegang. "Nyawaku seolah di tenggorokan," presiden kembali berujar halus. Tangisan mulai menyeruak. Dokter segera dipanggil. "Kondisinya tidak berubah. Kami tidak tahu penyakitnya. Semua indikator kesehatannya normal. Hanya demam tinggi. Obatpenurun panas pun tak bisa bekerja fungsional," dokter berkata kepada Abrus.

Tiba-tiba presiden meminta Direktur Lengo Gas didatangkan. Pria kurus hitam itu pun duduk di sampingnya dengan sopan. "Maafkan aku Jo, Bejo," presiden merangkulkan tangan kanannya ke pundak. Bejo menangkap tangan dingin itu dan diciumnya. "Bapak tidak salah. Saya yang salah Pak. Saya sudah mengundurkan diri pagi ini," kata Bejo dingin.

Presiden seketika memanggil dokter. Bibirnya didekatkan ke telinga dokter. "Suruh semua orang di sini pergi, termasuk si Bejo." Atas permintaan itu seketika seluruh keluarga dan Bejo diminta keluar ruangan. Begitu steril, presiden duduk dan mengambil air mineral. Seketika itu presiden muntah dan mengeluarkan banyak darah. Dua boneka berpaku menyumbat di mulutnya. Bejo berlalu keluar ruangan dengan tangan tergenggam. Besoknya presiden berdiri di depan panggung memberi ucapan selamat atas terpilihnya dirut lengo gas yang baru. (si regar)

Read More......
| 0 komentar ]

Balada Liburan Si Jupri


Jupri (40) mengucek matanya berkali-kali. Ia tak percaya atas penglihatan matanya. Setiap kali ia melihat monyet, ia seolah melihat presiden Indokita. Dikuceknya berulang-ulang hingga matanya berair. Begitu matanya melek, ia melihat presiden sedang melambaikan tangan, menggaruk-garuk kepala dan pantat, berlompatan berebut kulit kacang yang dilempar anaknya. “Bapak, bapak lucu ya monyetnya,” si bungsu, Sri (5), berloncatan gembira. Lanang (7) dan si sulung Rohimah (10) menyeringai menyaksikan tingkah money-monyet itu.

Jupri hanyalah tukang sapu di kota pemerintahan. Gaji bulanan menjadi satu-satunya penghasilan andalan. Ia jarang menerma tips, kecuali dari orang-orang yang dikenalnya bersih. Sebagai tukang sapu, Jupri mengenal betul falsafah sapu. Kalau sapu kotor, tak mungkin bisa digunakan membersihkan lantai. Sapu harus selalu bersih, meski hidupnya selalu berada di ruang gelap, di pojok gudang atau di bawah tangga. Sapu nyaris tak pernah mengenyap gemerlap.

Kepergiannya ke Monkey Zoo, satu-satunya kebun binatang milik pemerintah itu pun sebuah kemewahan baginya. Selama sepuluh tahun ini Jupri nyaris tak pernah ke mana-mana. Pelesiran mengajak anak isteri merupakan kesempatan langka. Untuk tahun ini, Jupri tak bisa menolak lagi rengekan tiga anaknya. Ia harus menyisikan uang bulanan yang tak sebera itu sejak tiga bulan sebelumnya. Ia harus naik angkutan, berpanas-panas, berdesakan agar bisa sampai ke Monkey Zoo.

Mata Jupri kini perih. Ia tak mau melihat monyet lagi. Ia begitu takut dipenjara. Setiap matanya melihat monyet, saat itu ia melihat sang presiden. “Aku tak pernah bermimpi jadi presiden, tapi mengapa mataku selalu melihat wajah bapak,” suara dalam hatinya menyeringai.

Sayup-sayup terdengar suara presiden. Ia makin ketakutan. Serentak iaa mengajak ketiga anak dan isterinya menjauh, ergi meninggalkan Monkey Zoo. Begitu ia keluar, ia langsung disergap pasukan pengamanan presiden. “apa salah say, apa salah saya pak,” Jupri mernta. Ketiga anaknya menangis. Isterinya nggandoli Jupri. “Tenang, tenang, kami hanya memeriksa saja. Ini prosedur standar pengamanan, Pak,” kata seorang petugas.

Akibat sikap Jupri, ia malah dicurigai dan dijebloskan ke ruang sempit. Ia diinterograsi. Satu jam kemudian, Jupri dipersilakan pulang. Ia kembali menegucek matanya dan bisa tersenyum. “Ya, presiden memang sedang di kebun binatang,” hatinya tiba-tiba menenangkannya. Ia menggeret anak-anaknya dan pulang dengan angkutan umum yang sesak dan panas. ( si regar)

Read More......