| 0 komentar ]

Tanggapan “Obama Menangis”
Item"
Add sender to Contacts
To:
jurnalisme@yahoogroups.com

Saya justru menanggapi positif mimpinya mas Habe Arifin. Saya juga suka cara
penulisannya. Terus terang, awalnya saya terkecoh dengan tulisan "mimpi"
Obama Menangis itu. Ini menunjukkan mas Habe Arifin penulis yg dahsyat!

Makanya saya berikan komentar yang membangunkan mas Habe lewat judul
tulisannya : "Habe Menangis, Obama Tertawa" ---meskipun judul ini tidak lagi
akurat karena Obama sama sekali tidak tertawa saat berpidato di depan 2 juta
rakyat Amerika dan miliaran penonton teve lainnya.

Saya tidak trlalu terkesan dengan pidato Obama. Tapi saya menghargai isi
pidatonya yang mengkritik ke semua jurusan. Dia kritik bangsa Amerika yang
rakus dan konsumeris yang membawa Amerika+dunia ke jurang krisis ekonomi,
dia kritik pendekatan kekerasan dan perang presiden sebelumnya, dia kritik
kecenderungan penggunaan simbol2 agama di berbagai negara untuk tujuan
politik. Sebalikya Obama mengajak semua orang --tak peduli agama, ras, dan
bangsanya- terlibat dalam perubahan yang akan dia bikin.

Anda percaya pidato Obama?

Saya sih fifty2. Separuh karena saya menaruh harapan bagi perubahan dunai
yang lebih baik, separuh lagi karena sikap realistis. Kita tahu, selain jadi
presiden negara adidaya, Obama juga seorang politisi, seorang ayah dari
keluarganya, seorang wakil warga Afro-Amerika, seorang kristen Amerika,
seseorang yang pada pundaknya sudah dibebani begitu banyak masalah --bahkan
sejak hari pertama dia berkantor di Gedung Putih.

Jikapun Obama Menangis, saya kira bukan karena penderitaan bangsa Palestina.
Realistis sajalah.

Kalau saya jadi Obama, mikirin masalah dalam negeri sendiri sudah bikin
mewek2 bombay. Lalu mikirin negara asal ayahnya, Kenya, dimana 37 juta
penduduk hidup dalam kemiskinan, kelaparan, sanitasi buruk, kurang gizi,
penyakit dan ancaman perang saudara. Kenya dimana1,5 juta warganya yang
miskin hidup dalam ancaman HIV yang akut, dimana ratusan ribu warganya
tinggal di kamp2 pengungsi yang sangat buruk. Ini baru bicara satu negara.
Bandingan dengan korban sipil di Gaza yang, maaf, cuma 2000 orang. Itupun
karena perang.

Saya tidak meremehkan korban manusia di Gaza, semua tragedi kemanusiaan
selalu membuat kita sedih. Melainkan membandingkan dengan negeri lain yang
sama bahkan lebih menderita dari rakyat Palestina --yang memang sedang
perang. Di Kenya, negara asal bapaknya Obama, angka 2000 mungkin angka
kematian sehari-hari akibat kelaparan, kemiskinan, penyakit, konflik
perbatasan (Somalia, Ethiopia) --- dalam konteks ini, wajar jika Obama tidak
atau belum menangis untuk Palestina. Ini baru bicara sat negara yan terkait
dengan eksistensi Obama. Belum negara2 lain yang punya kaitan2 dan alasan
berbeda untuk minta perhatian dan enerji Obama.

Jadi, saya hargai mimpi bung Habe dan mendorong teruslah bermimpi. Maaf jika
saya "membangunkan tidur" dengan memaparkan kenyataan hidup yang --bisa
jadi-- jauh dari mimpi anda tentang Obama.

Saya alhamdulillah baik2 saja, bung AH. Antum?

Al Item

2009/1/21 Ahmad Husein

> Saya kira tak ada yang salah dengan mimpinya Mas Habe itu. Dan tak ada
> yang salah juga bila jadi pemimpi. Mas Habe, menurut saya, melakukannya
> dengan cara produktif kok, menuliskannya mimpinya dengan menarik. Meski
> dalam kasus ini, saya juga tak percaya Obama bakal menangis karena hal
> yang Mas Habe sampaikan. Tetapi, siapa tahu, kelak Obama menangis karena
> hal lain.
>
> Kalau soal bermimpi saja kita sudah 'dikekang', sedih amat yak..??
>
> AH
> -Mas Item, apa kabar?-
>
> >
> > Re: OOT: Obama Menangis
> > <
> >
> > Posted by: "Habe Arifin" habearifin@yahoo. com
> >
> ?Subject=%20Re% 3A%20OOT% 3A%20Obama% 20Menangis>
> > habearifin
> >
> >
> > Tue Jan 20, 2009 6:56 am (PST)
>
> >
> >
> > Terkadang dunia ini dibangun dari sebuah impian. Peraih Nobel M
> > Yunus pun bermimpi bagaimana mengentaskan orang-orang miskin di
> > negaranya. Andrea Herata memimpikan masa depan anak-anak desa yang
> > miskin. Habe sudah berkali-kali menangis melihat anak-anak
> > dibantai Israel. Habe memimpikan Obama ikut menangis dan membuat
> > perubahan revolusioner dengan menegakkan bendera perdamaian dunia.
> >
> > habe
> >
> > --- On Tue, 1/20/09, Item
> > >> wrote:
> >
> > From: Item > itemic%40gmail. com >>
> > Subject: Re: [jurnalisme] OOT: Obama Menangis
> > To: jurnalisme@yahoogro ups.com > jurnalisme%40yahoog roups.com >
>
> > Date: Tuesday, January 20, 2009, 6:26 PM
> >
> > judule kleru.
> >
> > harusnya : habe menangis, obama tertawa. hahaha...
> > atau obama presiden baru amerika, habe cuma pemimpi. hihihi...
> >
> > al item
> > ga percaya mimpi, tapi percaya setiap orang bisa berkontribusi dalam
> > perdamaian dunia
> >
> > 2009/1/18 Habe Arifin
> >
> > > Obama Menangis
> > > from: www.fiksinews. blogspot. com
> > >
> > > Lima juta warga negara New York berdiri melambaikan tangan,
> > dengan suara
> > > gemuruh pekik "O b a m a". Rakyat Amerika, di seluruh jalan, di
> > trotoar, di
> > > rumah-rumah bertingkat, di hotel, apartemen, di lobi-lobi pick
> > up, semua
> > > ingin menyaksikan inagurasi Obama. "People United State," Obama
> > mengawali
> > > penampilannya. Isteri dan anak-anaknya berada tak jauh dari
> > panggung utama.
> > > Obama mengenakan pakaian kebesaran Palestina. Lengkap dengan
> > kafiyeh.
> > >
> > > Obama melambaikan tangan dan gegap gempita suara rakyat Amerika
> > > menyambutnya. Gerbong kereta Abraham Lincoln membunyikan belnya dan
> > > berderup-derup ikut menyemangati teriakan rakyat Amerika.
> > "Amerika dalam
> > > perubahan bersama saya: Obama." Teriakan kembali bergaung.
> > "Hentikan semua
> > > permusuhan, hentikan semua peperangan, hentikan perangi kemanusiaan,
> > > hentikan semua diskriminasi ras, agama, suku, dan bangsa. Kita
> > semua manusia
> > > yang diciptakan sama oleh Tuhan. Manusia yang dilahirkan untuk
> > bersama-sama
> > > memanusiakan peradaban. Hentikan perang di Palestina. Tarik
> > semua tentara
> > > Israel. Beri dukungan dan bantuan kemanusiaan warga Palestina."
> > Obama
> > > menitikkan air mata. Ia tak kuasa berkata-kata.
> > >
> > > Isteri Obama mendekatinya dan memeluknya dengan hangat. "Dalam
> > kesempatan
> > > ini saya khusus memakai baju ala Palestina. Saya ikut berduka.
> > Ribuan
> > > anak-anak dan wanita berdarah oleh rudal-rudal Israel. Ini
> > mengingatkan saya
> > > perang ras, antara yang hitam dan yang putih di bumi Amerika.
> > Kakek buyut
> > > saya tewas oleh serangan kulit putih. Hitam atau putih adalah
> > sama. Mereka
> > > diciptakan oleh Tuhan menjadi manusia untuk memuliakan
> > peradaban," Obama
> > > bersemangat. Ia mengepalkan tangannya dan mengangkatnya ke atas.
> > "Hentikan
> > > perangi kemanusiaan. Hentikan sekarang atau Amerika akan mengerahkan
> > > tentaranya untuk menjadi pelopor perdamaian dunia," Obama
> > berapi-api.
> > > Teriakan rakyat Amerika seolah meruntuhkan Gedung WTC 11
> > September 2001
> > > lalu.
> > >
> > > Jutaan pasang mata di seluruh dunia menyaksikan pidato Obama. Tak
> > > ketinggalan pasukan Israel di Jalur Gaza, juga gerilyawan Hamas,
> > gerilyawan
> > > Hezbullah, perdana menteri Israel dan kabinetnya. Saluran
> > televisi tak
> > > menyisakan ruang iklan sedetik pun untuk memberikan kesempatan
> > bagi milyaran
> > > warga dunia menyimak pidato pertama presiden AS berkulit gelap.
> > "Saksikan
> > > bahwa saya Obama akan memelopori perdamaian abadi di dunia ini.
> > Kami perlu
> > > kalian dan kalian perlu kami. Kita semua bersaudara. Tangan
> > kanan kita
> > > sakit, tangan kiri merasakan ngilunya. Gigi kanan kita sakit,
> > sekujur tubuh
> > > kita merasakan demamnya. Mari upayakan perdamaian di penjuru
> > dunia tanpa
> > > diskriminasi ras, suku, agama, dan bangsa," Obama kembali
> > berapi-api sambil
> > > mengepalkan tinjunya ke udara.
> > >
> > > Belum selesai pidato Obama, kaki Sompral berasa amat dingin. Ia
> > mengigil.
> > > "tolong...tolong. .Obama, Obama, Obama," Sompral tergeragap
> > bangun dari
> > > tidurnya. Air Ciliwung naik ke dipan. Ia mengucek matanya,"Di
> > mana Obama."
> > > Sompral segera membangunkan emaknya dan mengevakuasinya ke tanah
> > kuburan. (
> > > si regar)

0 komentar

Posting Komentar