| 0 komentar ]

Balada Liburan Si Jupri


Jupri (40) mengucek matanya berkali-kali. Ia tak percaya atas penglihatan matanya. Setiap kali ia melihat monyet, ia seolah melihat presiden Indokita. Dikuceknya berulang-ulang hingga matanya berair. Begitu matanya melek, ia melihat presiden sedang melambaikan tangan, menggaruk-garuk kepala dan pantat, berlompatan berebut kulit kacang yang dilempar anaknya. “Bapak, bapak lucu ya monyetnya,” si bungsu, Sri (5), berloncatan gembira. Lanang (7) dan si sulung Rohimah (10) menyeringai menyaksikan tingkah money-monyet itu.

Jupri hanyalah tukang sapu di kota pemerintahan. Gaji bulanan menjadi satu-satunya penghasilan andalan. Ia jarang menerma tips, kecuali dari orang-orang yang dikenalnya bersih. Sebagai tukang sapu, Jupri mengenal betul falsafah sapu. Kalau sapu kotor, tak mungkin bisa digunakan membersihkan lantai. Sapu harus selalu bersih, meski hidupnya selalu berada di ruang gelap, di pojok gudang atau di bawah tangga. Sapu nyaris tak pernah mengenyap gemerlap.

Kepergiannya ke Monkey Zoo, satu-satunya kebun binatang milik pemerintah itu pun sebuah kemewahan baginya. Selama sepuluh tahun ini Jupri nyaris tak pernah ke mana-mana. Pelesiran mengajak anak isteri merupakan kesempatan langka. Untuk tahun ini, Jupri tak bisa menolak lagi rengekan tiga anaknya. Ia harus menyisikan uang bulanan yang tak sebera itu sejak tiga bulan sebelumnya. Ia harus naik angkutan, berpanas-panas, berdesakan agar bisa sampai ke Monkey Zoo.

Mata Jupri kini perih. Ia tak mau melihat monyet lagi. Ia begitu takut dipenjara. Setiap matanya melihat monyet, saat itu ia melihat sang presiden. “Aku tak pernah bermimpi jadi presiden, tapi mengapa mataku selalu melihat wajah bapak,” suara dalam hatinya menyeringai.

Sayup-sayup terdengar suara presiden. Ia makin ketakutan. Serentak iaa mengajak ketiga anak dan isterinya menjauh, ergi meninggalkan Monkey Zoo. Begitu ia keluar, ia langsung disergap pasukan pengamanan presiden. “apa salah say, apa salah saya pak,” Jupri mernta. Ketiga anaknya menangis. Isterinya nggandoli Jupri. “Tenang, tenang, kami hanya memeriksa saja. Ini prosedur standar pengamanan, Pak,” kata seorang petugas.

Akibat sikap Jupri, ia malah dicurigai dan dijebloskan ke ruang sempit. Ia diinterograsi. Satu jam kemudian, Jupri dipersilakan pulang. Ia kembali menegucek matanya dan bisa tersenyum. “Ya, presiden memang sedang di kebun binatang,” hatinya tiba-tiba menenangkannya. Ia menggeret anak-anaknya dan pulang dengan angkutan umum yang sesak dan panas. ( si regar)

0 komentar

Posting Komentar