| 0 komentar ]

Presiden Indokita Sakit Keras

Badannya menggigil. Padahal selimut tebal sudah didekapnya. Seluruh keluarga dan cucu berjajar melingkari dipan. Paspampres berdiri rapat di depan pintu. "Apa yang Bapak rasakan," sang menantu bersuara pelan. Sang Presiden mengedipkan matanya. Ia tak bisa bicara. Berkali-kali tampak lehernya menelan ludah.

Abrus, anaknya, berbisik ke Ibunya sambil menangis. "Apakah Bapak sedang sakaratul maut, Bu." Sang ibu membentaknya pelan. "Husss..ojo ngomong ngono le," si ibu mendekap ketiak presiden. Termometer ditempatkan di sana. Suhunya melebihi suhu normal. Ia panik. Tapi presiden meminta dokter tidak dihubungi.

Air mata seolah telah mengering. Entah mengapa sehari setelah pulang dari Bursa Emas, presiden mendadak sakit. "Aku tak tahan Bu," presiden merengek. Isterinya segera mendekapnya dengan hangat. Semua keluarga tegang. "Nyawaku seolah di tenggorokan," presiden kembali berujar halus. Tangisan mulai menyeruak. Dokter segera dipanggil. "Kondisinya tidak berubah. Kami tidak tahu penyakitnya. Semua indikator kesehatannya normal. Hanya demam tinggi. Obatpenurun panas pun tak bisa bekerja fungsional," dokter berkata kepada Abrus.

Tiba-tiba presiden meminta Direktur Lengo Gas didatangkan. Pria kurus hitam itu pun duduk di sampingnya dengan sopan. "Maafkan aku Jo, Bejo," presiden merangkulkan tangan kanannya ke pundak. Bejo menangkap tangan dingin itu dan diciumnya. "Bapak tidak salah. Saya yang salah Pak. Saya sudah mengundurkan diri pagi ini," kata Bejo dingin.

Presiden seketika memanggil dokter. Bibirnya didekatkan ke telinga dokter. "Suruh semua orang di sini pergi, termasuk si Bejo." Atas permintaan itu seketika seluruh keluarga dan Bejo diminta keluar ruangan. Begitu steril, presiden duduk dan mengambil air mineral. Seketika itu presiden muntah dan mengeluarkan banyak darah. Dua boneka berpaku menyumbat di mulutnya. Bejo berlalu keluar ruangan dengan tangan tergenggam. Besoknya presiden berdiri di depan panggung memberi ucapan selamat atas terpilihnya dirut lengo gas yang baru. (si regar)

0 komentar

Posting Komentar