| 0 komentar ]

Rudi Bebas, Dua Kopor, Dua Letusan

Meja bercelana hijau itu berdentum ketika palu pengadil digetok dengan gusar. "Dengan ini kami menyatakan terdakwa dibebaskan dari segala tuduhan," tegas Jomprot, ketua pengadil, di Pengadilan Purapura Jakasemprul Pusat, kemarin. Jomprot bergegas turun dan menyalami terdakwa sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Rudi, terdakwa dugaan pembunuhan pegiat sapu kerik. "Aku tunggu besok di kebun teh. Uang belum lunas, jangan pakai L; lupa," Jomprot bergegas memasuki ruangannya dengan gemetar. Rudi mendongak dan gemuruh,"hukum cap tai."

Ribuan demonstran menunggu kepulangan Rudi. "Pembunuh, pembunuh, pembunuh.." Pengeras suara demonstran menusuk-nusuk seisi ruangan hingga mbelesat merasuki sidang kabinet terbatas yang membahas strategi penggunaan APBN untuk iklan televisi, yang berisi materi keberhasilan kinerja pemerintahan.

Rudi dikawal pasukan pengawal telek lentung (Pawalteltung). Dua barisan preman bersenjata laras panjang lengkap menerobos kepungan demonstran. Rudi menuju mobil lapas baja, lapis emas, dan ia duduk di jok belakang dengan terengah. Rentetan tembakan ke udara dilepaskan untuk menakut-nakuti demonstran. Ratusan pendemo tiarap dan mobil Rudi melesat seperti kentutnya yang dahsyat. "Lurus ke arah Markas Ciparu," Rudi setengah membentak. "Siap Ndan," Kruwil, sopirnya, tak membantah. Rombongan Pawalteltung berebut memasukkan gigi empat. Beberapa tembakan masih dilepaskan. Demonstran cuma mengutukui dengan serapah. "Pem bu nuh!!!"

Pagi sebelum hujan datang, Jomprot berdiri di Vila Kebun Teh. Di sinilah tempat transaksi seluruh para pengadil dilakukan. Rapat-rapat rencana pembunuhan dan penghilangan musuh politik dipetakan di sini. Letaknya di tengah kebun teh. Kebun ini berada di dua jurang terganas di Kota Bongol. Dua bukit seperti payudara perawan membelalak di depan vila. Adem, asri, segar,tapi berbau anyir. Rudi datang dengan kemaluan bengkak. "Jomprot," begitu panggilnya. Ia dipapah dengan kursi roda.

Dua kopor berisi dolar dibuka di atas dudukan kayu datar. "Kurang Prot," cukup Pak. "Dua temanmu sudah aku kasih. Sekarang kau boleh pergi," Rudi memegangi kemaluannya yang senut-senut. "Perempuan brengsek!!" ia mengumpat sendiri. Jomprot mendengar umpatan itu dan menoleh,"Iya Pak." Rudi makin meriang mendengar suara Jomprot. "Isterimu kurang ajar. Kemaluanku ditendang. Dasar perempuan lacur," Rudi minta segera dibaringkan di kamar.

Jomprot seperti baru saja makan cabe dua ton. Di ubun-ubunnya penuh belatung yang siap dimuntahkan. "Apaaaaa...!!!" Jomprot membanting dua kopor dan dua letusan menyalak "doorr!!" darah mengaliri lantai seperti whisky tumpah. Ia tak bersuara. Hanya hening dan gemeletak angin. ( si regar)

0 komentar

Posting Komentar