| 0 komentar ]

BBM Turun, Harga Diri Naik

Pokrol menderukan pick upnya di jalan tol Bogor. Ia tergesa karena ikan yang dibawanya mulai kehabisan es. Belum juga lima belas menit menggeber gas, ia ditiup peluit polisi. "Diancuk," Pokrol mengumpat sambil meminggirkan mobilnya. "Selamat malam,Pak." Di hadapan Pokrol seorang polisi berperut buncit. Kumisnya melintang seperti kumis jadi-jadian pelawak Komeng.

Tanpa ditanya Pokrol memberikan amplop kepada polisi. "Seperti biasa,Ndan," Pokrol mencoba kembali ke mobil. Begitu amplop diberikan, serang polisi keluar lagi dari mobil patroli. "Anda menyuap petugas ," begitu tegur rekannya. Pokrol berhenti dan berpikir seratus kali. "Mungkin kurang," katanya enteng. Ia masuk dan kembali dengan amplop lebih besar. "Adanya cuma ini Ndan," Pokrol lagi-lagi ingin segera meloncat ke mobil dan tancap gas. Rupanya dua polisi berperut buncit itu makin senut-senut. "Anda memang benar-benar ingin menyuap petugas, Pak. Hukumannya berat lho," polisi kembali berkata kasar.

Pokrol sudah tidak betah lagi. Ia merogoh sakunya dan ditariknya uang seribuan. "Cuma tinggal ini Ndan. Mask sih tega mengambil uang rokok saya," Pokrol menggerutu. Dua polisi itu pun merampas sisa seribuan yang ada di tangan Pokrol dan berlalu sambil meniupkan 'tulalit, tulalit mobil patrolinya. Begitu mobil polisi menjauh, Pokrol kembali menyerapahinya,"Diancuk!!"

Sepanjang perjalanan di tol, Pokrol mengumpati kelakuan dua polisi itu. "BBM boleh turun, tapi upeti tetap gak bisa turun," Pokrol menggerutu. Otaknya belingsatan oleh omelan isterinya setiap kali pulang ke rumah. Maklum hampir semua kebutuhan hidup tidak ada yang turun harganya. Harga diri juga naik. Buktinya banyak orang sudah haji dua kali masih haji lagi, haji lagi. Sudah menjadi anggota legislatif tiga periode masih caleg lagi, caleg lagi. Sudah pernah jadi presiden, masih capres lagi, capres lagi.

Setoran angkot tetap naik, pengusaha angkutan sperti baru saja borong angka. Buktinya tarif angkot tak bisa turun. Harga ikan di pasar juga naik, sembako naik, harga tomat dua kali lipat naiknya, cabe merah keriting melejit. Yang murah hanya bawang merah, itu pun adanya di Brebes. Kalau sudah sampai Jakarta, harga bawang sama saja, sekilo sepuluh ribu. Yag bikin uring-uringan isteri Pokrol adalah harga seikat bayam dan kangkung. Dulu tiga ikat masih diperoleh seribu rupiah. Kini meski harga BBM turun seratus kali, harga seikat bayam seribu lima ratus. "Wedus, wedus..." Pokrol kembali mengumpat, inilah rapalan sopir cabutan macam Pokrol yang sehari-hari terkena dampak langsung kebijakan naik-turunnya harga BBM dan bersih-tidaknya ketiak polisi. Seharusnya ketika harga BBM turun ia bisa menghemat harga solar. Harapanya sia-sia karena polisi selalu minta jatah 'preman' setiap kali ia lewat tol. "Harga diri preman berseragam juga naik. Sekali stop, dua amplop lewat, wedus, wedusss." (si regar)

0 komentar

Posting Komentar