| 0 komentar ]

Behind Bush

Awan bergelayut di atas Gedung Putih. Tiga pria duduk tegang di meja kerja Bush. Seorang berkepala plontos memegang peta, dua lainnya brewok berpangku tangan. “Mr. President,” pria berkepala plontos membuka ketegangan. “Jadi bagaimana keputusan rapat sore ini,” suara plontos kembali menggugah konsentrasi Bush.

Bush mengambil pulpen dan menggigitnya. “Scenario telah aku susun. Serangan ke Irak akan segera dimulai,” Bush membuat notulensi rapat. “Attack to Irak.” Si plontos segera menunjuk lokasi-lokasi yang tertera di peta serangan udara dan serangan darat yang harus dilakukan tentara Bush. “Baghdad sasaran utama. Pengejaran Saddam dan anteknya sasaran berikutnya,” plontos mempertegas. “Ya. Selanjutnya saya minta intelligent memetakan lokasi,” Bush mengakhiri rapat.

Pagi cerah dan berita televisi memperburuk situasi. Uranium menjadi satu-satunya alasan Bush menyerang Saddam. Kesibukan luar biasa menyeruak di Gedung Putih. Semua pejabat berdatangan. Setengah jam kemudian, mobil-mobil cabinet hilir mudik meninggalkannya. Bush pergi ke sebuah hotel yang tertutup dan sejumlah pemimpin media berkumpul.

Dua pria brewok segera mempersiapkan ratusan kamera. Beberapa sutradara andal segera terbang bersama sepasukan tentara udara. Serangan udara dimulai malam hari. Sejumlah kameraman ngintil di belakang pilot. Kembang api di atas Baghdad segera berdentum. Puluhan bangunan hancur. Istana Saddam sasaran utama.

Pasukan darat bergerak. Kapal induk bersiap di buritan Yordan. Tentara Bush masuk melalui Mesir. Serangan udara kembali berdentum. Cendawan hadir di mana-mana. Amis darah tercium hingga ke Kuba. Ribuan jasad meninggal. Televisi di belahan bumi mencaplok dengan rakus siaran media-media internasional yang dipersiapkan sang sutradara. Aktor-aktor Hollywood terlibat pertempuran hebat. “All under scenario.”

Industri perfilman bergairah. Jutaan penonton bertepuk tangan. Milyaran dolar masuk ke bursa. Kolektor berburu sejarah. Para ilmuwan menciptakan temuan-temuan mengejutkan. Negeri seribu satu malam menjadi seribu satu scenario.

Dua pria brewok, seorang berkepala plontos dan Bush terbahak di meja rapat. “Hahahaaaa…kita penggal Saddam seperti ini,” Bush memotong banana di mejanya. Segebok cek terhidang seperti menu restoran Timur Tengah. Misi telah dilaksanakan. Tidak ada air mata dalam menjalankan misi. Amerika negara hebat dana akn terus menjadi negara superpower.

Ribuan prajurit pulang hanya dalam teks surat. Bendera Amerika dikibarkan satu tiang penuh. “Amerika tidak boleh kalah!!!” Bush meluncur bersama pengawalnya sepulang dari gedung bioskop. (si regar)

0 komentar

Posting Komentar