| 0 komentar ]


untuk sebuah nama



Kebaikan Tak Akan Merusak
Kemuliaan Tak Akan Membunuh
Untuk temenku: Unesa

Ya, Anda benar. Tapi (menurut saya) kurang tepat. Membangun Unesa tidak hanya membangunnya secara fisik. Membangun peradaban dimulai dari pemikiran. Sejumlah organisasi Islam bahkan mendoktrinkan paradigma ini. Mereka bahkan memilih anak-anak muda, (SMU) terutama di kampus-kampus (mahasiswa), untuk menjadi ujung tombak pemikiran. Begitu anak-anak kampus ini bisa diubah haluan pemikirannya, mereka akan merayakan kemenangannya. "Berikan aku tiga pemuda, dan aku akan mengubah dunia." Itu kutipan kalimat Bung Karno yang fenomenal.

Mengapa dengan diskusi khilafah? "Ya, gerakan khilafah terjadi di kampus-kampus. Pesta pora terjadi di sana. Mereka, anak-anak mahasiswa, itu menjadi sasaran utamanya untuk meneruskan perjuangan hingga ke anak-cucunya kelak."

Mengapa penting? Jangan sampai Unesa ambruk oleh satu tangan yang berlumuran darah bom, jihad ngawur, mati syahid yang salah arah hanya ingin ketemu bidadari di surga (baca http://www.fiksinews.blogspot.com/ dan Anda akan menemukan sebuah satir atas detik-detik dua pengebom). Popularitas Unesa yang dibangun puluhan tahun, oleh sebuah kelatenan, kecerdasan, keindahan laku, hancur berantakan ketika satu saja mahasiswa nekat menjadi "syahid??" di hotel Plaza Tunjungan. Indikasi ke arah itu ada dan jumlahnya (mungkin) banyak.

Jadi, apa urgensinya? Urgensinya adalah memberikan pilihan pola pikir, paradigma, analisis, membuka wawasan, membuka cakrawala pandangan, tidak tertutup pada satu gagasan apalagi gagasan (dan ajaran) yang diajarkan secara manipulatif. Kampus tempat olah pikir, bukan dogma apalagi doktrin. Lembaga-lembaga dakwah kampus kerap menerapkan dogma juga doktrin. Termasuk di Unesa. Kolaborasi dengan alumni LDK, mereka menciptakan sebuah gerakan anti-toghut. Sebuah gerakan yang sama sekali tidak masuk SKS, tidak diketahui dosen (secara detail termasuk rektor, arahnya, tujuannya, ghirohnya, dll), tidak masuk kurikulum, dan di luar jadwal "mainstrem" perkuliahan. Tetapi, gerakan ini bisa meyedot habis energi mahasiswa.

Ya, saya setuju membangun Unesa. Bagaimana caranya? Buka mata mahasiswa dan katakan jangan jadi syahid dengan meledakkan diri. Banyak cara untuk mencari pahala (bahkan ketika kita sudah mati), membangun peradaban, membangun kemaslahatan, menyerang negeri tiran, mengutuk kebiadab Israel, mengajari Amerika untuk tunduk dan patuh pada ketiak negeri-negeri Islam. Tidak dengan cara mengebom, membunuh kehidupan, menutupi kebiadaban dengan dalih ajaran agama.

Ingatlah para pengebom di Marriot dan Ritz Carlton itu anak-anak baru saja sunat. Mereka belum "baligh" untuk mengerti apa itu Islam dan bagaimana menjadi Islam yang sebenarnya. Mereka hanya tahu dan baru tahu tentang doktrin biadadri di surga yang cantik jelita. Surga yang dijanjikan sang pembasi kehidupan yang seolah menentukan kematian setiap kehidupan dan yang menentukan seseorang kafir dan jahat, tanpa mata terbuka, tanpa hati bicara. Mereka mengagungkan Al Quran sebagai penentu kematian bukan Al Quran sebagai rahmat. Mereka mendirikan shalat untuk meruntuhkan peri kemanusiaan bukan mendirikan shalat untuk tegaknya kemanusiaan. Mereka datang dengan sopan untuk menggetarkan bumi agar kematian terus datang; tak peduli perihnya luka, pedihnya patah, remuknya tulang belulang, dan hancurnya masa depan. Mereka memelihara jenggot agar seperti jenggot Nabi untuk menyamar bahwa mereka orang-orang baik, seperti Nabi juga mengajarkan kebaikan. Tetapi, kebaikan yang disebarkan di bumi ini menimbulkan kegoncangan.

Ayo membangun Unesa dengan kesantunan. Santun memelihara diri dari perilaku tak terpuji, menyakiti, membunuh, menebar kebencian, meluaskan teror, menjadi piaraan orang-orang yang mengaku ulama besar dan mahamulia dengan janji syahid demi tegaknya khilafah, bukan demi tegaknya rahmatan lil alamin, bukan demi tegaknya Islam, bukan demi tegaknya kemuliaan, bukan demi tegaknya peradaban agama yang damai, bukan agama yang menebar teror, ayat-ayat samawi (diterjemahkan) yang kotor dan menghinakan.

Ya, (mungkin) bisa jadi, doktrin hari ini, para penebar teror dikutuk. suara saat mereka dipuji dan diagungkan seperti malaikat. Tetapi Nabi memilih perjuangan dengan cara yang mulia. Nabi juga membunuh dan mengajari umatnya membunuh tetapi di medan perang. Nabi juga nyaris terbunuh, karena pasukannya bermewah-mewahan merampas harta kekayaan lawan. Bahkan Nabi marah bila umatnya mematikan yang hidup tanpa alasan: walaupun ia orang kafir yang memusuhi kita.

Hei, mahasiswa, temen-temen di Unesa, ayo kita bangun Unesa, bukan menguburnya dalam perangkap dogma. Ayo bangkit dan sebarkan ilmumu untuk mendidik anak-anak negeri ini dengan tidak makan tempe dari kedelai Amerika, tidak makan indomie dari gandum Amerika, tidak membeli celana jins dari bahan yang diimpor dari Amerika, tidak membeli Coca Cola dari Amerika, dan tidak menggunakan telepon genggam, satelit yang komponenenya diimpor dari Israel..(Tahukah Anda ketika Anda menonton televisi dan menggunakan seluler, Anda telah menyubang Israel untuk memperbaruhi peralatan senjatanya untuk 15 tahun lagi untuk membungkam Hamas dan Menyetop jantung setiap penduduk Palestina hingga mereka "hidup"di alam akhirat, dengan bergelimpangan bersimbah darah, diiringi teriakan, dengan dentuan senapan, ledakan bom, dan nyiung rudal.

Jika khilafah itu baik dan mulia, mengapa kita hentikan membangun peradaban dengan khilafah, karena ia akan mengajarkan kebaikan dan kemuliaan. Karena kebaikan tidak akan pernah merusak dan kemuliaan tidak akan pernah membunuh.

salam
/hb

0 komentar

Posting Komentar