| 0 komentar ]

Josephin Kennedy

Namanya memang asing di telinga kita, orang-orang Indokita. Tubuhnya pendek, kumisnya mirip aktor Barat. Tetapi ia punya senyum khas negeri ini. Deretan giginya putih bersih bak kapas. Senyum itu pula yang ditunjukkan ketika ia mengaku kalah dari pesaingnya dalam perebutan tampuk kekuasaan. Sementara sang pemenang duduk diam dengan bibir terkatup seperti mayat yang beku. Namanya memang asing di telinga kita karena nama itu memang bukan nama marga suku-suku di negeri ini. Nama itu diimpor dari keyakinan agamanya. Tetapi, ia orang pribumi. Lahir dan besar di sini.

Turun temurun dari kerajaan-kerajaan pertiwi. Ia mewarisi karier ayahnya sebagai saudagar hebat. Sekali pergi merantau, ia pulang dengan sambutan bak pahlawan kemenangan. Padahal ia baru saja dikalahkan. Namun ia tak pernah menjadi pecundang. Ia selalu menang. Setidaknya untuk dirinya, untuk keluarganya, untuk rakyat yang dicintainya. Karena pengabdian bukan hanya dominasi para pemenang. Orang-orang dengan senyum lebar dan hati bersih putih seperti kapaslah yang bisa membahagiakan orang lain: rakyat yang dicintainya. Ia mencintai rakyatnya. Ia bertafakur untuk kecintaanya. Ia berjuang untuk istiqomah.

Yaa, namanya memang asing di telinga kita. Kalau ada yang sudah mengenalnya itu karena mereka beragama yang sama dengannya. Bicaranya lugas, jujur, dan spontan. Ia menyelesaikan masalah hampir dengan tanpa persoalan. Ia merencanakan program bukan dengan kekuatan uang. Ia memilih anak buah dengan kejujuran ucapan. MoU yang dia bangun hanyalah kepercayaan. Ia selalu mengambil tanggung jawab atas segala hal dan ia selesaikan dengan gayanya yang jenaka. Tak ada kegentingan dala, kamus hidupnya. Yang ada hanyalah tantangan. Semuanya dianggap mudah. Semudah ia tersenyum di pagi, siang, sore dan malam hari. Ia senantiasa tersenyum, meski berhadapan dengan orang yang memusuhinya. Hanya dengan senyum ia bisa memenangkan pertarungan. Karena ia percaya, senyum yang keluar dari hati yang tulus bisa menjadi senjata yang paling ampuh. Karena ia tahu, sering kali orang tersenyum bahkan tertawa untuk menghina dan meremehkan. Mereka-mereka itu sebenarnya ingin menistakan dirinya dan juga orang-orang yang dipimpinnya.

Ya, memang namanya asing bagi telinga kita. apalagi untuk kita yang diam di bawah nama-nama suku dan marga. Namanya diimpor dari nama para Nabi dan Rasul, dari keyakinan agama yang dianutnya. Tetapi ia mengaku bangga. Karena banyak dari kita juga memilih keyakinan yang sama dengannya. Keyakinan yang mengajarkan kejujuran dan belas kasihan. Keyakinan agama yang mengajarkan perdamaian dan berlomba-lomba menuju kebaikan. Ia berasal dari kultur yang berbeda tetapi ia bisa menyatukanya dengan senyuman. Tanpa gejolak, tanpa konflik, tanpa persoalan. Ia datang dari keluarga yang taat tetapi kaya. Kebanyakan dari kita memang taat beragama tetapi selalu miskin. Ia tahu, ketaatan tidak harus identik dengan kemiskinan. Karena kemiskinan lebih dekat kepada kekufuran. Orang-orang yang mati dengan kekufuran adalah seburuk-buruk kematian.

Namanya Josephin Kennedy. Orang sering memanggilnya JK. Ya, Pak JK. Ia pernah ikut berkompetisi dalam meraih kekuasaan yang lebih tinggi. Awalnya ia tak tertarik. Baginya, di mana saja bisa beramal bakti. Tetapi ia melihat kekuasaan ini telah diselewengkan untuk kekuasaan semata-mata. Kekuasaan untuk memoles citra dan kesomobongan. Ia kemudian bersujud di masjid untuk memantapkan hati dengan berdoa. Lantas, hatinya tergerak. Kesombongan adalah perbuatan yang paling dikutuk oleh Tuhan.

Firaun adalah penguasa yang sombong. Dengan kekayaan dan popularitasnya ia kemudian menyebut dirinya Tuhan. Akhirnya Pak JK mantab. Ia tak ingin merebut kekuasaan. Tetapi ia hanya ingin meruntuhkan mengingatkan kesombongan penguasa. Ia hanya ingin seperti Nabi Musa. Ia kecil. Ia tak memiliki apa-apa. Ia hanya bermodalkan keyakinan. Ia mendatangi Firaun dan mengatakan bahwa Anda Firaun bukanlah Tuhan. Betul anda berkuasa dan punya segalanya. Tetapi, engkau tidak bisa menciptakan dirimu sendiri, menciptakan langit dan alam semesta ini. Engkau cuma manusia biasa seperti kita. Tidak pantas sombong dan suka menepuk dada.

Ya, pada akhirnya Pak JK tak mampu mengalahkan kekuasaan dan keperkasaan sang penguasa. Tetapi, ia tetap mendapatkan sambutan luar biasa. Ia tetaplah pahlawan untuk kita semua. Ia mengajarkan kepada kita untuk tidak takut pada siapa saja, asalkan kita benar dan tulus ikhlas menyamapikan kebenaran itu. Ia mendidik kita untuk berani mengambil risiko, mengambil asemua tanggung jawab atas perebuatan yang kita lakukan, meskipun dengan risiko kematian dan kehilangan jabatan.

Selamat Pak JK. anda memang layak mendapat bintang. ( si ragil)

0 komentar

Posting Komentar