| 0 komentar ]



Ya. Sekarang aku akui: akulah pelakunya. Aku yang menyuruh orang-orang itu meledakkan JE Marriot. "Allahu Akbar." Aku mengagungkan nama Allah di tengah kematian. Ya, agar arwah mereka tenang.


Saudara-saudaraku sesama muslim saya mohon maaf. Kematianmu hanya damapk saja. Aku tak bermaksud membunuhmu. Aku hanya ingin merontokkan aset-aset Emiriki saja. KAlau kau ikut terbunuh, kamu dapat pahala yang sama dengan anak-anak bomber. Kamu akan menjadi syahid. Percayalah. Sekarang atau nanti umat Islam akan menang. Dengan bom atau dengan senjata yang lain.

Sekarang ini bom memang penting. Aku harus menggunakan bom untuk menyalakan perang dengan Emiriki. Negara itu harus bertanggung jawab atas keserakahannya selama ini mengubur negara-negara Islam. Tetapi, sudahlah, sebenarnya aku sudah bosan perang dan memainkan bom ini. Tetapi, ada yang memberiku upah sehingga aku lakukan lagi. Upah itu adalah kematian syahid. Aku dan anak buahku ingin menjadi syahid.

Syuting tiba-tiba berhenti. Kesaksian dalang bom JE Marriot yang rencananya akan di-upload di internet dan dikirim ke sejumlah media itu terganggu. "Hei, kenapa kau menghalangi syuting ini," kata seorang kru sambil menenteng AK-47. Syuting dilajutkan kembali.

Aku tahu sejatinya tak pantas kusebut nama Allah ketika bom kuledakkan. Tetapi itu prosedur agar para syahid yakin dan percaya diri. Ini semacam SOP.


habe arifin

0 komentar

Posting Komentar