| 0 komentar ]

Olama, presiden negara tetangga, memberikan ucapan selamat kepada Presiden Sukit. "Ya, aku ucapkan selamat kepadamu. Pemilu yang bebas bisa dijalankan dengan baik. Semua rakyat, elemen-elemen demokrasi terus bergairah melengkapi Indokita sebagai negara muslim yang menjalankan demokrasi terbesar di dunia. Ini sebuah kebanggan. Bagi kami rakyat Olama, perekmbangan demokrasi di Indokita snagat membanggakan. Kami bangga dan akan menjalin kerja sama lebih erat. Setidaknya janji yang telah diucapkan Presiden Sukit sebelum pemilu harus dipenuhi. Kami berhak menagihnya," Olama mengepalkan tangan dan meneriakkan,"Merdeka, merdeka..freedom."

Ucapan Olama ini diluar teks yang disiapkan Gedung Hijau. Tim kepresidenan Olama terperangah. Presiden mengeluarkan rahasia negara yang tak seharunya diucapkan di depan publik. Seorang sekretarisnya membisiki Olama. "Mr Presiden, no talk that.." Olama menoleh sebentar dan tersenyu. Barisan wartawan mencuri isi pembicaraan. Sejumlah televisi meng-close up wajah Olama. "Dont worry," kata Olama. Sejumlah wartawan langsung menyerbu Olama dengan berondongan pertanyaan. "What do you means, Mr President?"

"I am sory..." Olama kemudian membuka catatan yang disiapkan sekretaris untuk dibacakan dalam konferensi pers. "Saudara-saudara, maafkan saya tadi. Saya tak bermaksud menyindir Presiden Sukit. Hanya menagih janjinya saja. But, forget it, ok."

"Saudara-saudara. Terpilihnya Presiden Sukit sebagai Presiden Indokita cukup melegakan kita semua. Perjanjian negara kami dengan negara Indokita akan tetap diteruskan. Saya tidak membayangkan apabila calon presiden lain yang menang, tentu banyak perusahaan-perusahaan kami yang sekarang beroperasi di Indokita dan menguasai hampir 100 persen saham-saham di sana akan gulung tikar. Capres lain selama kampanye telah bertekad untuk menghentikan investasi asing, terutama perusahaan dari negara kami. Tentu itu kabar buruk buat kami. Negara kami sedang kolaps. Kami perlu modal untuk bangkit. Perusahaan-perusahaan tambang itulah harapan kami. Perusahaan-perusahaan yang berada di negara-negara di luar negara kami merupakan penyumbang terbesar pendapatan negara kami. Jika perusahaan-perusahaan tu dihentikan operasinya, ditinjau ulang kontrak kerjanya, kapan kami bisa bangkit dan menolong diri kami sendiri. Itulah sebabnya terpilihnya Presiden Sukit akans angat berarti bagi kami karena kami telah menyumbangkan sejumlah dana untuk kepentingan kampanyenya dan membantu dengan kekuatan intelijen dan penggiringan opini masyarakat dan sekarang hasilnya Presiden Sukit menang. Kami bangga dan kami akan meneruskan perjanjian kerja sama hingga lima puluh tahun ke depan."

"Kami butuh uang untuk membayar utang-utang kami. Resesi dunia harus diselamatkan. Banyak rakyat kami yang menjadi korban PHK. Indokita harus menjadi salah satu penolong kami. Kekuatan ekonomi Indokita, terutama kkayaan alamnya, sangat luar biasa. Kami akan mengeruk tambang, emas, intan, titanium, minyak, ikan, dan masih banyak lagi. Kami tak akan menyia-nyiakannya," kata Olama dengan senyum.

"Selanjutnya, akan saya bacakan pernyataan resmi yang ditulis tim Gedung Hijau untuk dikutip sebgaia pemberitaan resmi. Semua pembicaraan saya tadi anggap saja sebagai off the record dan haram dipublikasikan." Wartawan dan kamerawan televisi yang menyiarkan secara live pernyataan itu terbengong.... "YAng sudah menyiarkannya secara live, ya sudahlah. Forget it," katanya.

"Saudara-saudara. Pernyataan resmi Gedung Hijau menanggapi terpilihnya Presiden Sukit adalah sebagai berikut. Saya ucapkan selamat dan lanjutkan!!!"

salam
Olama, Presiden Mimpi

0 komentar

Posting Komentar