| 0 komentar ]

Presiden Sukit (3)

Setelah kemenangan sudah di tangan, aku bergegas mengumpulkan semua partai koalisi. Tim sukses pilpres juga kuundang. Semuanya duduk di kursi melingkar. Tepuk tangan bergema, begitu aku datang. Semua yang hadir berdiri. "Terima kasih," kuangkat tanganku di depan kepala. Kursi digeser ajudan dan aku pun duduk. Hadirin kemudian menyusulku. Mereka duduk teratur. "Saudara-saudara," kataku membuka pertemuan ini.

Pertama, kuucapkan terima kasih atas kerja keras, sokongan, bantuan, pikiran, dana, dan berbagai dukungan terhadap saya selama masa kampanye pilpres. "Dengan tangan teruka kuucapkan terima kasih." Tepuk tangan kembali menggema di ruangan yang cukup untuk 20 orang ini.

Kini saatnya, saya sebagai presiden terpilih untuk menyusun kabinet. Ini adalah hak prerogatif presiden. Tetapi, saya tidak akan melupakan seluruh jasa dan kerja keras semua pihak, terutama yang hadir di sini. Saya juga tidak akan menyusun kabinet seperti sebelumnya, yang dikatakan kabinet pelangi. Saya tentu akan mengambil kaum profesional. Pertama-tama tentu saya akan mencari para profesional yang terdapat di dalam partai. Jika tidak ada, barulah saya akan mencarinya di kampus-kampus.

Selain itu, saya juga tidak melupakan orang-orang yang memberikan jasa luar biasa pada pendanaan kampanye. Ini penting. Tanpa dana itu saya tentu tak bisa ke mana-mana menyampaikan visi-misi saya sebagai capres. Saya juga tak bisa dikenal secara lebih luas oleh rakyat jika tidak beriklan. Jadi, saya harus menghormati mereka.

Berikan kepada saya waktu untuk menyusun kabinet ini. Prinsipnya saya akan mencari lima kriteria orang-orang yang masuk kabinet nanti. Pertama para menteri adalah orang-orang yang berjasa selama kampanye saya. Mereka dari partai koalisi, terutama yang besar. Kedua, menteri akan diambil dari para donatur kampanye. Ketiga, para menteri harus memiliki hubungan emosional dan pribadi dengan saya, keluarga saya. Keempat, para menteri harus mengerti kebutuhan saya dan keluarga serta kerabat saya. Kelima para menteri harus sepersetujuan isteri saya. "Bapak ibu tak mau kan kalau malam ini saya tidak apat jatah dari isteri," kata Presiden Sukit mengakhiri pertemuan.

0 komentar

Posting Komentar