| 0 komentar ]




Presiden Sukit berdiri tegap di atas rumput. Mukanya tegang, badannya gemetar. Matanya nanar. Tiga menteri berada di belakangnya. "Kamu harus ikut tegang, jangan ada yang santai," Presiden Sukit memerintahkan ketiga menteri bidang keamanan itu dengan suara keras. "Ini penting. Seluruh dunia sedang melihat kita. Ini momentum yang baik untuk mengukuhkan kembali kemenangan kita. Aku akan serang lawan-lawan politikku," tegas Presiden sebelum berdiri mematung.


"Saudara-saudara," Presiden Sukit memulai pidatonya, menanggapi serangan teroris, meledakkan dua aset penting dengan bom berkekuatan cukup untuk membunuh 9 orang dan menciderai 55 orang lainnya.


Serangan teroris kembali terjadi. Saya sangat prihatin dan ikut berbela sungkawa kepada seluruh korban, baik yang tewas di tempat, di rumah sakit, dan yang luka-luka. Ya, saya berjanji, akan sekuat tenaga, dengan cepat memukul mundur teroris itu. Sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara saya meminta aparat kepolisian dan dibantu aparat militer untuk menangkap segera dan menghukumnya dengan hukuman seberat-beratnya, menghanguskan jaringan terornya hingga ke akar-akarnya. Tidak boleh ada yang tersisa. Kejahatan kemanusiaan ini harus dihabisi. Tidak boleh ada akar yang masih bisa menumbuhkan kekerasan dan serangan bom kembali.


Saudara-saudara rakyat Indokita yang saya hormati. Hasil pilpres telah diketahui. Saya, sebagai capres, dinyatakan menang. Tentu kemenangan ini membuat saya senang dan gembira. Sedangkan yang kalah, tentu mereka kecewa. Berdasarkan informasi intelijen, merekalah yang merakit dan meledakkan bom. Dulu, orang ini melakukan pembunuhan masif dan membuat takut rakyat Indokita. Sekarang mereka mengulanginya lagi. "Tangkap mereka segera. Seret ke sini dan kita hukum seberat-beratnya. Pembunuhan harus dibalas dengan hukuman yang berat. Bila perlu juga harus dibunuh. Kill to kllied."


Saya tidak bisa tinggal diam atas kejadian ini. Rakyat harus dilindungi dari rasa aman dan nyaman. Kepentingan negara, kepentingan rakyat jauh lebih berharga daripada kepentingan satu dua orang. Apalagi orang-orang ini sejatinya sampah. Ia sudah tak berguna lagi. Selama ini saya biarkan dia berkeliaran selama tidak mengganggu keamanan. Tetapi lama kelamaan dia mengulanginya lagi, membuat teror, membuat ancaman kemanusiaan dan sekarang membunuh.


"Catat. Saya akan cari barang buktinya dan saya perintahkan untuk menyeretnya segera ke penjara. Negara tidak boleh kalah oleh teror. Negara tidak boleh menyerah oleh kebiadaban. Negara harus kuat melawan segala macam teror dan kejahatan kemanusiaan. Negara harus tetap berdiri dan menang. Ini janji saya dan akan saya tunaikan segera."


Saya tahu jaringan teroris lama. Saya juga tahu anasir-anasir, hantu-hantu politik, yang haus darah dan ingin membunuh. Itu sebabnya saya ada di depan menyapa seluruh rakyat Indokita untuk memastikan semua jaringan itu akan saya lenyapkan, saya habisi. Tidak boleh ada akar sedikit pun untuk hidup di sini. Mereka tak bisa dibiarkan gentayangan dan membuat ketakutan.


Demikianlah pernyataan sikap saya sebagai presiden, kepala negara dan kepala pemerintahan. Saya tidak takut sedikit pun kepada semua teroris, karena hidup dan mati itu menjadi urusan Allah Yang Maha Kuasa. Saya tak bisa memajukan atau menunda kematian. Semua sudah diatur oleh Sang Khalik. Tetapi saya tidak mau kematian itu direnggut oleh kebiadaban dan keserakan dari tangan-tangan drakula-drakula, genderuwo-genderuwo itu.


Usai menyampaikan pernyataan pers, Presiden melakukan rapat internal. Tiga orang saja yang hadir. "Pastikan informasi pelaku pengeboman itu tidak sampai bocor. Ini cara saya untuk mencari perhatian rakyat dan mengukuhkan kembali kewibawaan politik saya. Saya sudah menang dan saya tidak mau kemenangan ini sia-sia. Apakah pelakunya sudah mati semua?" tanya Presiden Sukit kepada seseorang berkepala plontos.


Yang ditanya tak langsung menjawab. "Satu orang lolos Pak Presiden Sukit," katanya demam. "Cari dan pastikan ia juga tewas. Lalu santuni keluarganya," ujar Sukit. Selanjutnya, kau, harus melakukan investigasi dengan cepat. Tangkap orang-orang yang saya maksud dan cari bukti-buktinya Alat bukti bisa dibuat. Kamu buat serapi-rapinya dan jangan sampai bocor. Si kepala cepak menganggukkan kepala. Rapat bubar disertai dengan batuk-batuk kecil Presiden Sukit sambil melangkah ke dalam, menemui isterinya yang sedang pilek. (si ragil)















0 komentar

Posting Komentar