| 1 komentar ]

Inagurasi, Obama Menangis

Lima juta warga negara Washingotn berdiri melambaikan tangan, dengan suara gemuruh pekik "O b a m a". Rakyat Amerika, di seluruh jalan, di trotoar, di rumah-rumah bertingkat, di hotel, apartemen, di lobi-lobi pick up, semua ingin menyaksikan inagurasi Obama. "People United State," Obama mengawali penampilannya. Isteri dan anak-anaknya berada tak jauh dari panggung utama. Obama mengenakan pakaian kebesaran Palestina. Lengkap dengan kafiyeh.

Obama melambaikan tangan dan gegap gempita suara rakyat Amerika menyambutnya. Gerbong kereta Abraham Lincoln membunyikan belnya dan berderup-derup ikut menyemangati teriakan rakyat Amerika. "Amerika dalam perubahan bersama saya: Obama." Teriakan kembali bergaung. "Hentikan semua permusuhan, hentikan semua peperangan, hentikan perangi kemanusiaan, hentikan semua diskriminasi ras, agama, suku, dan bangsa. Kita semua manusia yang diciptakan sama oleh Tuhan. Manusia yang dilahirkan untuk bersama-sama memanusiakan peradaban. Hentikan perang di Palestina. Tarik semua tentara Israel. Beri dukungan dan bantuan kemanusiaan warga Palestina." Obama menitikkan air mata. Ia tak kuasa berkata-kata.

Isteri Obama mendekatinya dan memeluknya dengan hangat. "Dalam kesempatan ini saya khusus memakai baju ala Palestina. Saya ikut berduka. Ribuan anak-anak dan wanita berdarah oleh rudal-rudal Israel. Ini mengingatkan saya perang ras, antara yang hitam dan yang putih di bumi Amerika. Kakek buyut saya tewas oleh serangan kulit putih. Hitam atau putih adalah sama. Mereka diciptakan oleh Tuhan menjadi manusia untuk memuliakan peradaban," Obama bersemangat. Ia mengepalkan tangannya dan mengangkatnya ke atas. "Hentikan perangi kemanusiaan. Hentikan sekarang atau Amerika akan mengerahkan tentaranya untuk menjadi pelopor perdamaian dunia," Obama berapi-api. Teriakan rakyat Amerika seolah meruntuhkan Gedung WTC 11 September 2001 lalu.

Jutaan pasang mata di seluruh dunia menyaksikan pidato Obama. Tak ketinggalan pasukan Israel di Jalur Gaza, juga gerilyawan Hamas, gerilyawan Hezbullah, perdana menteri Israel dan kabinetnya. Saluran televisi tak menyisakan ruang iklan sedetik pun untuk memberikan kesempatan bagi milyaran warga dunia menyimak pidato pertama presiden AS berkulit gelap. "Saksikan bahwa saya Obama akan memelopori perdamaian abadi di dunia ini. Kami perlu kalian dan kalian perlu kami. Kita semua bersaudara. Tangan kanan kita sakit, tangan kiri merasakan ngilunya. Gigi kanan kita sakit, sekujur tubuh kita merasakan demamnya. Mari upayakan perdamaian di penjuru dunia tanpa diskriminasi ras, suku, agama, dan bangsa," Obama kembali berapi-api sambil mengepalkan tinjunya ke udara.

Belum selesai pidato Obama, kaki Sompral berasa amat dingin. Ia mengigil. "tolong...tolong..Obama, Obama, Obama," Sompral tergeragap bangun dari tidurnya. Air Ciliwung naik ke dipan. Ia mengucek matanya,"Di mana Obama." Sompral segera membangunkan emaknya dan mengevakuasinya ke tanah kuburan. ( si regar)

1 komentar

MrToy mengatakan... @ 19 Januari 2009 pukul 14.46

walah-walah...saya lupa kalau cerita dalam blog ini hanya fiksi,tadi itu saya serius membaca lho..,kirain betulan,sekalinya sompral lagi mimpi. Kreatif sekali bapak ini,saya jadi geli.

Posting Komentar