| 0 komentar ]

DKI Menyongsong Pergantian Tahun
Oleh Bahtiar

Tahun baru tinggal beberapa jam lagi. DKI Jakarta perlu memotret dirinya agar bisa ditelisik apa kelebihan, kekurangan, dan hal-hal yang bisa dilakukan tahun depan. Segala kekurangan bisa secepatnya diperbaiki dan segala kelebihan bisa dipertahankan dan menjadi potensi pembangunan ke depan.

DKI sejatinya masih saja dihadapkan pada persoalan abadi yang hampir setiap tahun selalu muncul dalam listing buku besar problematika Ibu Kota. Sejumlah masalah itu antara lain kemacetan yang tidak saja menyebabkan kerugian trilyunan rupiah per tahunnya juga menyebabkan polusi udara yang menyesakkan. Segala cara dilakukan DKI untuk mengurai kemacetan ini. Paling mutakhir adalah rencana pemajuan jam sekolah menjadi pukul 06.30, yang ditaksir banyak pihak bisa menyebabkan para pelajar kelimpungan dan para pengajar stress.

Pro-kontra itu akan segera menuai puncaknya ketika Pemprov DKI mengeluarkan peraturan gubernur awal Januari tahun depan. Saat itulah seluruh siswa akan dipaksa masuk pagi. Setelah diberlakukan dipastikan akan terjadi fakta-fakta yang selama ini hanya dipersepsikan. Apakah sekolah pagi sekali itu aman-aman saja atau justeru malah menimbulkan masalah baru yang justeru lebih runyam:

Yang juga pelik adalah masalah banjir. Ibu Kota RI ini seolah tak pernah berhenti dirundung musibah banjir. Mulai banjir dari gelombang pasang air laut hingga banjir akibat hujan deras selalu menjadi momok menakutkan warga Ibu Kota. Banjir selalu mengintip setiap awal tahun. Januari hingga Februari selalu menjadi bulan paling menakutkan bagi warga Jakarta. Dua bulan ini ditaksir hujan akan mencapai puncaknya dan air bah itu akan menjadi malapetaka. Maklu, kanal-kanal yang disediakan Pemprov DKI belum bisa menampung seluruh tumpahan air hujan. Penyerapan biopori, waduk, situ, dan gorong-gorong tak siap melahap seluruh tumpahan air hujan. Akibatnya, rumah-rumah tenggelam oleh banjir. Kota-kota satelit Jakarta seperti Depok, Tangerang dan Bekasi telah siap siaga dengan musibah tahunan ini.

Kaum miskin kota, pengangguran, urbanisasi, dan tingkat kriminalitas merupakan sedertan persoalan kependudukan yang akut. Pemprov belum bisa melakukan langkah terobosan yang manusiasi dan bisa menyelesaikan masalah. Operasi yustisi selalu saja menjadi ujung tombak untuk menyelesaikan masalah ini. Tetapi operasi ini justeru mendapat perlawanan warga dan LSM. Pemprov belum mampu beranjak dari kegetiran kemanusiaan selain dengan cara operasi dan razia.

Kaum miskin kota yang terus-menerus digusur juga masih menjadi bayangan menakutkan warga Jakarta yang menyakiskan secara vulgar di televise-televisi. Mereka juga manusia. Karena kekurangan ekonominya, mereka tinggal di daerah-daerah yang diharamkan Pemprov. Tetapi, mereka tak punya pilihan lain. Program rusunami dan rusun-rusun lainnya seolah hanyalah program buat mereka yang berduit. Kaum miskin kota tinggal mendengarkan dan mengutuk dirinya sendiri mengapa bertahun-tahun masih saja miskin dan miskin, digusur dan digusur. Berbagai kebijakan untuk golongan ini tak pernah selesai dan tak pernah sejalalan dengan rel keadilan. Diskriminasi begitu tinggi. Seolah-olah Jakarta hanya untuk orang kaya.

Kaum miskin kota dilarang tinggal apalagi menikmati fasilitasnya.
Tahun 200 di depan mata. Saatnya Pemprov DKI menunjukkan kepedulian kepada seluruh lapisan warga Jakarta dan melayaninya dengan sepenuh hati, dengan uang rakyat yang telah diamanahkan. Selamat tahun baru Islam 1430 hijriyah dan selamat tahun baru masehi 2009. (***)

0 komentar

Posting Komentar