| 0 komentar ]

Penahanan Muchdi, Babak Baru Kasus Munir
Arif Arifin


Penahanan Deputi V BIN Muchdi PR merupakan babak baru penyelidikan kasus Munir. Bahkan, penanhanan ini bisa menjadi start penting untuk mengungkapkan siapa sejatinya dalang pembunuhan Munir, siapa saja pelakunya, melibatkan institusi BIN ataukah hanya kepentingan individu petinggi BIN, dan apa motof di balik pembunuhan ini.

Sejumlah pertanyaan ini penting diungkap ke publik agar publik mengetahui mengapa Munir harus dibunuh dan untuk tujuan apa. Siapa yang paling berkepentingan atas kematian Munir, seorang pejuang dan aktivis HAM yang cukup vocal selama ini.

Semua pertanyaan itu memang ditujukan kepada penyidik kepolisian. Penyidik harus sia menyingkap kepentingan di balik para pelaku. Kalau saat ini Muchdi PR ditetapkan sebagai tersangka, memang belum bisa dipastikan apakah Muchdi pelaku sebenarnya. Kita semua harus lebih dulu menunggu hasil sidang pengadilan. Pengadilanlah yang berhak menentukan apakah Muchdi memang sebagai pelakunya ataukah tidak.

Sambil menunggu hasil pengadilan, penahanan Muchdi ini memang sangat menarik. Penyidik kepolisian tentu tidak gegabah menahan seorang petinggi BIN bila tidak dilengkapi alat bukti yang kuat. Apalagi, institusi tempat Muchdi merupakan institusi penting di negeri ini. Yang perlu diperhatikan lebih serius ialah apakah institusi BIN terlibat dalam rencana pembunuhan terhadap Munir? Inilah babak paling penting dalam penyidikan kasus Munir dan pengadilan kasus Munir kelak.

Kita semua berharap kasus Munir bisa diungkap dan diketahui siapa saja pelakunya. Tujuannya tentu saja amat sederhana, pelaku pembunuhan harus mempertanggungjawabkan peruatannya. Selain itu, dengan menghukum pelaku, diharapkan tidak terjadi pembunuhan berikutnya. Karena itu, pengadilan terhadap pelaku menjadi amat penting. Kita semua berharap institusi BIN tidak terlibat dalam perencanaan pembunuhan terhadap Munir. Institusi ini milik negara dan dibuat untuk kepentingan negara. Kematian Munir tidak menguntungkan bagi negara. Itu sebabnya, tidak ada urgensinya institusi ini terhadap kematian Munir.

Jika institusi disalahgunakan oleh para penguasanya, ini memang bisa terjadi. Sama halnya ketika orde baru dulu, institusi kepolisian dan militer digunakan oleh rezim Soeharto untuk menyokng kekuasaannya hingga bertahan selama 32 tahun lamanya.

Yang pasti, kita semua harus menunggu penyidik kepolisian melaksnakan tugas muliahnya, menangkap para pembunuh. Jika sekarang baru berstatus diduga, kita harus bersabar sambil terus berdoa untuk kemajuan penyidikan. Semua pihak juga diharapkan tidak melakukan intervensi, terutama intervensi politik, kepada penyidik. Biarlah penyidik bekerja secara bebas, berdasarkan alat bukti yang cukup, dan tidak diganggu oleh berbagai kepentingan. Dengan begitu, penyidik bisa leluasa melaksanakan tugasnya dan pengungkapan kasus kematian Munir ini bisa cepat dituntaskan.

Siapa pun yang dipanggil oleh penyidik sebaiknya juga datang memenuhi panggilan tanpa harus merasa sebagai pelaku. Penyidik memerlukan banyak keterangan dan banyak bukti untuk menemukan pelaku yang sesungguhnya. Yang harus diingat, semua yang dilakukan kepolisian barulah berupa sangkaan dan kebenarannya baru terbukti di pengadilan. Hanya pengadilanlah yang berhak menentukan seseorang bersalah atau seseorang itu benar. Jadi, kita harus mendukung pengungkapan kasus ini dan menunggu pengadilan bekerja memutuskan perkara ini seadil-adilnya. ***

Arif Arifin
Pengamat sosial politik tinggal di Jakarta

0 komentar

Posting Komentar