| 0 komentar ]

Maut di Jalan Berlubang Ibu Kota
Bahtiar Siregar

Musim hujan di Ibu Koa identik dengan musim banjir. Tak Cuma banjir akibat gelonotran beribu-ribu kubik air dari langit atau dari hulu, juga banjir rob dari laut. Ibu Kota seolah tak berdaya menghindari banjir dari laut dan dari langit. Bencana setiap tahun ini kini diperparah dengan munculnya lubang-lubang maut di hapir seluruh jalan di Ibu Kota.
Panjang jalan Ibu Kota sekitar 4 juta meter persegi. Pemprov DKI hanya mampu merawat jalan sebanyak 200 ribu meter persegi per tahun. Artinya sekitar 3,8 juta meter persegi tanpa perawatan. Jutaan meter persegi ini kini ditumbuhi lubang-lubang yang siap menjemput maut para pengguna jalan di Ibu Kota. Rata-rata pengendara motor yang terjebak lubang ini tewas atau luka-luka.

3,8 Juta Meter Tak Dirawat
Pemprov menuding keterbatasan anggaran menjadi penyebab susahnya menanggulangi kerusakan jalan di Jakarta yang makin parah. Kasudin PU Jalan Jakpus Yusmada Faizal mengumbar macetnya anggaran ini sebagai kambing hitam atas kerusakan jalan Ibu Kota. Sebenarnya ada dua penyebab jalan kerusakan jalan, yaitu kerusakan alami Karena usia jalan dan kerusakan non-alami, seperti genangan air, kelebihan beban tonase dan galian-galian utilitas kota.

Seperti diberitakan harian Suluh Indonesia (Kamis, 20 November), tahun ini Sudin PU Jalan hanya menerima anggaran Rp39 milliar untuk membiayai seluruh programnya. Sekitar Rp 21 milliar dialokasikan untuk perawatan jalan, Rp10 milliar untuk perawatan trotoar dan Rp 8 milliar untuk jembatan. Dibandingkan tahun lalu, anggaran tersebut meningkat sudah Rp1 miliar.

Idealnya perawatan jalan mencakup 20 persen dari total luas jalan Jakarta atau 800 ribu meter persegi. Namun, untuk mencapai luasan 800 ribu meter-persegi, Pemerintah Provinsi harus menyediakan anggaran perawatan jalan Rp109 miliar setiap tahun. Tampaknya pemerintah “belum mampu” menyanggupi angka ini. "Angka itu cukup besar dan pemerintah juga memiliki keterbatasan anggaran," demikian Yusmada berkilah.

Pemerintah baru melakukan usaha tambal sulam. Rupanya system ini tak menyelesaikan masalah. Kualitas tambal sulam sangat rapuh. Begitu hujan turun bekas tambalan terkikis dan kembali berlubang. Kondisi lubangnya juga cukup parah. Akibatnya muncul jebakan-jebakan maut. Yang paling rentan adalah pengguna sepeda motor, terutma di malam hari. Di tengah keremangan malam dan lampu lalu lintas yang tidak begitu terang, jalan berlubang seperti malaikat pencabut nyawa. Kecelakaan akibat terperosk ke dalam lubang sering kali menewaskan pengendara. Kalau tidak, pengendara motor bisa patah tulang atau gegar otak.
Penulis menjumpai kondisi di sepanjang Jalan Buncit hingga Mampang Jaksel nyaris terisi oleh jalan berlubang bahkan dekat perempatan Mampang kondisi jalan semakin parah. Padahal, setiap hari lalu lintas yang melewati jalan ini tergolong sangat padat, mulai pagi hingga malam.

Pemprov DKI harus mulai melakukan pembenahan jalanan ini. Peningkatan anggaran mau tidak mau harus dilakukan. Jalan-jalan protocol harus mulus. Tidak boleh ada lagi jalan berlubang. Jalan Gatot Subroto masih dihinggapi lubang-lubang menganga di sejumlah titik. Ini tidak boleh terjadi lagi, mengingat jalan protocol ini padat lalu lintas. Jika tidak ingin nyawa melayang sia-sia Pemprov harus mengerjakan PR ini dengan sebaik-baiknya. Inilah sesungguhnya peran Pemprov yakni melayani masyarakatnya dengan baik dengan cara memperbaiki jalanan yang rusak. (***)

Pengamat sosial tinggal di Jakarta

0 komentar

Posting Komentar