| 0 komentar ]

Tingkat Kelulusan UN Turun
Drs. Farid Faruq


Hampir di seluruh daerah di Indonesia, khususnya di Jakarta, tingkat kelulusan Ujian Nasional turun. Jumlah siswa yang tidak lulus semakin banyak. Di Jakarta, UN SMU/SMK turun dari 91, 98 yang lulus. Tahun ajaran 2007/2008 ini, sebanyak 7.991 siswa SMA/SMK tidak lulus atau hanya 91,98 persen yang lulus. Tahun lalu, 2006/2007 angka kelulusan mencapai 93,78 persen. Rincian siswa yang tidak lulus tahun ini adalah. 4.416 siswa SMA dan 3.575 siswa SMK.

Jumlah peserta UN SMA/SMK pada tahun ini sebanyak 114.510 siswa, terdiri dari 56.953 siswa SMA, 57.515 siswa SMK, dan 42 siswa SMALB. Untuk tahun ini, siswa SMALB lulus 100 persen.

Di sejumlah daerah, banyak satu sekolah yang tidak lulus semua. Di Aceh, sebuah sekolah yang meluluskan tiga siswanya saja. Ironisnya, ketiga siswa itu dikenal suka bolos dan tidak pandai. Justeru siswa yang rajin dan pintar dinyatakan tidak lulus. Pihak sekolah menuding standar mutu tidak diikuti dengan standar sekolah. Fasilitas pembelajaran yang tidak standar antara Jakarta dan daerah seharusnya diperlakukan berbeda dalam hal standar mutu. Jika standar sekolah sama, standar mutu boleh disamakan.

Protes semacam ini memang klasik. Artinya, pemerintah sadar sesadar-sadarnya bahwa ujian nasional memang dilaksanakan dalam kondisi timpang. Sekolah yang berada jauh di pelosok Papua harus melaksanakan ujian nasional yang materinya disamakan dengan siswa di sekolah-sekolah favorit Jakarta. Padahal sarana dan prasarana jauh berbeda. Tetapi, pemerintah terus memaksanakan kebijakannya. Entahlah, apa yang ingin dikejar oleh pemerintah dengan kebijakan yang timpang itu.

Meski dicecar kritik, Ujian Nasional tetap dilaksanakan. Ujian Nasional SD pun dilaksanakan dengan gagah oleh pemerintah. Selain dikritik membuang anggaran karena tidak jelas hasilnya untuk apa, UN juga dinilai tidak memiliki korelasi khusus dengan peningkatan kualitas siswa. Siswa hanya difokuskan untuk memperdalam mata pelajaran yang diujikan. Mata pelajaran lainnya ditinggalkan atau disepelekan.

Selain itu proses belajar-mengajarnya pun hanya dikhususnya pada pengerjaan soal dan bukan transfer ilmu pengetahuan. Dalam soal fisika dan matematika, tak jarang siswa hanya diajari menyelesaikan soal dengan cara singkat berupa trik menjawab soal. Itu artinya substansi materi ilmu matematika dan fisika tidak diberikan kepada siswa. Semua energi siswa, guru, dan sekolah hanya ditumpahkan untuk menjawab soal demi soal.
Kalau sekarang jumlah kelulusan turun, itu berarti UN memang sangat memberatkan siswa. Selain itu, banyaknya siswa pemalas yang lulus juga menunjukkan hal lain, yakni terjadi kesalahan dalam pengoreksian lembar ujian nasional atau terjadi kecurangan selama proses ujian nasional.

Dengan fakta-fakta ini, seharusnya pemerintah tidak memaksakan diri menerapkan ujian nasional tersebut. Kalau pun diterapkan, pemerintah harus melakukan pembenahan standarisasi sekolah dan mutu guru terlebih dahulu. ***

**praktisi pendidikan

0 komentar

Posting Komentar