| 0 komentar ]

Perlu Perubahan Paradigma Guru Indonesia
Oleh Endang Wati SPd

Data Depdiknas Tahun 2006 menunjukkan lebih dari 60% guru di Indonesia tidak layak mengajar. Ini artinya, sebagian besar guru di Indonesia tidak pantas menjadi guru. Setiap hari, sebagian besar guru-guru ini menyuntikkan obat jahat kepada jutaan anak didiknya, tanpa ada larangan, sensor, apalagi sanksi. Kelak di kemudian hari, 20-30 tahun yang akan datang, barulah dirasakan dampak ‘obat jahat’ itu. Apakah anak-anak itu akan tumbuh menjadi pribadi yang matang, jujur, mandiri, dan bertanggung jawab. Atau sebaliknya, mereka akan menjadi manusia-manusia yang mudah patah semangat, culas, korup, suka kekerasan, tidak pluralis, dan sebagainya.

Inilah pentingnya perubahan paradigma guru Indonesia. Untuk menentuan masa depan guru bisa dilihat dari apa yang dilihatnya. Semua hal yang dilihat guru akan mempengaruhi perbuatannya dan semua perbuatannya akan menentukan apa yang akan didapatnya. Guru yang setiap hari disuguhi diskusi, debat, membaca buku, penelitian, workshop akan melakukan perbuatan yang berhubungan dengan peningkatan mutu. Perbuatan inilah yang akan mengantarkan guru Indonesia mendapatkan hasil yang baik, yakni menjadi guru bermutu dan professional. Mutu dan profesionalisme guru akan sangat menentukan mutu dan profesionalisme anak didiknya.

Saatnya guru mengubah cara hidupnya, dengan memperbanyak penglihatan yang baik, melakukan perbuatan yang mengarah pada upaya peningkatan mutu dan profesionalisme. Menjadi guru bermutu dan professional merupakan sebuah pilihan tetapi menjadi guru yang biasa-biasa saja merupakan sebuah deretan panjang yang tidak memberikan dampak apa-apa.

Bangsa ini sedang mengalami krisis yang panjang. Tak hanya di bidang ekonomi, juga di bidang lainnya. Itu sebabnya, bangsa ini ingin bersandar pada pendidikan. Harapnnya kelak di kemudian hari bangsa ini tidak semakin terpuruk. Bangsa ini akan segera bangkit dari tidur dan tegak berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Harapan bangkitnya dunia pendidikan mau tidak mau akan disandarkan pada pundak guru.

Jika guru bangkit maka sejatinya pendidikan ini telah bangkit. Guru yang bangkit dengan meningkatkan mutu dan profesionalismenya akan menentukan masa depan anak-anak didiknya dengan baik. Anak-anak harapan bangsa ke depan ini akan menentukan bagaimana bangsa ini ditulis, apakah dengan tinta merah atau tinta emas.

Itu sebabnya peningkatan mutu dan profesionalisme guru merupakan sebuah keharusan. Pemerintah dan juga masyarakat harus bersama-sama meningkatkan mutu guru. Organisasi guru dan perusahaan-perusahaan besar bisa segera menjalin kerja sama untuk meningkatkan mutu guru.

Alokasi anggaran CSR bisa disediakan bagi upaya peningkatan mutu guru Indonesia. Perusahaan-perusahaan itu bisa memberikan beasiswa guru, memberikan biaya pelatihan, diskusi, seminar, workshop dan segal hal yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu guru. Dengan cara ini, semua pihak akan berperan bersama-sama pemerintah meningkatkan mutu dan profesionalisme guru Indonesia.

Tak ada yang lebih berharga kecuali mendapatkan pendidikan yang baik dan bisa menjadi anak-anak harapan bangsa yang baik. Kelak anak-anak didik inilah yang akan mengukir sejarah bangsa ini, dengan atau tanpa tinta emas. (**)

Guru SMU di Jakarta

0 komentar

Posting Komentar